Kamis, 13 Maret 2014

Sinopsis : Shitsuren Chocolatier - Ep. 8





Souta akhirnya menyatakan perasaannya pada saeko. Saat ia melihat saeko menangis ia mencium saeko. Saat itu kaoruko melihat keduanya.

Souta melepaskan ciumannya di bibir saeko. Wanita itu sepertinya shock dan masih menangis. Saeko tanpa banyak bicara langsung pergi meninggalkan souta yang kebingungan dengan apa tanggapan saeko.


Dirumahnya Souta masih bingung memikirkan ciumannya tadi. Ia tak percaya ciumannya tadi benar-benar kenyataan bukan sekedar mimpinya.  Tapi ia masih bingung dengan makna airmata yang berlinang dipipi saeko. 

Analisa pertamanya :
Airmata penolakan, karena ia jadi sedih tak bisa bertemu dengan temannya lagi. (karena jika ia menolak souta maka saeko tak akan bertemu souta lagi. )

Analisa kedua :
Airmata penolakan, saeko menangis karena dia tak sanggup berkata-kata. dalam pikirannya saeko “dia menyukaiku 12 tahun?  Menyeramkan! Menakutkan!”

Analisa ketiga:
Airmata penolakan, aku tak yakin dia menyukaiku, dia benar begitu maka ia akan mengungkapkannya. Saeko yang sudah menikah tak mungkin menyukaiku.

Souta terus memikirkan alasan saeko menangis sampai alasan ke 8. Souta sampai berguling di bawah kursi ruang tamu membuat Olivier dan matsuri keheranan melihat tingkah souta itu.


Dirumahnya saeko membaca denah coklat yang diberikan souta. Ia membuka satu persatu coklat-coklat yang ada dilaci  itu.  saeko terkejut melihat coklat yang ada disana adalah coklat kesukaannya. Saeko lalu mulai menulis pesan untuk souta.

“souta-kun, terima kasih atas coklatnya. Sangat disayangkan untuk dimakan jadi aku blom memakannya. Aku merasa senang dengan perasaannya souta-kun. Aku rasa semua akan berbeda jika kau menyatakan perasaanmu sebelum aku menikah. Tapi jika itu terjadi, coklat seperti ini tak akan pernah ada. Jika aku berpikir seperti itu, semuanya sepertinya tak mungkin. Maaf.. sungguh terima k…”
Saeko tak bisa melanjutkan pesannya lagi. Ia tak jadi mengirimkannya pada souta dan menghapusnya.
 


Souta menemui erena dan bercerita pada erena kejadian pernyataan cintanya itu. Erena berkomentar sepertinya souta salah dalam menyampaikan perasaannya. Seharusnya souta saat itu bertanya pada saeko “apa kau mau berpacaran denganku?” jika begitu maka akan jelas perasaan saeko padanya. 

Sota menjawab itu tak mungkin ia lakukan mengingat saeko sudah menikah. Erena menjawab bukankah dari awal pernyataan cinta sota juga memang sudah salah karena menyatakannya pada saeko yang sudah menikah?
Sota memikirkannya lagi.

Erena bertanya lagi apa souta saat melihat saeko menangis ia ingin memeluknya? Souta baru sadar ia tak melakukan apa-apa saat saeko masih menangis setelah keduanya berciuman. Melihat wajah souta yang kuatir erena berkata souta tak perlu terlalu memikirkannya. Mungkin jawaban saeko akan didapatnya saat white day nanti. Tapi jika saat itu masih tak ada reaksi dari saeko maka bisa dianggap saeko sudah menolak souta.


Saeko pulang ke rumahnya dan mendengar suaminya memuji coklat toko choco la vie. Saeko langsung menoleh melihat apa yang sedang dimakan suaminya. Ia terkejut melihat coklat dari souta pas hari valentine sudah dimakan suaminya. 

Saeko berlari dan melarang suaminya memakan coklat itu dengan panic”jangan makan itu.. aku tak percaya ini!” 

Saeko melihat kotak coklat untuk melihat berapa yang sudah dimakan suaminya.
“ada apa? Aku Cuma makan beberapa saja” sahut suaminya heran melihat saeko yang panic seperti itu.

Saeko mengumpulkan kotak coklat yang ada dimeja dan menaruhnya dilaci coklat lagi dengan cepat.
“ini tak dijual. Souta-kun membuatnya khusus untukku.” Saeko tersadar klo ia sudah kelepasan bicara didepan suaminya.


