Sabtu, 10 November 2012

Sinopsis Bokura Ga Ita = Kouhei - Part 2



Saat pintu apartemen dibuka, Yano terkejut dengan siapa yang ada didepannya.. Yamamoto Yuri..!!!


“mau apa kau kesini?” Tanya Yano terkejut dan melempar pandangan tak suka.

“aku sudah mengirim surat klo aku akan ke Tokyo” jawab Yuri

“aku tidak tau karena aku tidak membacanya. Lagian, kunjunganmu yang tiba-tiba ini sangat mengganggu.” Kata Yano pelan dan tak suka. Mendengarnya Yuri jadi sedih dan menunduk. Melihat Yuri yang seperti itu Yano jadi tidak tega, mukanya yang cutek langsung agak melembut.

“sebentar lagi aku akan pergi bekerja part time. Jika ada yg ingin kau sampaikan, katakan saja sambil kita berjalan ke stasiun.” Yano menoleh ke Akiko yang masih didalam

“Sengenji,.. maaf”

“ahhh tidak apa-apa” jawab Akiko, Yuri menatap Akiko tajam, penuh selidik dan tanda tanya. Akiko hanya memberi salam dengan menundukkan kepala dan dibalas Yuri.



Yuri berjalan bersama Yano menuju stasiun. Mereka hanya berjalan tanpa bicara, tiba-tiba Yano berhenti dan berbalik.

“aku akan naik bis..”

“aku juga, aku sedang ambil ujian masuk universitas i Tokyo. Hari ini aku pergi untuk melihat sekolah“

“sekarang ini apa?” tanya Yano tak mengerti kehadiran Yuri menemuinya. "...Apa yang kau inginkan dari aku setelah semua yg terjadi?”

“apa kau melupakan semuanya? Setelah kakakku meninggal, kita sudah melakukan sesuat.u...” Yuri menghentikan kata-katanya. (maunya anak ini apa siy.. kok slalu mengingatkan hal itu terus... mo minta itu adalah sebuah kesalahan.. jadi jangan terlalu berharap banyak padaku. Aku sudah putuska.. untuk tidak melihat kebelakang lagi.” Kata Yano berjalan meninggalkan Yuri.

“tolong jangan berpura-pura itu tidak pernah terjadi.” Yano tak memperdulikan Yuri dan melangkah cepat berlalu dari situ.



Yano menerima telp di sela-sela kerjanya “halo? Maaf aku sedang bekerja sekarang...” bisik Yano ditelepon. Ia menoleh kebelakang dan dilihat sm teman kerja, Yano jadi sungkan sendiri. “..apa? pakaian ganti? Apa??”

Yano bergegas pergi ke rumah sakit menjenguk ibunya setelah dikasih tau ibunya klo ia rawat inap dirumah sakit.

“tidak saja aku baru dipecat, sekarang aku menderita kanker juga” gerutu ibunya sambil tertawa pahit. Yano yang shock mendapat kabar ibunya sakit jd heran dengan ibunya “kenapa kau malah tertawa?”

“aku baik-baik saja. Aku akan sembuh dengan operasi...” ibu Yano menatap anaknya itu.. “aku sangat khawatir..” Yano mengira klo ibunya kwatir tentangnya “jika itu tentang aku.. aku..” blom selesai yano berbicara, ibu sudah menjelaskannya “aku sangat kwatir, klo bunga-bungaku akan mati selama aku di rumah sakit.”

Yano langsung kesal ibunya menjawab seperti itu “hahhh.. kau kwatir tentang ituuuu??” ibu Yano tertawa. Mereka tertawa bersama,.

“kau akan baik-baik saja” hibur Yano pada ibunya.”..aku akan menjagamu”

Aku sudah berjanji saat aku pertama datang ke Tokyo. Aku akan menjadi dewasa sehingga aku bisa menjaga semua orang.”

Ibu menatap Yano berkaca-kaca “ada apa denganmu tiba-tiba bicara seperti itu? Kau berbicara seperti laki-laki dewasa.. berbau banget!” ibu Yano menertawakan omongan Yano tadi.

“bau??” tanya Yano ketawa

“iya bau.. sekarang berbau..!” Yano” “ah tidak kok..”

Mereka tertawa bersama.


