Setelah
2 hari mereka lewatkan di Miyazaki, Ozu dan Takako harus kembali ke Tokyo.
Mereka terdiam dibandara menunggu pesawat mereka berangkat. Ozu memperhatikan
daftar telepon tak terjawab di HPnya.
Suara
pemberitahuan klo pesawat akan berangkat menyadarkan lamunan mereka. Ozu menggenggam
tangan Takako.
“aku
akan bicara dengan kaori segera setelah kita kembali. Aku yakin dia tak mau
bertemu denganku lagi.” Ozu menatap Takako “aku tak akan membuatmu menunggu
lebih lama lagi. Ayo pergi”
Takako
tersenyum dan mereka berjalan untuk melanjutkan perjalanan mereka.
“aku
tak akan melarikan diri.. ini sudah jadi pilihanku. Aku akan meneruskannya.”
Pagi
harinya Takako sudah menyiapkan mentalnya atas apa yang akan dia hadapi nanti. Takako
dan ozu duduk berhadap-hadapan tanpa bicara.
Mori datang dan memperingatkan
keduanya agar waspada karena semua guru dan murid sudah tau klo mereka pergi
bersama. Semua itu tersebar saat Kotomi
mencoba menghubungi ozu diketahui murid lainnya. Mereka semua juga tau klo
kotomi adalah adik Ozu.
Akiyama
sensei datang dan memberi tahu keduanya agar menghadap kepala sekolah. Dijalan menuju
ruang kepala sekolah, mereka mendengar murid-murid bergosip tentang kedua
gurunya itu. Mereka menebak siapa yang bakal dikeluarkan? Ada yang menebak Ozu
karena Takako sudah lama disana. Ada yang menebak Takako yang sudah merebut
kekasih orang lain.
Mereka
membiarkannya dan terus melangkah ke ruang kepala sekolah. Takako dan Ozu
mendapat peringatan keras dari kepala sekolah.
Dikelasnya
Takoko ditanya tentang kemana ia pergi bersama ozu? dan apa benar kotomi
adiknya ozu? Takako menjawab agar mereka menanyakannya pada Ozu sendiri soal
hubungan kotomi dan ozu itu.
DiApartemen
ibu Ozu, Kotomi masih tiduran disofa meski sudah disuruh berangkat sekolah oleh
ibunya. Ia memohon ibunya agar ia diijinkan tidak masuk hari itu karena ia tak
mau bertemu dengan kakaknya. Ia merasa bersalah pada Ozu karena dirinya semua
murid dan guru tau kondisi yang sebenarnya terjadi.
Takako
pulang dan mengambil surat di kotak surat kamarnya. Ia melihat ada surat dari dokter
bidang ginekologi ( dokter reproduksi).
Takako segera pergi kerumah sakit.
Pulang
kerja Ozu pergi ke rumah kaori. Ia menekan bel dan berbicara di intercom rumah
kaori klo ia datang untuk meminta maaf.
Ayah kaori membuka pagar halamannya. Ia bertanya
apa tujuan Ozu ke sana? Ozu membungkuk meminta maaf pada ayah kaori dan ia juga
ingin bertemu kaori untuk meminta maaf juga. Ayah Kaori mengepalkan tangannya
serasa mau memukul Ozu yang sudah melukai anaknya. Ayah kaori menahan
kemarahannya dan meminta Ozu untuk pulang saja karena mereka tak mau
melihatnya.
Ozu terus menerus meminta
maaf tapi ayah kaori segera menutup pintu halaman rumah dan segera masuk.
Didalam rumah kaori mendengarkan percakapan ozu dan ayahnya itu dari kamar
neneknya.
Takako
bertemu dokter reproduksi. Dokter itu memperingatkan takako untuk lebih sering
memeriksakan kondisinya karena ia kemungkinan beresiko terkena myom. Jika itu
dibiarkan terus maka bisa menjadi kanker kandungan.
Dokter juga memperingatkan
takako jika ingin punya anak segera karena sel telur wanita juga menua dengan
bertambahnya umur wanita.
Takako
lemas mendengar informasi dari dokter itu. ia melamun pulang memikirkan perkataan
dokter itu. sampai didepan apartemennya ia melihat yuko sudah menunggunya.