Suaminya menatap saeko didepannya dengan curiga. “mengapa Koyurugi-kun khusus membuatnya untukmu? Dan sangat luar biasa seperti itu?”
Saeko berbohong “itu untuk berterima kasih karena sudah menjadi pelanggannya”
Saeko melangkah pergi meninggalkan suaminya yang masih curiga.

“apa kau menyembunyikan sesuatu?” Tanya suaminya. Saeko tertunduk memunggungi suaminya tanpa berkata apa-apa.
“saat kau menulis “deto” di schedule handphonemu itu.. apa itu dengannya (souta)?” Tanya suaminya.

“apa maksudmu? Jangan melihat handphone orang tanpa ijin!” ucap saeko terkejut mengetahui suaminya diam-diam membuka-buka handphonenya. 

“karena aku yang membayar biaya telephone bukankah itu sudah hakku untuk melihat atau melakukan apa yang aku inginkan?” sahut suaminya.

“bukankah sudah jelas aku pergi bersama dengan seorang teman wanita? Jika itu sebuah deto (kencan) maka aku tak akan dengan bodohnya menulisnya, mengingat aku tinggal dengan orang sepertimu yang tak menganggap melihat telephone orang lain suatu masalah!”

Suaminya mendekati saeko dengan wajah marah. Saeko mundur ketakutan akan dipukul suaminya.
“sepertinya aku tak punya pilihan lain selain menanyakannya pada koyurugi-kun.” Kata suami saeko lalu berjalan pergi.
Saeko jadi ketakutan “tunggu.. apa kau akan ke chocho la vie?”
“apa itu masalah untukmu?”

“jika temanku mengetahui klo suamiku orang yang memalukan seperti itu maka itu akan jadi masalah untukku. Laki-laki benar-benar tak memahami. Sepertinya radar mereka benar-benar tumpul. Jika kau ingin pergi, pergi sajalah” gerutu  saeko

“oh ya.. saat pesta dirumah Amano-san ,  orang yang kau ajak kencan… kau terlihat dengan salah satu staff dirumah amano-san kan?” ungkit suaminya kejadian dulu.

“hentikan.. kau selalu mudah  emosi seperti ini.. hal ini juga terjadi dengan istrimu yang dulu kan?” sindir saeko tak tahan dengan kecemburuan suaminya.
Suami saeko mendekati saeko dan menampar pipi saeko 2 kali dan membuat lengan saeko terjatuh menimpa pigura yang ada dimeja.



Pagi harinya saeko sedang mencuci piringnya dan suaminya membaca Koran. Saeko meminta maaf atas apa yang terjadi kemarin. Suaminya berkata memang tak pantas bertengkar hanya gara-gara coklat seperti itu.

 
Di chocho la Vie souta melihat pelanggannya tidak ramai. Kaoruko berkata souta tak perlu membandingkan pelanggan saat valetine dan saat hari biasa karena pasti akan terasa berbeda. Olivier menimpali klo sebentar lagi white day dan toko coklat pasti akan laris lagi. Jadi souta perlu agak beristirahat saja biar nanti bisa menyiapkan coklat saat white valetine.
Souta memperhatikan kalender.  Kurang 2 minggu lagi akan ada white day namun ia sudah merasa sepertinya pisau jagal sudah dilehernya. (maksudnya mengenai jawab saeko atas perasaannya.)


Souta bertemu erena dicafe. Erena melihat wajah souta yang penuh kekuatiran itu. ia menasehati souta jika souta begitu memikirkan white day yang masih lama kenapa souta tak menghubungi sakeo langsung saja biar dapat jawaban lebih cepat lagi.

Erena lalu mengajak souta datang ke acara shownya tanggal 30 maret nanti. Jadi jika souta sudah bersama saeko maka ia akan memberikan 2 tiket untuk souta agar keduanya bisa melihat shownya. 

Souta menjawab klo ia sudah merasa hubunganya dengan saeko sudah berakhir tapi ia kan tetap menunggu sampai tangga 14 maret nanti. Ia sudah memutuskan sesuatu. Dalam pikiran souta ia teringat janjinya pada erena, jika hubungannya denga saeko tak berakhir ia akan melanjutkan bersama erena.
Ia lalu mengajak erena bertemu tanggal 14 nanti tapi pas malam pergantian hari. Erena pun setuju untuk bertemu  bersama souta



Souta bertekad jika sampai tanggal 14 nanti sampai malam pergantian  tanggal 15 tak ada reaksi dari saeko maka ia akan bersama erena. Ia percaya masa-masa mudanya akan ia kenang sebagai masa muda yang penuh kebodohan dan menertawakannya suatu hari nanti bersama erena. 