“kankernya sudah mulai menjalar ke kelenjar getah beningnya, tumornya sudah menjalar kesemua bagian tubuhnya. Aku rasa dia sudah menahan rasa sakitnya sampai sekarang. bahkan jika kita melakukan operasi, itu akan menjadi beban pada tubuhnya. Sementara kita memberikan obat anti kanker padanya, tolong support juga supaya dia tetap punya harapan” Yano berjalan gontai mengingat kata-kata dokter tentang penyakit ibunya. Yano menjadi semakin tertekan dengan keadaan dirinya itu.



Seperti biasa Yano menjenguk ibunya dirumah sakit. Dari luar kamar ibunya, ia melihat seorang wanita berdiri termenung dan spertinya tidak berani masuk ke ruangan. Mengetahui ada yang memperhatikannya wanita itu menoleh dan menatap Yano tajam.


“ itu mengejutkanku bahwa ia terlihat begitu banyak seperti ayahnya. Aku hampir saja berhenti bernafas saat aku melihatnya.” Kata wanita itu pada ibu Yano.

“untuk apa kau kesini setelah apa yang terjadi selama ini?” tanya ibu Yano

“aku dengar soal sakitmu.”

“jangan bilang kau kesini untuk mengunjungiku” sanggah ibu yano. Wanita itu berdiri menatap ibu Yano

“aku datang untuk memaafkanmu.” Gumam wanita “..aku akan memaafkanmu..” lanjutnya. Dia adalah istri ayah kandung Yano, Michiko.

“aku akan memaafkan kau dan Kazuya yang telah mengkhianatiku.” Dia lalu tersenyum “ Anak itu tidak bersalah..” Ibu Yano kaget mendengarnya “apa maksudmu?”

“setelah Kazuya meninggal, keluarga kami tidak punya pewaris” ungkap wanita itu. Ternyata ia datang untuk membawa Yano sebagai penerus keluarganya. Dari pernikahannya dengan ayah Yano mereka tidak punya anak sama sekali. Jadi karena Yano berhubungan darah dengan Kazuya, ia akan menjadikan Yano pewaris.

“keluar dari sini!!” teriak ibu Yano sambil melempar beberapa barang pada Michiko. Yano yang barusan pergi dari membeli minuman kaget mendengar ibunya berteriak histeris seperti itu. Saat mendekati pintu kamar ibunya, ia mendengar percakapan keduanya.

“aku tidak akan memberikan dia pada siapapun!!” teriak ibu Yano. “...kau punya semuanya, laki-laki itu, keluarga itu dan status sosial mereka (*ayah Yano orang kaya), sekarang kau meminta dia dariku? “ lanjut ibu Yano.

“aku tidak memintanya sekarang, aku akan mensupport pembayaran rumah sakitmu dan biaya hidupmu. Anak itu juga. Dia dalam periode penting sebelum ujiannya.”

“aku tak akan memberikan dia padamu! Aku yang telah melahirkannya. Pulang saja! Jangan kembali lagi kesini!” usir ibu Yano.

“yoko, kau melahirkannya karena keegoisan hasratmu tapi kehidupan dia bukan milikmu. Berapa lama lagi kau akan membawanya terjatuh denganmu?”

Yano mendengarnya dari balik pintu ibunya. Saat Michiko keluar kamar, wanita itu menatap Yano lama menyadari Yano sdh mendengar apa yang ia katakan dengan ibu Yano.



Yano membersihkan pot bunga yang sudah dilempar ibunya di kamar rumah sakit.

“ahh.. kenapa kau jd marah seperti ini?” kata Yano berlagak tenang dengan yang sudah terjadi. Ibunya hanya terdiam, termenung diatas tempat tidurnya. “aku sudah susah payah mendapatkan bunga Geranium favoritmu. Bahkan aku berencana menanamnya dirumah. Tapi... bukankah kau pada mulanya merencanakan mengaborsiku? Untuk mengancam ayahku.

“aku berencana untuk memilikimu sejak dari awal.” Gumam ibu Yano pelan “.. kau adalah anaknya, anak yang memiliki darah yang sama dengannya. Aku menginginkanmu apapun yang terjadi.” Ungkap ibu Yano yang menjelaskan klo ia sangat mencintai ayah Yano. Yano menoleh menatap ibunya.