Wajah
Takako langsung seperti mau menangis didepan sahabatnya itu. Yuko sengaja
datang untuk memberi dukungan pada sahabatnya itu karena sebelum ke rumah sakit
Takako sudah menginformasikan Yuko ia akan menemui dokter dan dia sangat ketakutan.
Yuko
berkata klo ia sudah tau sahabatnya itu butuh teman untuk diajak bicara banyak.
Mereka
masuk kedalam apartemen. Takako bertanya pada Yuko apakah impian mereka saat
kuliah? Ia pernah bermimpi menikah dan punya anak sebelum berumur 33 tahun tapi
kenyataannya berbeda.
Yuko menyahut klo dulu ia bermimpi punya suami yang
menawan tapi kenyataannya sekarang berbeda dengan keinginannya dulu.
Takako
teringat ucapan Ozu saat di kuil yang ingin membawa anaknya kelak ke kuil itu.
Takako berkata pada yuko klo soal punya anak atau tidak , itu tak berhubungan
dengannya seorang diri.
Ozu
masih menunggu kaori didepan rumah kaori. Gadis itu akhirnya keluar menemui
Ozu. kaori berkata bahwa tak adil jika ozu terus menunggu didepan rumahnya
seperti itu. mereka berbicara disebuah
taman.
“kaori,
gomen”
“kau
meninggalkanku.. itu sangat memalukan. Aku merasa seorang diri” isak kaori.
“gomen”
“kau
mengerikan”
“gomen”
“apa
itu yang hanya bisa kau ucapkan?” isak kaori menatap ozu.
“aku
akan melakukan apapun untuk menebusnya” ucap ozu
“klo
begitu kau putuskan guru itu!” seru Kaori
Ozu
terdiam sebelum berbicara lagi “aku tak bisa melakukannya, gomen”
“apa
kau mencintainya lebih dari aku?” isak kaori.
Ozu hanya diam tertunduk. Itu
pertanyaan yang tak perlu dijawab karena kita sudah tau siapa yang dilepaskan
Ozu kan?
Kaori
marah, ia tau maksud diamnya Ozu. kaoripun menampar Ozu dengan keras. “apa kau
tau betapa kau sudah sangat melukai aku? Apa yang sudah aku lewati. Aku tak mau
melihatmu lagi” tangis kaori.
“aku
mengerti’” ucap Ozu “gomen”
Kaori
pergi berlari meninggalkan Ozu dengan menangis.
Ozu
terlihat agak lega setelah urusannya dengan kaori selesai. Ia segera
menghubungi takako. Ia memberitahu Takako klo sekarang ia dan kaori sudah
benar-benar putus. Takako hanya diam tak menjawab.
“takako-san?”
panggil ozu kuatir.
“aku..
aku tak tau..”
“heih?”
“apa
yang akan terjadi sekarang”
“apa
maksudmu?” Tanya Ozu kaget.
“gomenasai”
sahut Takako menutup telponnya.
Ozu
jadi kuatir dan gelisah.
Ozu
pergi ke tempat minum yang biasa ia kunjungi bersama Imamura dan Egawa. Ozu
ragu untuk masuk tak tau ia harus bersikap bagaimana jika menghadapi egawa.
Ozu
akhirnya masuk dan melihat kedua sahabatnya itu sudah makan dan minum. Imamura
segera berseru pada Ozu agar segera bergabung dengan mereka. Egawa hanya
menatap ozu datar sambil merokok.
Ozu
mendekati meja kedua temannya itu. Ia berjalan disudut tempat egawa duduk. Ia membungkuk
meminta maaf pada egawa.
“sumimasen
deshita” ucap ozu.
Imamura
jadi merasa tak enak dengan suasana itu. ia segera meminta ozu duduk dan minum.
Imamura langsung memesankan beer untuk Ozu yang masih berdiri tegang didepan
egawa.
Egawa
bangkit berdiri. “ayo kita bicara diluar” ucapnya melangkah lebih dulu.
Sampai
diluar Ozu membungkuk dan meminta maaf pada egawa lagi.