Erena bercerita pada Rikudou tentang hubungannya dengan teman seksnya itu. erena berkata klo ia akan bersama dengan teman seksnya jika teman seksnya itu ditolak oleh orang yang disukai dia. Rikudou menasehati erena untuk lebih baik erena menyatakan perasaannya saja pada orang itu karena sepertinya erena punya perasaan khusus pada orang itu. erena menjawab ia tak bisa melakukannya karena mereka hanya sekedar teman seks saja dari awal.
 


Dirumahnya saeko menghabiskan hari-harinya dengan kegiatan sebagai ibu rumah tangga. Ia juga mulai memakan coklat pemberian souta. Tanpa terasa coklat valentine pemberian souta itu tinggal 1 saja. Saeko menikmati coklat valentine terakhirnya itu.
 


Tanggal 14
Hari yang dinantikan sota tiba. Sota sepertinya justru lega tanggal 14 akhirnya tiba. Olivier mengundang souta untuk bersamanya dan matsuri malam nanti. Ia minta souta membawa pacarnya juga. Souta bingung pacar yang dimaksud Olivier. Lalu Olivier menjelaskan bukankah setelah tanggal 14 berlalu maka souta akan bersama dengan erena? Souta menjawab itu blom pasti seperti itu katanya malu saat kaoruko juga ternyata sedang memperhatikannya.


Sampai malam haripun saeko blom muncul dihadapannya. Souta pergi keluar untuk menutup pintu tokonya. Ia terkejut melihat saeko ada didepan tokonya dengan membawa kopernya.




Souta membawa saeko masuk ke tokonya. Ia bingung dan grogi. Saeko mengghilangkan kebisuan mereka berdua dengan berkata klo ia sangat menyukai coklat valentine buatan souta itu. souta berterima kasih dan senang saeko menyukai coklat itu. 

Mata souta baru menyadari koper besar yang dibawa saeko.
“apa kau akan berpergian? Itu tas yang sangat besar” Tanya souta.
Saeko terdiam dan tertunduk sebelum menjawabnya. “aku meninggalkan rumah” ucap saeko pelan

“eihhh? Kau melarikan diri?” Tanya souta dan mendekati saeko “apa kau bertengkar dengan suamimu?” 

“iya” angguk saeko
“ohhh…  lalu apakah kau akan ke rumah orangtuamu?” 

“tidak.. aku tak bisa kesana. Suamiku akan segera menemukanku disana. Aku rasa ibuku juga akan menyuruhku kembali lagi. “

“lalu apakah kau akan temanmu..”
“temanku…” saeko tak yakin 


Souta jadi merasa kasian dan bingung “aku tingga dirumah keluargaku, kami tak punya ruangan kosong juga..” ucap souta. 

Saeko menatap souta dengan “kecewa”. Ia melirik lantai 2 toko choco la vie. Souta melihat arah pandangan mata saeko ke lantai 2nya. 




“maaf aku yang tiba-tiba muncul dan mengatakan hal-hal seperti ini.” kata saeko.
“tak apa-apa” sahut souta sambil memikirkan sesuatu.

“baiklah aku akan pergi” pamit saeko.
 “eih.. tapi  kau akan kemana?” Tanya souta kuatir

“yah aku rasa aku akan mencari hotel yang murah.”
“tapi ini sudah larut malam” sahut souta

“tak apa..  aku akan menemukannya.  Terima kasih atas coklatnya yang sangat enak.” Saeko lalu membawa kopernya pergi.

“saeko san!” panggil souta tiba-tiba
“ummmm?”

“ano kau bisa tinggal dilantai 2. Ada sebuah tempat tidur di ruang gudang, saat aku lembur sampai malam atau tidur maka aku menggunakannya. Memang bukan ruangan yang bagus tapi…. Memang agak kotor tapi lumayan….” Souta berkata-kata dengan grogi, panic, gugup dsb.

“aku tak ingin jadi pengganggu” sahut saeko menatap souta.

“tak ada masalah dengan itu.. ahhh tapi aku harus membersihkannya dulu. Apa kau mau menunggu di café sana dulu? “

“apakah benar tak-apa apa?” Tanya saeko menyakinkan.
“tentu saja” jawab souta tersenyum. Saeko tersenyum lega.