Dirumah, Yano yang selesai menyiram bunga geranium yang dibelikan untuk ibunya, Ia lalu istirahat dan membuka handphonenya. Ada sms dari Nanami

“yano, apa yang kau lakukan hari ini? Ini hari minggu tapi kenapa aku tidak bisa menghubungimu? Aku ingin mendengar suaramu.”

Yano menghela nafas panjang menatap sms itu, kemudian ada bel yang ditekan. Yano membuka pintu apartemen ternyata ada ibu tirinya disana. Ia mempersilahkannya masuk. Mereka duduk berhadap-hadapan.


"Maaf sudah mengganggumu lagi.”
“tidak apa-apa” jawab Yano
“kau benar-benar mirip dengannya. Aku merasa dia seperti disini lagi.”
“kau benar-benar berbeda.” Kata Yano”
“eihhh?”
“kau dan ibuku.. adalah 2 orang yang sangat berbeda” kata Yano pelan
“Yoko seorang wanita sederhana, sejujurnya, dia melakukan hal sesuai kehendaknya. Sangat berat bagimu kan?” Yano hanya menatap wanita itu saja.



Akiko kerumah Yano jadi heran saat Yano keluar dari rumah bersama seorang wanita seumuran ibu Yano. Ia menatap keduanya dengan penasaran

Yanopun menemani Akiko jalan-jalan, “itu tadi jadi moment yang aneh ya.. kau sudah memergoki.. pertemuan kecil kami.”

Akiko tersenyum geli mengingatnya “aku pikir kau menjual tubuhmu untuk wanita tua kaya..” (hahhaha.. :P )



“sepertinya ayahku orang kaya. Jika aku berhasil di perusahaannya. Mereka akan membantu kami membayar biaya rumah sakit ibuku dan biaya sekolahku.” Curhat Yano pada Akiko sambil mereka terus melangkah.

“lalu apa yang akan kau lakukan..?”

“tentu akan ku ambil kesempatan itu” kata Yano tersenyum

Flash back

Padahal sebenarnya saat percakapan ia dengan ibu tirinya di apartemen tadi ia bicara sebaliknya.

“ aku tidak punya seorang ayah.. jadi jangan kesini lagi” kata Yano menatap ibu tirinya. Wanita itu sangat kecewa mendengarnya. “ jadi kau akan disisi ibumu ya.”

“jika bukan aku terus siapa lagi?”

Kembali lagi.

“kau pembohong” seru Akiko “.. apa kau akan terus merahasiakan semuanya dari Takaashi?”

“tidak akan ada yang berubah jika aku cerita padanya kan? Aku hanya akan membuatnya lebih kuatir, meski dia sudah melakukan yang terbaik juga. Aku akan memberitahunya.. setelah dia selesai ujian.”

“yano..!” panggil Akiko yang berjalan dibelakang Yano. Yano menoleh padanya

“maukah kau memperlakukanku seperti sahabat terbaikmu?”

“apa?”

“aku tau aku tidak bisa menggantikan Takahashi tapi setidaknya aku bisa memberimu bantuanku.”

“teman baik ya?” kata Yano mencibir.. ia lalu melihat Akiko menggoda “tapi aku tidak dapat bicara tentang masturbasi padamu.” Wkwkwk.. Yano sarapppppp..!

“dasar sesatt” seru Akiko kesal karena omongannya dianggap bercanda sama Yano. Yano ketawa geli melihat wajah Akiko yang cemberut itu. Akiko akhirnya tersenyum “lain kali kenalkan aku pada Takahashi, katakan padanya klo aku adalah teman baikmu di Tokyo. Ahh.. aku tak tau apa aku bisa berteman dengannya juga” Kata Akiko tulus. Yano melihat memang Akiko tulus bicara seperti itu “kau pasti akan bisa.” Kata Yano. Akiko heran, “aku yakin, Takahashi akan menyukaimu juga” Akiko tersenyum manis “iya..”



ibu Yano melarikan diri dari rumah sakit dan pulang ke rumah.
Yano membuatkannya sarapan.
“kenapa kau keluar dari rumah sakit?”
“aku takut kau dibawa pergi.”
“hmm?”

“operasi tidak mungkin dan obat-obatan sepertinya juga tidak ada efeknya. Tidak ada untungnya aku tinggal dirumah sakit lebih lama.”