“sumimasen
deshita”
“jangan
mengira dapat menyelesaikan semuanya dengan meminta maaf. Aku dengar kau tak
datang dipertemuan keluargamu dan keluarga kaori. “
“iya”
“kau
tak memutuskan dengan benar kaori-chan atau pada orangtuanya… tapi kau justru
mengajak hara-sensei,.. bagaimana dengan janjimu yang tak akan membuat wanita
yang bersamamu menangis itu?”
“aku
juga tak ingin hal ini terjadi… aku sudah mencoba beberapa kali menyerah pada
perasaanku untuk hara sensei.. tapi aku tak bisa.. aku tak bisa menghendalikan
diriku..” aku Ozu.
“tak
bisa mengendalikan diriku lagi??! Apa kau bisa bertanggung jawab atas apa yang
sudah kau lakukan?!” seru Egawa dengan emosinya.
“aku
akan lakukan apapun yang aku bisa.”
“apa
maksudmu itu?”
“apapun.. aku tak berjanji untuk tak membuat takako-san menangis. Aku ingin membuatnya tersenyum. Untuk itu aku akan melindunginya.” Sahut Ozu.
“itu
yang seharusnya! Karena kau yang menempatkannya disituasi mengerikan seperti ini. jangan mengucapkan pernyataan
yang muluk-muluk tentang melindunginya!”
“aku
tak mencoba untuk muluk-muluk (berlebihan)…”
“kau
barusan mengatakannya”
“itu
berbeda!” bantah Ozu
Egawa
menghela nafasnya “besok sekolah libur kan?” tanyanya
“heih?”
ozu heran dengan pertanyaan egawa yang berubah dengan pembicaraan mereka.
“aku
bertanya “besok sekolah libur kan?” ulang egawa.
“benar”
sahut Ozu mengangguk.
Egawa
langsung melayangkan pukulan ke muka ozu dengan keras. Ozu tak bisa mengelak
dan terjatuh ke menimpa barang-barang yang ada didepan restaurant.
Imamura
keluar dan melihat Ozu sudah terjatuh. Ia menatap kedua sahabatnya dengan kebingungan. Mereka bertiga terdiam.
“maaf
aku pulang lebih dulu” ucap egawa melihat Imamura.
“baiklah”
sahut Imamura.
Egawa
memperhatikan Ozu yang masih terduduk ditanah. Ia lalu menoleh pada Imamura lalu
menunjuk ujung bibirnya “beri es disebelah sini” ucapnya pelan pada Imamura untuk
membantu ozu memberi es di muka Ozu.
Imamura
memperhatikan wajah Ozu “baiklah akan aku rawat dia” ucap Imamura tersenyum.
Egawa
pergi meninggalkan keduanya. Saat ozu memanggilnya lagi, egawa sudah tak mau
menoleh padanya lagi. Imamura membangunkan ozu dan menepuk bahu ozu dengan
tersenyum.
Ibu
hara pergi menemui takako di apartemen anaknya itu. Ia memberitahu takako
betapa egawa sangat menguatirkan Takako saat ia tak datang-datang dan menunggu
sangat lama. Ibu hara bertanya kenapa Takako tak memilih egawa yang baik itu?
Takako menjawab karena ia sudah punya orang yang lebih ia cintai. Ibu hara
menyindir “iya pria yang sudah bertunangan”
Ibu
hara lalu bertanya apa Takako akan menikah dengan lelaki itu (Ozu)? Takako menjawab klo ia belum tau. Ibu
hara heran dengan sikap anaknya itu.
Tanpa
sengaja ia melihat hasil test ginekologi takako. Ibu hara terkejut melihat
hasil test itu tertulis “kemungkinan endometriosis”.
Ibu
Hara jadi kuatir dengan kondisi anaknya. Takako menenangkan ibunya dengan
berkata klo hal itu banyak terjadi pada wanita seumurnya. Ia memberitahu ibunya
kemungkinan 70% ia tak akan bisa punya anak.
Ibu
hara bertanya, apakah itu alasan takako tak menikah? Takako hanya diam tak
menjawab. Ibu hara bertanya lagi apa takako sudah memberitahukan ini pada Ozu?