Souta lalu buru-buru naik ke lantai 2 toko coklatnya. Saking bersemangatnya souta sampai bingung apa yang harus ia lakukan lebih dulu, mengganti sprei, membersihkan barang-barang atau menyapu lantai dulu?

Kaoruko dan Olivier yang akan pulang jadi heran melihat tingkah souta itu.
“souta apa yang sedang kau lakukan?” Tanya kaoruko.
“ahh tak ada” sahut souta gugup.

“aku mendengar suara-suara.. apa ada orang yang datang?” Tanya kaoruko.
“tidak.. tak ada yang datang.” Bohong souta.

“hmmm.. apa kau akan menginap disini?” Tanya kaoruko yang masih penasaran souta membersihkan ruangan itu.

“tidak.. aku hanya ingin sedikit membersihkannya saja…” jawab souta
“lalu bagaimana janjimu dengan erena?” Tanya Olivier mengingatkan souta.

“aku akan kesana setelah menyelesaikan ini.” jawab souta lagi.     
“apa perlu kami bantu” ucap kaoruko lan gsung masuk ke ruangan itu bersama Olivier. Souta langsung menghalangi keduanya.

“tidak.. tidak.. tak usah aku bisa melakukannya.. sampai jumpa besok”  kata souta menghalangi keduanya masuk dan mendorong keduanya sampai keluar ruangan dan Ia langsung menutup pintu ruangan itu. 



Souta membersihkan ruangan itu dan tiba-tiba ia membayangkan saeko pamit padanya dan pulang bersama suaminya.

Sementara itu di café dekat toko coklat choco la vie, saeko sedang duduk termenung menunggu souta menyelesaikan kebersihan ruangan lantai 2 itu.



Kaoruko sebelum pulang ke rumahnya ia mampir pergi ke sebuah super market. Ia bertemu dengan erena yang sedang membeli beberapa barang makanan dan minuman dengan wajah yang ceria. Mereka lalu saling menyapa sebentar. Kaoruko mau bertanya apa itu karena erena akan bertemu dengan souta maka membeli barang-barang tersebut. Namun ia membatal bertanya.


Selesai membersihkan rumahnya souta buru-buru ke café tempat saeko yang sudah menunggu. Sampai didepan café ada pesan masuk di HPnya. Ia membaca pesan Erena yang memberitahu souta klo ia sudah menunggu sota dan ia juga sudah membeli wine. 

Souta baru teringat janjiannya bersama erena lagi. Ia akan ragu sebentar memikirkan erena namun saat ia menoleh menatap ke dalam kaca café, ia melihat saeko yang tersenyum  padanya. Souta terhipnotis dan langsung mengesampingkan janjiannya pada erena. 




Souta mengantar saeko masuk kedalam kamar lantai 2 itu. ia menunjukkan juga kamar mandinya. Ia memberitahu saeko klo ia juga sudah mempersiapkan handuk dan perlengkapan mandi lainnya disana. Souta melihat ada dus yang agak memenuhi ruangan jadi ia mendorongnya ke pinggir. HP yang ada disaku souta terjatuh saat ia membungkuk utk mendorong dus itu. Souta mengambil dan menaruhnya di sebuah meja.

“arigatou… meski aku datang dengan tiba-tiba seperti ini tapi kau sudah melakukan banyak hal untukku. Souta-kun kau seperti penyelamatku. Kau seperti seorang pangeran.” ucap saeko 

Souta tersenyum melihat saeko yang begitu berterima kasih padanya “ itu berlebihan.. aku tak melakukan yang begitu berarti.. jangan terlalu menguatirkannya” sahut souta tersenyum senang.
 





Saeko masih terus menatap souta dengan penuh keharuan. Dalam pikiran souta berkelebat klo ia bisa melakukan “hal yang salah” dalam situasi yang sekarang ini. ia segera mengeyahkan pikiran erotisnya yang egois itu, mengingat betapa saeko sedang dalam masalah besar.

Souta lalu pamit untuk pulang “sampai jumpa besok” katanya melangkah meninggalkan saeko.

“kau pulang sekarang?” Tanya saeko

“iya.. aku ada janji dengan seseorang. Aku akan datang besok jam 7 pagi.” Ucap souta.
Saeko langsung tertunduk sedih. 