“baiklah tapi setidaknya pergi check up yang rutin” kata Yano pasrah. “ini telur setengah matangmu” yano menyerahkan sepiring telur didepan meja ibunya. Tapi kemudian dibuang begitu saja oleh ibu. Yano melihat telur yang dibuang tadi

“aku benci telur setengah matang”

“apa yang kau katakan? Kau sebelumnya menyukai telur setengah matang” kata Yano menatap ibunya heran.

“sdh kubilang.. aku membencinya..!” Yano benar-benar heran melihat tingkah ibunya yang aneh itu..


Teman-teman kelas Yano berbisik-bisik

“apakah Yano bisa lulus ujian?”

“dia tidak datang sama sekali.” Akiko hanya menatap teman-temannya dengan sedih.

“absennya juga tidak mencukupi” mendengar semuanya Akiko benar-benar kasihan dengan Yano.

Pulang sekolah Akiko mampir kerumah Yano, ia menekan bel apartemen Yano.

Yano membuka pintunya sedikit dan melongok siapa yang datang. “maaf tolong jangan tekan belnya.. ibuku akan jadi paranoid” bisik Yano pelan dan gelisah. Pintunyapun tidak dibukanya, ia hanya sedikit membuka pintunya.

“maaf “ kata Akiko menyesal dan ikut kwatir. “ini..” kata Akiko sambil menyerahkan buku catatan. Yanopun menerimanya “thanks.. sampai jumpa lagi” kata Yano buru-buru menutup pintunya membuat Akiko keheranan dengan keadaan yang dialami Yano.



Yano menutup pintu dan membuka catatan yang diberikan Akiko. Didalam rumah ruangan keliatan gelap. Tiba-tiba ibu Yano keluar kamar dan bertanya “siapa itu?” “ohh temanku..” jawab Yano gelisah.

“itu sebenarnya Michiko kan?” tanya ibunya tak percaya dengan omongan Yano,

“bukan. Kau memang harus pergi ke rumah sakit.” Kata Yano memegang bahu ibunya dan mengusapnya. “ ini tidak akan membantu jika kau terus didalam rumah spt ini.”

Ibu Yano panik. “tidak. Aku harus menjagamu. Aku harus memperhatikan sungguh-sungguh sehingga Michiko tidak dapat membawamu pergi.”

Ibu Yano menjadi semakin panik. Barang-barang yang ada diatas meja makan dijauhkannya semua kemudian menarik meja makan itu untuk menutup pintu dan beberapa barang lainnya. Yano menjadi pusing melihat tingkah ibunya dan beberapa kali harus menghela nafas panjangnya.

Ibu Yano ini terkena syndrom paranoid, ia setelah mendengar Michiko minta Yano, ia menjadi amat sangat ketakutan klo Yano dibawa pergi Michiko.

Yano menatap ibunya yang tertidur. Yano terlihat sangat kecapean. Ia memungut semua barang yang berserakan dilantai.


Yano menelpon Nanami seperti biasa.

“kau bodoh..” kata Nanami

“apa itu yang harus kau katakan? Setelah mendapatkan energimu(ditelp Yano) lagi setelah sekian lama ini? Aku sangat sibuk. Kau tau, aku sangat populer dan lainnya. Aku sudah ikut 3 group kencan” goda Yano untuk membuat Nanami cemburu.


“aku kuatir.. ” kata Nanami

Yano masih menelpon & pindah ke luar apartemen

“aku sekarang persentase nilaiku rata-rata B” info nanami

“benarkahhh??” kata Yano tak percaya

:iya..”

“wah menakjubkan..!” seru Yano ketawa heboh “ menakjubkan.. untuk seseorang yang biasa dpt nilai D sepertimu?”

“aku sangat berusaha sekali.”

:” kau akan lulus ujian Takahashi. Kau akan bisa datang ke Tokyo.”

“iya”

“aku akan pergi ke universitas Tokyo yang sama dengan Yano. Karena aku sudah berjanji padamu.”

Yano hanya tertunduk mengiyakan kata-kata Nanami “iya..” Yano mennghela nafas.. “aku tak ingin kehilanganmu..” Yano tersenyum “baiklah! Ayo ciuman” gurau Yano

Nanami ketawa dari ujung telp sana “bagaimana bisa?”

“stop bicara, siap? Sekarang pejamkan matamu.” Kata Yano sambil mendongak memejamkan matanya.