Takako menjawab klo ia belum memberitahu Ozu.
Ibu
Hara jadi mengerti maksud perkataan Takako sebelumnya tentang pernikahan. Ia meminta
Takako memberitahu dan mendiskusikannya dengan ozu. takako berkata klo ia tak
mau menjadi beban untuk Ozu. Ibu Hara jadi sedih dan memeluk Takako.
Takako
dan Ozu bertemu disebuah taman.
“apa
kau baik-baik saja?” Tanya ozu menoleh pada takako yang duduk disampingnya. “minggu
ini benar benar berat”
Takako
melihat luka disudut bibir Ozu. “wajahmu..?”
Ozu
hanya tersenyum tak mau membicarakannya.
“aku
ingin berbicara padamu tentang sesuatu..” ucap Ozu. “aku rasa aku akan keluar dari sekolah akhir
semester ini.”
“heih?”
Takako terkejut dengan keputusan ozu yang tiba-tiba itu.
“aku
rasa ini akan berakhir klo salah satu dari kita berhenti mengajar. Jadi aku
rasa aku yang akan keluar.”
“tapi…”
“aku
tau aku sudah membuatmu menderita… jadi aku ingin sedikit melindungimu. “
mereka berdua terdiam.
“setelah
aku berhenti… maukah kau berpacaran denganku?.......... sebelum kita menikah?”
ucap ozu menatap Takako dengan bersungguh-sungguh. Takako terdiam dan tertunduk.
“maukah
kau?” ulang Ozu.
“aku..
aku pergi ke rumah sakit beberapa waktu yang lalu.” Ungkap Takako
“rumah
sakit?” Tanya Ozu kuatir.
“saat
kesana mereka memberitahuku kemungkinan aku menderita endometriosis, jadi aku
pergi lagi untuk test lebih lanjut.”
“jadi
bagaimana hasilnya?” Tanya Ozu
“belum
selesai.. jika itu endometriosis maka aku mungkin akan mandul.” Ucap Takako
tertunduk. Ozu agak terkejut dan tertunduk.
“saat
kita di miyasaki kau berbicara tentang anak-anak.. aku.. aku mungkin tak bisa
memberikan anak padamu” lanjut takako
“tapi
itu masih kemungkinan” sahut Ozu.
“iya,
tapi aku juga 7 tahun lebih tua darimu. Sampai sekarang aku berpikir itu hanya
beda kemudaan dan energy. Aku pikir aku
bisa mengatasinya jika aku tetap menjaga penampilan dan bentuk badanku. Jika kita bersama seterusnya maka itu tak
akan mudah lagi. Kita harus menghadapi semua masalah ini. saat kau berumur 30
tahunan, setiap tahunnya akan menempatkanmu pada resiko tinggi terhadap sesuatu.
Jika kau berkencan dengan seseorang yang seumuranmu, kau tak akan kuatir akan
hal ini. itulah kenyataan bersama dengan yang lebih tua. Jika aku masih
bersamamu.. itu mungkin akan menghancurkan salah satu mimpimu. “
“aku
tak merencanakan kau akan cocok dengan mimpiku.. “ takako menoleh pada Ozu. “aku
tak memilihmu karena aku ingin kau mewujudkan mimpiku. “
Mereka
berdua saling menatap, Ozu tersenyum “mimpiku salah satunya adalah aku bisa
melihatnya bersamamu. Jadi aku mohon kau jangan menguatirkannya. Ayo kita pergi
ke rumah sakit bersama” kata ozu menyakinkan Takako.
“atau
kau pikir aku tak bisa diandalkan?” Tanya Ozu.
Takako
tersenyum lega “tidak…”
Mereka
berdua saling menatap dan tersenyum.
“aku menyadari
setelah orang yang lebih muda ini mengajariku : aku tak mampu memilih seseorang
karena auku mencoba membuat seseorang cocok dengan jalanku. Saat yang kau
butuhkan adalah melangkahi jalan bersama dengan orang yang kau pilih.”
Takako
pergi menemui egawa untuk meminta maaf. Egawa justru bertanya apa Takako
menikmati hari ulang tahunnya itu? takako mengangguk dan Egawa tersenyum lega
takako bisa menikmatinya.
Takako
masih meminta maaf pada Egawa. Ia berterima kasih karena selama ini saat ia
berbicara dengan egawa membuatnya lega.
Egawa berkata itu hal yang biasa dilakukan oleh gadis lain juga. Egawa lalu bangkit berdiri dan mengucapkan
salam perpisahan. “sayonara”
Ozu
dan takako menghadap kepala sekolah. Ozu menyatakan klo ia mengundurkan diri
dari sekolah itu. Ia mendengar orang-orang bergosip buruk tentang takako. ia
menjelaskan pada kepala sekolah klo yang harus disalahkan harusnya dirinya
karena dirinya orang yang bertunangan. Sementara takako masih single. Ozu
mengucapkan terima kasih karena diberi kesempatan bisa mengajar di tempat itu.
Kepala
sekolah berkata klo itu sudah keputusan Ozu ia tak bisa berbuat apa-apa. Tiba-tiba
takako berkata klo ia juga ingin berhenti mengajar. Ozu dan kepala sekolah
terkejut mendengarnya. Takako memberi alasan karena dari SMA dia sudah
disekolahan itu jadi ia ingin mencari hal yang berbeda diluar sana.
Takako
menjelaskannya dengan wajah ceria jadi kepala sekolah pun ikut mendoakan
kebahagiaan Takako. Ia jarang melihat Takako tersenyum jadi ia yakin itu untuk
kebahagiaan Takako. Ia juga berjanji akan memberikan rekomendasi yang terbaik
untuk Takako.
Ozu
mengantar takako melihat hasil test endometriosisnya dirumah sakit. Mereka duduk
bersebelahan dalam diam.
“tak ada pangeran
berkuda putih.. tapi aku punya seseorang yang aka nada saat aku takut. Itulah yang
selalu aku cari. Itulah yang paling aku inginkan diantara banyak hal lainnya. Pangeran
seperti itu.”
Takako
melirik Ozu yang tegang disebelahnya.
Seorang
perawat keluar dan memanggil nama takako.
Ozu
melirik takako dan melihat wajah takako yang tegang.
“yang
aku kuatirkan hanya kesehatanmu… jadi kau jangan menguatirkan hal lain (anak)
dari itu.” ucap Ozu menenangkan Takako.
Takako
tersenyum dan masuk kedalam ruangan.
Ozu
gelisah ditempatnya menunggu Takako. Saat mendengar langkah kaki orang, Ozu
menoleh dan melihat takako yang baru keluar. Ozu menatap penuh pertanyaan hasil
testnya. Takako memberi jawaban Ozu dengan tersenyum. Ozu langsung lega melihat
senyum diwajah takako.
Upacara
kelulusan sekaligus salam perpisahan takako dan Ozu.
Kepala
sekolah mengumumkan klo takako akan mengucapkan salam perpisahan pada semuanya.
Takako maju ke podium.
“aku
pergi dari sini karena alasan pribadi dan aku ingin mengucapkan terima kasih
atas segalanya. “ Takako membungkukkan badannya. Ia melihat murid-muridnya tak
memperdulikannya dan berbisik-bisik sendiri.
Takako
melanjutkan pidatonya “ aku lulus dari SMA ini dan jadi guru disini.”
Semua
murid mulaiberhenti bergosip dan menatap Takako yang sedang berbicara didepan
mereka.
“saat
aku masih seorang murid aku menemukan potensiku. Dan setelah aku jadi guru, aku
menghadapi ujung batasku. Aku rasa ini
adalah pengalaman berhargaku. Aku kecewa dan bahkan merasa tersiksa karena aku tak
menjadi orang yang aku inginkan. Namun akhirnya aku merasa nyaman dengan
menjadi diriku sendiri. Sekarang aku
akhirnya tiba pada titik dimana aku tak lagi kecewa dengan diriku sendiri. Dan aku
siap menjadi diriku sendiri. “
Semua
murid Takako terdiam mendengarkan, termasuk kotomi.
“Butuh
waktu aku sampai berumur 33 tahun untuk mengertinya.. aku harap kalian juga tak terlalu
terburu-buru dalam segalanya. Kehidupan
pribadiku telah menyebabkan gangguan bagi kalian dan aku tau aku menyebabkan
beberapa kalian hilang kepercayaan. Pengalaman ini mengajariku.. hanya ada 1
aturan…”
Ozu
terkejut mendengar ucapan takako itu yang sama persis dengan ucapan
perkenalannya waktu ia berkata “hanya ada 1 aturan untukku.. tak akan membuat
gadis yang aku cintai menangis.”
Sekarang
Ozu diingat kembali dengan ingatan itu tapi ini diucapkan oleh takako.
“hanya
ada 1 aturan untukku… JANGAN PERNAH MELEPASKAN APA YANG TERPENTING DALAM
HIDUPKU” ucap Takako tegas dan penuh percaya diri tersenyum.
Seorang
murid tiba-tiba berteriak “aku harap kau akan bahagia Takako san!”
“iya..
aku usahakan yang terbaik”
“itu
juga termasuk Ozu-sensei kan?!” seru murid lainnya
“iya..”
jawab Ozu latah karena terkejut. Semua langsung berteriak menggoda Ozu. kepala
sekolah dan semua bertepuk tangan. Ozu jadi malu didepan semuanya.
Takako
berpisah dengan guru-guru lainnya. Takamine berkata klo mereka akan merindukan
takako. Mori menjawab klo ia masih ada disekolah itu jadi Takamine tak perlu
kuatir. Takamine terkejut dengan kata-kata mori sensei itu, begitu juga guru
yang lainnya. Takako bertemu dengan Kurozawa dan membungkuk memberi hormat
tanpa mengucapkan kata-kata. Takako lalu pergi.
Dihalaman
sekolah kotomi ternyata sudah menunggunya. Kotomi membaakan sebuah syair puisi
untuk takako.
“angin
surga… biarkan awan menghilang.. meniup sampai hilang.. “
Takako
segera melanjutkan kalimat selanjutnya “ biarkan gadis.. tinggal bersama sebentar”
“tapi
kau kan bukan gadis lagi..” canda kotomi tersenyum melihat gurunya itu.
takakopun tersenyum.
“dulu
(waktu jadi guru pertama kalinya) adalah sebuah permulaan.. dan saat ini juga
(setelah keluar jadi guru) juga sebuah permulaan. “
Takako
keluar dari sekolahnya dengan langkah mantab. Tersenyum menatap kelopak bunga
sakura yang bertaburan mengiringi langkahnya.
Malam
harinya takako merayakan “berhenti bekerjanya dia” bersama kedua sahabatnya. Mereka
bersulang minum beer sambil bercanda. Mereka
minum banyak sampai agak mabuk.
Saat
mereka keluar dari tempat itu, mori sensei berseru mengenali Ozu yang berdiri
didepan restaurant dengan sepedanya. Yuko dan takako langsung menoleh dan melihat
Ozu.
Ozu
tersenyum malu didepan sahabat-sahabat takako. Yuko tertawa “pangeranmu membawa
sepeda, bukan kuda.” Canda Yuko tertawa. Semua lalu tertawa. Takako terlihat
sangat bahagia.
Suatu
pagi yang cerah. Takako duduk disebuah kursi dibalcon sebuah gedung. ia duduk
bersebelahan dengan pangerannya.
Ozu mengambil sebuah kotak dan membukanya. Sebuah
cincin ada didalamnya. Ia mengambilnya
dan menyematkannya dijari manis takako. Mereka
tersenyum penuh kebahagiaan, saling menatap penuh cinta.
Lalu Takako menyandarkan
kepalanya dibahu Ozu. mereka menatap pagi yang cerah, penuh harapan baru buat
mereka berdua…….
Happy
Ending
syukurlah...happy ending^^
BalasHapussankyuu sinopny
Happy ending .. Makasih bwat sinopx .#^^
BalasHapusHappy ending .. Makasih bwat sinopx .#^^
BalasHapusYayyy...akhir yg bahagia..
BalasHapusKisah yg rumit...
Thx buat sinopsisx jeng Eunike...😊