“baiklah sampai jumpa besok” ucap saeko pad akhirnya.

“ya sampai jumpa lagi” souta keluar kamar dan meninggalkan tokonya.
 



Diluar toko sota bergumam klo seorang samurai memang lebih baik pergi daripada salah dalam bertindak.

Tapi setelah beberapa langkah ia menghentikan langkahnya. Ia teringat wajah saeko yang sedih saat ia pamit pulang tadi. Ia merasa saeko sangat kesepian. Ia merasa seharusnya ia tinggal lebih lama. Lalu hatinya berkata lain lagi. Klo ia tinggal lebih lama maka akan terjadi hal-hal yang buruk lagi. Souta memutuskan untuk bertemu erena saja.

Tapi beberapa langkah kemudian ia menghentikan langkahnya dan ragu.  Ia bolak balik melangkah ke tokonya lagi lalu balik badan dan meninggalkan toko nya lagi… souta terus bolak balik didepan tokonya. Ia masih bingung antara memilih disisi saeko yang kesepian di tokonya atau erena. 

Karena bingung mana yang harus ia pilih souta mengundinya. Jika sepatu yang ia lemparkan alasnya ada diatas maka ia tidak pergi menemui erena tapi jika alas sepatunyanya dibawah maka ia akan pergi ke erena. (yang undian ini aku nggak tau apa aku kebalik memaknainya.. hhihi)

3 x melempar sepatunya semua alas sepatunya ada diatas. Souta tak terima dan merasa itu karena sepatunya tak seimbang saja maka bisa seperti itu. ia lalu melempar sepatunya lagi dan kali ini alas sepatu ada dibawah. Souta tersenyum lega, ia merasa itu hal yang terbaik. 

Souta lalu memutuskan mengirim pesan pada erena tapi ia jadi teringat klo HPnya tertinggal di kamar yang ditempati saeko itu.


Souta mengetuk kamar yang ditempati saeko.
“saeko-san.. maaf.. aku rasa aku lupa HPku.” Seru souta. Ia mendengar suara air mengalir dari shower dikamar mandi yang berhadapan dengan pintu kamar tidur saeko.
 


“aku akan masuk” ucap souta yang langsung membuka pintu kamar saeko. Souta memasuki kamar itu dan tiba-tiba pintu kamar mandi dibelakangnya juga terbuka. Souta menoleh dan melihat saeko yang ada dipintu kamar mandi dalam keadaan basah dan hanya memakai handuk saja untuk menutupi tubuhnya. 

Souta terkejut dan matanya terbelalak… keduanya saling menatap. 
 




“telponmu disini” ucap saeko sambil menunjukkan HP souta yang ada ditangannya.
“mengapa engkau membawanya?” Tanya souta heran melihat HPnya ada ditangan saeko dikamar mandi. Harusnya kan HPnya ada didalam kamar diatas meja. 

“aku juga tak mengerti” ucap saeko dengan tatapan yang begitu menggoda. 

Souta maju beberapa langkah untuk meraih HPnya tapi saeko segera menarik HP itu menjauh dari jangkauan souta dan membuat souta maju mendekat padanya.
Souta tak mengerti maksud perbuatan saeko itu.

“hentikan ini.. seriuslah” ucap souta menatap saeko tajam. Ia lalu meraih HP ditangan Saeko tanpa melepas pandangan matanya dari mata saeko. Tangannya bersentuhan dengan tangan saeko yang memegang hpnya itu. 
 




Perlahan saeko mendekati souta selangkah demi selangkah. Sampai beberapa centi dari souta, saeko melepas pegangan tangannya dari handuk yang menutupi tubuhnya. Handuk itupun terjatuh kelantai. 

Saeko mengalungkan tangannya dibahu souta dan semakin membuat keduanya semakin dekat.

“saeko-san kau tak bisa melakukan ini..” ucap souta pelan menatap saeko yang begitu dekat dengannya tanpa sehelai benangpun menutupi tubuhnya. 




Wajah saeko semakin mendekat pada souta dan membuat souta menutup matanya. Saeko perlahan menciuman souta. Ia terus mencium souta yang masih berdiri mematung didepannya. Soutapun perlahan tak bis amengendalikan dirinya lagi. Ia pun mulai membalas ciuman saeko yang semakin intim. Ciuman mereka menjadi semakin membara membuat keduanya terjatuh kelantai dan terus ke hubunga yang lebih serius. Melupakan status mereka.
 