“Apa?” tanya Nanami ketawa. Yano dan Nanami terdiam lama, Yano hanya memejamkan matanya. Dari ujung telp terdengar bunyi ciuman Nanami “muahh” (bunyi orang kiss gt sj ya.. ga dpt kata yang lbh tepat. wkwkkw..). Yano langsung tertawa geli mendengar ciuman Nanami itu

”Nana-chan... kau tak bisa menciumku dipipi.. dibibir okey?” goda Yano

“itu tadi dibibir..” Kata Nanami manja kemudian terdengar sebuah ciuman lagi dari Nanami, Yano langsung tertawa ngakak.


“takahashi........” bisik Yano pelan

“hmmm?”

“akhir-akhir ini, setiap malam aku menutup mataku dan bermimpi. Aku bermimpi pergi ke kamu. Seperti.. aku menaruh baju-bajuku didalam tas, dan pergi ke airport. Penerbangannya butuh waktu 1,5 jam perjalanan..” Yano menutup mata seperti benar-benar membayangkan naik pesawat itu. “setelah sampai di airport, aku naik bis yang membawaku ke kota itu. Aku melewati padang rumput sejauh 30 menit, otanoshike, Tottori.. turun dari bis didepan Nisseki juuji. Melewati lampu penyebrangan dan berlari ke Kouseinenkin hall. Berlari ke rumah Yanagimachi, aku tinggalkan tasku dan naik sepeda, melewati taman. Aku terus maju, dan maju.. menuju tempatmu, Takahashi.. “ Yano berkata-kata ditelp sambil membayangkan kejadian itu benar-benar terjadi. Lamunannya berakhir saat ia membayangkan akhirnya bertemu Nanami dan menciumnya.

Yano amat sangat merindukan Nanami niyy.. kasian bgt liat mukanya.. sedih banget..hiks..


Yano membawa tasnya yang agak besar dan buru-buru pergi. Melihat Yano yang seperti itu, ibu Yano jadi panik luar biasa “kemana kau akan pergi?”

“aku akan ke Takahashi. Aku akan kembali dalam 2-3 hari.”

“jangan bohong padaku”seru ibu tak percaya. Ia berlari memegang tangan yano “aku tidak akan membiarkanmu pergi! Aku tidak akan membiarkanmu pergi ke Michiko!”

“ibu..”

“apa kau akan meninggalkanku?” seru panik ibunya. Yano terkejut melihat tingkah ibunya itu dan jadi kuatir.

“baiklah cm 1 hari saja. Aku akan cepat kembali.” Yano meyakinkan ibunya.

“tidak akan.!”

“kau meninggalkanku kan?” kepanikannya menjadi-jadi ia menangis “kau meninggalkanku seperti dia kan?”

Yano jadi tidak sabar “Apa yang kau katakan?”

“dia bahkan tidak ingin tau setelah aku melahirkanmu. Dia membuatnya seperti aku tidak pernah ada! Aku benar-benar tidak akan membiarkanmu pergi! Tidak akan! Tidak akan pernah!”

Yano tidak dapat menguasi diri lagi ia kesal, ia melepaskan pegangan tangan ibunya kasar. “berhenti mengikatku.. aku tidak bisa menggantikan ayahku” Ibu Yano menatap anaknya penuh airmata kesedihan, terluka dan takut kehilangan. Yano melangkah keluar apartement membawa tasnya. Ibu Yano melihat Yano yang meninggalkannya dengan airmatanya. Yano melangkah dan terus melangkah. Ia sudah tidak menoleh kebelakang sama sekali.





“aku terus melangkah dan melangkah.. meski begitu, kadang saat itu datang lagi.. sudah benarkah aku melangkah maju? Apakah kompasku (pilihan Yano) menunjukan arah yang benar (ke Nanami)?”

Tiba-tiba langkah Yano terhenti, ia tiba-tiba ragu dan ingin kembali.

“seseorang telah jatuh!” teriak seseorang

“ambulance! Tolong panggil ambulance!” orang-orang lain mulai berteriak-teriak panik. Yano menoleh kebelakang dan melihat kerumunan orang didepan lingkungan apartemennya.




Perasaan Yano menyadari sesuatu telah terjadi, ia melihat ke arah lantai tempat apartementnya dan ia melihat hanya pintu apartementnya yang terbuka dan korden dikamarnya berkibar kena angin. Yano terkejut menyadari apa yang telah terjadi.




BERSAMBUNG...
























Tidak ada komentar:

Posting Komentar