Dirumahnya erena menunggu souta yang tak kunjung datang. Ditempat lain suami saeko pulang dan tak menemukan istrinya di rumahnya. Ditempat lain kaeruko menghabiskan malamnya dengan melihat film di bioskop.
 





“souta kau sangat menakjubkan” bisik saeko pelan.
“hummmm?”
“kau berbau seperti coklat.”
“benarkah?”

“iya benar” mereka berdua berbaring di ranjang dengan berpelukan.

“jika aku disana, aku merasa seperti furniture.. seperti kursi atau setrika atau meja, semacam itu. jika aku memberitahu orang itu maka ia akan berkata “manusia memang seperti furniture” dan aku akan tersenyum dan menjawab “kau benar” 

Souta mengusap airmata disudut mata saeko dan menciumannya lembut.

“saeko-san apakah aku bisa menjadi seorang pangeran? Atau apakah kau mengotori apa yang sudah ada? Sampai kemarin aku hanya bisa berkhayal, pria tanpa harapan dan seorang chocolatier, tapi pada akhirnya aku lulus menjadi seorang pezina.”



Kaoruko datang ke toko dan ia sangat terkejut melihat saeko dan souta sedang didapur sedang makan rotinya. Keduanya terlihat begitu dekat dan mesra. Saeko lalu menjelaskan klo semalam ia tidur dlantai 2 toko mereka itu.  Saeko menawarinya roti itu tapi segera ditolak kaoruko. 



Kaoruko pergi meninggalkan keduanya dan masuk ke ruang kantor sekaligus ruang ganti toko. Souta menyusul kaoruko. Ia menjelaskan pada kaoruko alasan saeko menginap disana adalah karena ada masalah dirumah saeko. 

Kaoruko memperhatikan pakaian souta yang masih sama seperti kemarin. Ia bertanya apa semalam souta pulang ke rumahnya karena souta memakai baju yang sama. Souta menjawab klo tadi pagi ia buru-buru jadi ia salah ambil baju yang kemarin. 

Setengah tak percaya kaoruko meninggalkan souta untuk berganti bajunya. Kaoruko berpikir apa yang sedang terjadi keduanya. Ia sudah melihat souta dan saeko berciuman tapi ia juga tau klo souta semalam juga janjian dengan erena jadi sekarang ia tak tau pasti apa yang sebenarnya sudah terjadi. 



Olivier memberi ucapan selamat pada souta yang pada akhirnya memenangkan apa yang diinginkannya selama ini (mendapatkan saeko). Souta berkata meski begitu ia tak tau pasti apa yang sebenarnya saeko pikirkan. Bisa saja saeko akan pulang ke rumahnya lagi saat ia sudah menjadi tenang lagi.

“bagaimana dengan erena? Apa kau memberitahu erena?” Tanya Olivier
Souta mengeleng “blom.. membuatnya menunggu dan melakukan hal itu, itu sangat buruk.. tapi jika aku menghubungi erena sekarang, aku tak tau apa yang akan aku katakan.” Jawab souta

“aku rasa ini mungkin salahku” sahut Olivier bersalah. “apa itu karena aku menyebut hubungan kalian sebagai teman seks dari permulaannya? Jika aku menyebut erena sebagai pacarmu, souta mungkin tak akan mengkhianati erena semalam. Meski sebuah candaan, jika memberinya sebutan maka itu yang akan benar-benar terjadi.”

“bisa saja seperti itu tapi aku juga tak pernah membantahnya klo kami bukan teman seks. Jadi itu bukan kesalahan Olivier.” Sahut souta.

Dari balik pintu dapur choco la vie, matsuri mendengarkan pembicaraan keduanya.




Matsuri pergi mendekati kaoruko yang sudah selesai melayani pelanggan.
“kaoruko-san.. aku barusan mendengar, sepertinya onii-chan dan saeko-san sudah “melakukan itu”” kata matsuri.
Kaoruko terkejut “melakukan itu?!”

Matsuri terkejut melihat wajah terkejut dan marah kaoruko. Ia menyadari ia sudah salah berkata-kata. 2 orang pelanggan datang dan matsuri memanfaatkannya untuk menghilang dari sisi kaoruko yang terlihat marah.



Kaoruko melanjutkan pekerjaannya dengan kasar. Ia melampiaskannya dengan menutup lemari coklat dengan sangat keras membuat matsuri dan kedua pembeli memperhatikan ulah kaoruko itu.

“jika itu masalahnya, katakan saja dari awal jadi aku tak akan marah. Tidak.. tentu saja aku akan marah. Aku sangat marah sekarang ini, meskipun aku tak berada diposisi dimana aku punya hak untuk marah!”
 


Ayah matsuri datang tiba-tiba membuat kaoruko terkejut.
“ayah… kau sangat cepat” gumam matsuri.
“dimana wanita itu?” Tanya ayahnya serius.

“sekarang dia ada diatas” sahut matsuri. Dengan wajah sangat serius dan buru-buru, ayah souta segera pergi menuju lantai 2. 

Melihat wajah ayah souta, kaoruko tersenyum puas karena matsuri sudah melaporkan saeko pda ayahnya. “matsuri-chan,, good job!” batin kaoruko tertawa senang.
 



Souta terkejut melihat ayahnya masuk ke dapur. Ia berkata klo ia tak butuh bantuan ayahnya saat ini. ayahnya menyingkirkan souta dan melangkah menuju lantai 2.
 


Sampai disana ia mencari saeko yang ternyata sedang ada dikamar mandi membersihkan toilet. 

“ano…”sapa ayah souta.. saeko menoleh dan langsung bangkit berdiri memperhatikan bapak yang ada didepannya itu.

“aku ayah souta” ucap ayah souta bersedekap. 

“senang bertemu denganmu. Aku yoshioka saeko” sapa saeko membungkuk ramah didepan ayah souta itu. 

“aku dengar kau tinggal disini.” Sahut ayah souta dengan serius dan garang
“maaf aku sudah mengganggu” kata saeko
“tidak”
“aku dan souta kun sudah berteman sejak sma. Saat ii aku sedang dalam situasi tertentu dan souta-kun menolongku.” Ucap saeko menjelaskan kehadirannya di kamar toko coklat itu. 
 



Ayah souta memperhatikan tangan saeko yang lebam. Ia jadi merasa kasian. “apa dia ummm.. apa dia menyuruhmu untuk bersih-bersih?” tanyanya

“tidak,, aku rasa sudah sepatutnya aku melakukan sesuatu sebagai ucapan terima kasih karena mengijikanku tinggal. Ini kemauanku sendiri. Aku sangat berterima kasih pada souta-kun.  Aku pergi dari rumah tanpa ada rencana kedepannya. Aku benar-benar kesulitan karena aku tak tau harus pergi kemana.” Ucap saeko
Ayah souta jadi semakin kasihan melihat saeko seperti itu.



Ayah souta turun lagi ke toko dan masuk  ke dapur. Souta, Olivier, kaoruko dan matsuri sedang menunggu komentar ayah souta itu.
“ayah biar aku jelaskan…” ucap sota
“kau…..” ayah souta menatap anaknya denga serius. Kaoruko tersenyum sudah membayangkan souta akan dimarahi oleh ayahnya.

“kau harus menjaganya dengan baik” kata ayah souta sedih

“eihhhh?” semua terkejut dengan perkataan ayah souta. Mereka sudah siap-siap ayah souta akan marah tapi kenyataannya ia malah berkata seperti itu.

“aku sangat sedih untuk  saeko-chan” lanjut ayah souta

“saeko-chan???” batin kaoruko kesal mendengar ayah souta memanggil saeko dengan chan.. panggilan akrab untuk orang lain. 

“gadis sebaik dia mendapatkan laki-laki jahat dan harus menderita.” Lanjut ayah souta sedih.

“DNA keluarga Koyurugi benar-benar tak bisa diharapkan. Tak bisa diandalkan” gerutu dalam hati Kaoruko kecewa dengan tanggapan ayah souta itu.





Kaoruko menemui saeko dilantai 2 yang sedang memakai pelembab ditangannya yang lebam. tapi begitu melihat kaoruko datang saeko segera menutupi lengannya dengan memperpanjang lengan bajunya yng tadi dilipatnya. saeko lalu tersenyum ramah pada kaoruko.


“kau benar-benar punya keberanian.. meski kau sudah menikah, kau berani pergi ke  tempat lelaki lain dan melakukan ini itu. aku tak pernah membayangkan bisa melakukan hal seperti itu” kata kaoruko. Saeko hanya terdiam memperhatikan kaoruko.

“meski ini bukan hal yang seharusnya aku katakana tapi… saeko-san juga sungguhan menyukai souta kun kan?” Tanya kaoruko

“heihhh?”
“mengapa “heih?”” Tanya kaoruko bingung “eihhh tunggu.. heih? Ini ukan main-main saja kan?” 

saeko bingung sendiri dengan pertanyaan kaoruko itu. “tidak.. aku tak pernah memikirkan apakah “cinta” itu serius atau main-main.” Sahut saeko
“kau harusnya tau apa itu serius atau main-mai kan?!” seru kaoruko tak bisa menahan emosiya. 

“aku rasa aku ingin dicintai oleh souta-kun. Mungkin akan banyak wanita yang ada disekelilingnya tapi aku akan berusaha menjadi satu-satunya yang sangat ia cintai. Itukan yang kau sebut cinta yang serius?” kata saeko

“bukan.. itu bukan seperti itu.. itu hanya sebuah permainan kan? Itulah mengapa itu disebut bermain-maiin. Ini bukan baseball atau shogi” bantah kaoruko

“tapi orang yang bermain baseball atau shogi, mereka juga melakukannya dengan seriuskan?” sahut saeko lagi.

Kaoruko amat sangat kesal. “mencoba untuk memoles dan mendisiplinkan dirimu sendiri dengan segenap usahamu dan mencoba membaca pikiran orang lain..”lanjut saeko

‘salah… salah.. salah.. ini sebuah kesalahan” teriak kaoruko
“eih.. mengapa begitu? Mengapa hal itu salah?” Tanya saeko

“karena baseball dan shogi itu berbeda dengan cinta kan” kata kaoruko menjelaskan.
“lalu apa maksudmu dengan “cinta serius?”Tanya saeko

“kau benar-benar tak mengerti huh?! Contohnya… contohnyya… “ kaoruko terdiam.. ia tak berani mengungkapkan apa yang ada di kepalanya. 

Ia hanya bisa membatinnya “contohnya tanpa memperdulikan penampilan, mencintai orang itu tanpa syarat. Tidak… tak mungkin itu tanpa syarat…  meski aku pun.. hanya setelah souta-kun kembali dari paris.. aku jatuh cinta padanya karena ia menjadi begitu tampan..  harusnya.. berharap kebahagiaan untuk orang itu dari dalam hatimu.. tapi, apa aku pernah berharap akan kebahagiaan souta-kun? Ku tak pernah merasa semua akan berjalan baik jika bersama saeko-san. Meski aku mendengar ia pergi dengan seorang model itu, tapi aku merasa akan sangat baik jika keduanya terjadi masalah dan mereka hubungan mereka putus. Karena ia tak akan menjadi milikku aku rasa akan sangat baik klo ia juga tak bahagia. Tapi aku orang yang serius dibanding seorang ibu rumah tangga (saeko) atau seorang model (erena), aku rasa aku lebih mencintai souta dengan seriusnya. Itu yang selama ini aku pikirkan tapi.. bagaimana dengan diriku sendiri.. pada akhirnya aku hanya jatuh cinta pada pandangan pertama kepada pangeran coklat, dan ingin menjadi putri coklat.”
 
“kaoruko-san..” panggil saeko menyadarkan kaoruko dari lamunannya “apa artinya cinta yang serius itu?” Tanya saeko ulang.

bagaimana aku bisa tau.. bagaimana aku mengerti sesuatu yang kau tak mengerti. Hanya karena aku sepertinya mengerti jangan pernah berpikir seperti itu.. aku tak mengerti apapun.. aku sama dengan wanita itu. dan sekarang aku menyadari.. aku berada dilevel bawah wanita itu..“
 



Kaoruko meninggalkan saeko dan berjalan  menuruni tangga untuk ke lantai dapur coklat. Karena terburu-buru koruko terpeleset dan kebetulan souta ada dibawah tangga.

Souta menahan tubuh kaoruko agar tak terjatuh. Kaoruko tidak bergerak dari topangan tubuh souta. .
“kaoruko san, apa kau baik-baik saja?” Tanya souta kuatir.

“souta-kun wanita itu aneh.. dia menjijikkan.. tapi aku  juga sama menjijikannya seperti dia.. souta kun kau perlu berhati-hati.. wanita bisa menjadi menjijikkan” batin kaoruko.




Souta heran dengan kaoruko yang terdiam dan bersandar dibahunya. Ia memperhatikan tangga atas lantai 2. Sementara itu saeko dilantai atas memikirka perkataan kaoruko.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar