Takuto
pergi ke sebuah wawancara kerja lagi. Disebelahnya duduk mahasiswa lain yang
sangat gugup.
Pemuda itu adalah orang yang pernah di lihatnya saat bersama
mamoru.
Pemuda
itu terus menghafal kata-kata yang akan diucapkannya saat sesi wawancara nanti.
Ia menyadari seseorang sedang memperhatikannya dan saat ia menoleh ia melihat
takuto yang sedang melihatnya.
“aku
rasa kita satu kampus ya” ucap takuto pelan
“iya..”
angguk pemuda itu. “ummmm… he -eiy…”
“ya?”
takuto melihat pemuda itu sepertinya mau berbicara dengannya tapi gugup.
“ah
tak apa.. berapa perusahaan yang sudah kau coba?”
“banyak..
aku tak menghitungnya..”jawab takuto.
“iya
aku juga..”ucap pemuda itu
“sebenarnya
ini adalah perusahaan ke 48.” Takuto tersenyum malu mengakuinya.
“ini
yang ke 79 untukku” sahut pemuda itu
“wahhhh..”
ucap takuto tanpa sadar. Pemuda itu langsung melirik takuto
“gomen”
takuto meminta maaf
“tak
mengapa.. itu lebih baik daripada berusaha untuk tak menyakiti
perasaanku..”sahut pemuda itu.
Takutopun
tersenyum.
Megumi
dan Hina pergi ke cafeteria kampus. Megumi terus melihat HPnya untuk mengecek
apa ada pesan masuk untuknya. Namun ia kecewa karena tak menemukan satupun
pesan masuk yang diharapkannya.
“apa
kau menerima telpon?” Tanya hina.
Megumi
berbalik “tawaran pekerjaan? Blom ada”
“maksudku
pemuda sembrono itu.”
“pemuda
sembrono?” megumi heran dengan panggilan hina untuk takuto itu.
“dia
tampan.. dia terlihat seperti dia punya banyak pacar. Kau sebaiknya
berhati-hati” goda hina.
“aku
tak tau maksudmu..”
“mungkin
itu memang rencananya untuk menolongmu di interview waktu itu. jadi dia bisa
dekat denganmu.” Goda hina lagi. mereka berdua berjalan mencari tambahan menu
lainnya di cafeteria itu.
“sepertinya
bukan seperti itu.. dia bahkan belum pernah menelponku” sanggah megumi. Namun
megumi jadi terkejut saat Hpnya berbunyi dan orang yang menelponnya itu adalah
takuto.
“itu
dia…” seru megumi terlihat sangat bahagia.
Hina
menghalangi megumi untuk mengangkat telpon takuto. “jangan diangkat
cepat-cepat. Dia akan tau klo kau sudah menunggu telponnya. Tunggu sampai berdering
3 x” kata Hina.
Megumi
sangat gugup namun mengikuti saran hina untuk tidak segera mengangkatnya.
Megumi
menghitung dering pertama.. dering kedua..tangan megumi sudah ditombol terima
tapi tiba-tiba telpon ditutup. Megumi panic “ahh.. moshi moshi…?” tapi telpon
itu memang sudah terputus.
Dengan
santainya Hina melanjutkan langkahnya “kau harusnya segera mengangkatnya
setelah dering ke 2.”
“kau
kan yang menyuruhnya!” seru megumi cemberut karena kecewa tidak bisa berbicara
dengan takuto.
Dirumahnya
megumi masih saja menunggu telpon lagi dari takuto. Tapi karena sudah menunggu
lama akhirnya ia memberanikan diri menghubungi takuto.
Takuto
segera mengangkat telpon dari megumi itu “ada apa?”
“”ada apa?” bukankah kau yang tadi menghubungiku?
Aku tak tau kau menelpon. Aku baru saja menyadari ada telpon darimu.. jadi…
jika kau tak ingin mengatakan apa-apa maka aku..”
“ahh..
apa kau mau bertemu?” ajak takuto cepat-cepat begitu megumi sepertinya akan
menutup telponnya.
Megumi
terkejut “apa?,.. aku…. Aku hari ini punya pekerjaan.”
“jadi
apa kau mau bertemu denganku hari ini?” Tanya takuto lagi.
“ahh..
umm.. “ megumi bingung menjawabnya.
“aku
sebenarnya juga harus bekerja hari ini. kau bekerja di restaurant kan?” Tanya
takuto
“bagaimana
kau tau?”
“saat
interview waktu itu” jawab takuto “kau bercerita klo kau mencoba berbagai
makanan dan mengingat darimana asal bahan-bahannya.”
“ahhh..
oh ya sepertinya aku memang mengatakannya” sahut megumi tersenyum
“dimana
restaurant tempatmu bekerja?” Tanya takuto ingin tau.
Megumipun
menyebutkan nama restaurant tempat ia kerja.
“ohh..”
gumam takuto. “klo begitu sampai jumpa lagi” pamit takuto.
“aaa…
“megumi berniat berbicara lebih lama dengan takuto tapi ternyata takuto sudah
menutup telponnya. Megumipun kecewa.
Takuto
segera menutup telponnya karena ia akan memberikan les privat pada tetangga
sebelah apartemennya. Gadis Smp itu
meminta takuto mengajarinya menulis tentang impiannya. Ia bingung apa yang
harus ia tulis.
Takuto
bermain futsal dengan teman-temannya. Tiba-tiba ia merasa kakinya kram. Ia pun
terjatuh. Seorang senpai yang bernama Shigeyuki Mukai mendatangi dan
membantunya. Teman-teman menertawakan takuto yang kram itu.
Takuto
dan Shigeyuki senpai pergi ke restaurant. Ternyata tempat itu adalah tempat
kerja megumi.
Gadis
itu terkejut melihat takuto memasuki restaurant tempatnya bekerja. Megumi
langsung mencoba bersembunyi biar tidak ketahuan. Seorang pelayan lain membawa
takuto untuk pergi ke sebuah meja.
Megumi
memanfaatkannya untuk pergi ke kamar kecil dan membereskan penampilannya. Ia
juga mengoleskan lipstick tipis dibibirnya.
Megumi
lalu membawakan takuto dan Shigyuki senpai 2 gelas air putih.
“apa
aku bisa mencatat pesanmu?” Tanya megumi.
“ahh
aku kira kau tak disini. Aku sangat lapar. Makanan apa yang terenak disini?”
Ucap takuto.
“ini
adalah menu pilihan chef untuk waktu yang terbatas seperti ini.” sahut megumi
menunjukkan sebuah menu makanan.
“aku
tak mau pilihan chef. Aku mau pilihannya megu.” Sahut takuto.
Megumi
jadi salah tingkah.
“kau
sudah merasakan semua makanan kan?” kata takuto
“semua?”
Tanya shigeyuki senpai yang dari tadi hanya memperhatikan keduanya. ia tak
mengerti pembicaraan takuto dan megumi.
“iya..”
angguk megumi.
“ahh
ini adalah Shigeyuki – senpai dari klub futsalku.” Ucap takuto memperkenalkan
senpainya pada megumi.
“hai..
“ sapa shigeyuki-senpai. “ehhh apa dia cewekmu?”
Megumi
bingung dan ia menunggu takuto menjawab pertanyaan senpainya, ia berharap
takuto akan menjawab…..
“bukan..”
jawab takuto santai
“aku
pikir dia cewekmu. Kita kan punya selera gadis yang sama. “ kata
shigeyuki-senpai.
Takuto
tersenyum gelisah mengomentari perkataan seniornya itu.
“ahh..
aku hanya bercanda” lanjut shigeyuki senpai saat ia melihat wajah megumi yang
terheran.
“lalu
menu apa yang kau inginkan?” Tanya megumi lagi pada keduanya.
“aku
terserah pilihan megu saja” sahut takuto
“aku
juga” ucap Shigeyuki senpai menimpali.
“baiklah..”
kata megumi speakless memperhatikan kedua pria didepannya itu.
Pada
senpainya itu takuto bercerita bahwa ia sangat kesulitan untuk mendapatkan
pekerjaan. Shigeyuki bertanya apa yang bisa ia bantu untuk takuto? Takuto
menjawab, bisa bermain futsal dan berbicara dengan shigeyuki senpai sudah
sangat membantunya. Ia sekarang dalam kondisi down setelah beberapa kali
melamar pekerjaan tapi tak dapat-dapat. Ia juga down karena sahabatnya sudah
mendapatkan pekerjaan lebih dulu darinya.
Shigeyuki-senpai
pamit untuk pulang lebih dulu. Ia meninggalkan selembar uang ke atas meja.
Takuto berkata klo itu kebanyakan untuk pesanan shigeyuki. Senpainya bilang tak
masalah. Ia lalu pergi meninggalkan takuto.
Shigeyuki-senpai
setelah beberapa langkah berbalik dan memperhatikan Megumi yang sedang sibuk
bekerja. Ia sepertinya tertarik pada megumi.
Megumi
mendekati takuto dengan membawa nampan kosong.
“aku
akan membereskan piring kosong dimejamu ini” ucapnya.
Takuto
menatap megumi “kamu selesai bekerja jam berapa?”
Megumi
terkejut.
Takuto
menunggu megumi selesai bekerja. Mereka lalu berjalan bersama ke sebuah tempat.
Mereka duduk dikursi taman yang agak terpisah.
“pekerjaan
apa yang saat ini kau lakukan?” Tanya megumi penasaran.
“bisakah
kau panggil aku takuto?”
Megumi
tersenyum “apa pekerjaanmu?”
“aku
tutor”
“untuk
anak SMA? Ahh . ‘sangat kotor’” canda megumi.
“ah
bukan.. seorang anak SMP.”
“itu
lebih kotor lagi” canda megumi. Takuto menertawakan candaan Megumi itu.
Maksud
kotornya megumi itu adalah semacam “orang dewasa yang sengaja mencari mangsa
anak sekolahan”
“apa
impianmu saat kau SMP?” Tanya takuto
“kenapa
bertanya tiba-tiba?”
“ah
tak apa-apa..”
“kau
pasti akan tertawa” ucap megumi malu mengatakan impiannya.
“benarkah?”
Megumi
bangkit dari kursinya dan mengangkat tangannya dan mengangkat sebelah kakinya
kebelakang seperti menari didepan takuto.
“aku
ingin jadi ballerina” ungkap megumi
“apa
kau ikut kelas itu?”
“tidak
karena sangat mahal.. aku hanya punya ibu saja. Aku tak mau mencoba mengatakan
klo aku punya masa kecil yang mengagumkan” sahut megumi merendah.
“itu
sudah mengagumkan” kata takuto agar megumi tak malu dengan kondisi kehidupan
megumi saat kecil.
“lalu
bagaimana denganmu?” Tanya megumi dengan tanpa menyebut nama takuto hanya
memakai kata panggil umum.
“bisakah
kau memanggilku takuto saja?” pinta takuto.
“oke..
lalu apa impianmu?”
“menjadi
dokter” sahut takuto
“hah?
Dokter?”
“iya
dokter rumah sakit”
Megumi
menertawakan takuto, ia tak percaya dengan ucapan takuto. “kau berbohong”
“aku
dulu sering bermain dengan berpura-pura jadi seorang dokter.” Kata takuto
“aku
rasa kau masih terus melakukan.. sungguh kotor” canda megumi. Ia selalu
bercanda dengan beranggapan klo takuto seorang yg cabul.
“apa
kau mau melakukannya?” takuto tertawa balik menggoda megumi.
“hah?
Jangan bodoh” sahut megumi takut.
Takuto
jadi tertawa melihat reaksi megumi itu.
Tokuto melihat megumi menyembunyikan
wajahnya di syal yang melingkar dilehernya.
“apa
kau kedinginan?” Tanya takuto
“iya..
aku kedinginan” sahut megumi.
“baiklah
saat nya kita pergi” ajak takuto sambil bangkit berdiri.
“ya”
angguk megumi.
“aku
akan mengantarmu” kata takuto.
“arigatou”
ucap megumi. Takuto mengambil sepedanya dan berjalan bersisian dengan megumi.
Sawada
takuto – winter
Takuto
berangkat ke kampusnya dan melihat beberapa teman Nampak bergerombol membahas
sesuatu yang sedang hangat dibicarakan semuanya. Mamoru menyapa takuto dan
memberitahu takuto klo seorang mahasiswa yang pernah mereka temui sedang gugup mencari
pekerjaan itu, sudah meninggal karena bunuh diri.
Takuto
terkejut mendengarnya.
Takuto
pergi ke rumah duka keluarga sakashita, mahasiswa yang bunuh diri itu. saat
akan menulis daftar tamu, takuto bertemu dengan megumi yang ternyata sedang
melayat juga.
Mereka
masuk ke dalam ruangan tempat abu sakashita berada. Mereka melihat
ibu pemuda itu menangis. Takuto merasa prihatin, ia terus menatap foto
sakashita yang ada di meja sembayangan itu.
Megumi
dan takuto pulang bersama dan mereka berhenti di sebuah jembatan.
“apa
kau dekat sakashita-kun?” Tanya megumi
“tidak..
aku baru-baru ini untuk pertama kalinya berbicara dengannya. Aku bertemu di
sesi wawancara”
“aku
juga.. mengapa dia mati.. aku tak tau apa ini benar tapi katanya dia sudah melamar
pekerjaan yang ke 100. Perusahaan dan ditolak” kata megumi
“hei..
bolehkah aku menciummu” Tanya takuto pelan.
“hah?”
megumi tak mendengar jelas perkataan takuto.
“bolehkah
aku menciummu?” ulang takuto agak ragu dan gugup.
“bagaimana
kau bisa bercanda disituasi seperti ini?”
“aku
tak sedang bercanda” kata takuto tegas
Megumi
terkejut “apa yang kau sedang pikirkan?”
“aku
sedang tak memikirkan apapun” sahut takuto
“dan
kau ingin berciuman?”
“tidak?”
Tanya takuto lagi.
“mengerikan..
aku tak pernah berpikir kau orang seperti itu. bahkan aku sempat berpikir klo kau
benar-benar ingin membantuku saat telponku berbunyi di interview saat itu. ternyata aku salah” ucap megumi melirik
takuto dengan kecewa. Ia pergi meninggalkan takuto yang diam tertunduk.
Megumi
pergi ke perpustakaan dan terkejut melihat takuto sedang duduk disebuah meja.
Takuto tanpa sengaja menoleh dan mereka saling menatap. Megumi buru buru pergi meninggalkan perpustakaan itu.
takuto berniat menyusulnya tapi ia menghentikan langkahnya saat HPnya
bergetar.
Telpon
itu dari ibu takuto yang memberitahu klo ia sekarang sudah sampai di apartemen
takuto.
Takuto
segera pulang.
Takuto
dan rikuto duduk dikursi ruang makan mennunggu ibunya selesai menyiapkan makan
mereka. Ibu sawada memasak ayam goreng tepung untuk dinikmati mereka. Takuto
senang melihat menu itu. Saat mereka menyatap makanan, takuto melihat betapa
ibunya begitu meladeni makanan riku-chan.
Takuto
memberitahu ibunya klo besok ia akan pergi interview juga sama seperti adiknya
yang besok akan interview masuk sekolah.
Ibunya bertanya nama perusahaan yang akan dilamar takuto itu.
Takuto
menjawab Miyamae Furnitur. Ibu sawada bilang ia tak pernah mendengar nama
perusahan itu. artinya bukan perusahaan terkenal.
Takuto
kecewa dengan tanggapan ibunya.
Riku-chan
berkata bahwa meski nanti takuto tak diterima bekerja dimanapun, takuto bisa
meminta ayah mereka untuk bekerja dirumah sakitnya.
Riku-chan
bertanya pada kakaknya, apa takuto sudah melihat perusahaan itu? takuto sedih
adiknya juga memperlakukannya seperti itu.
Pada
pertemuan sebelumnya, riku-chan pernah menasehati takuto untuk mengunjungi
perusahaan yang dilamarnya. Agar takuto merasa ia sudah bekerja disana dan jadi
semakin bersemangat untuk kerja disana.
Saat
malam harinya, takuto menghafal kata-kata yang akan di ucapkannya saat
interview besok. Saat berbicara ia menatap wajahnya dicermin agar tau ekspresi
wajahnya saat berbicara dengan interviewer. Takuto tiba-tiba menjadi down,
sedih dan tak mampu melanjutkan latihan
pidatonya lagi.
Sebagai
orang yang sudah sering ditolak saat melamar pekerjaan, mungkin takuto sudah
lelah, frustasi menghadapi wawancara lagi.
Keesokan
harinya takuto datang ke miyamae furniture. Disana lagi-lagi takuto bersaing
dengan megumi untuk mendapatkan pekerjaan.
Keduanya
terkejut dan megumi memilih untuk menghindari takuto.
Ternyata
yang ikut wawancara hari itu Cuma ada 5 orang saja. 2 orang gadis dan 3 pria.
Satu persatu pelamar ditanya tentang apa yang mereka bisa pelajari selama
kuliah.
Gadis
pertama sudah selesai menjawab dan giliran megumi.
Megumi kebingungan
sendiri dengan jawaban yang akan ia berikan. Ia berkata klo sebenarnya ia sudah
menyiapkan jawaban yang sama dengan gadis yang barusan berbicara. Semua
terheran dengan jawaban megumi yang kurang tepat diucapkan. Pelamar ketiga dan
keempat juga memberikan jawabannya.
Takuto
bangkit berdiri dan menjawab pertanyaan para interviewer itu.
“apa
yang aku pelajari selama kuliahku adalah menikmati membuat planning acara-acara.
Aku anggota Event Planner Club di kampus. Dan aku salah satu wakil ketua dari
klub itu... “ takuto menghentikan pembicaraannya dan melihat para interviewer
didepannya. Semua heran dan memperhatikan takuto yang hanya diam saja.
Takuto
tiba-tiba tersenyum.
“apa
ada masalah?” Tanya seorang interviwer.
“sumimasen..
“ takuto meminta maaf.
“lanjutkan”
kata pewawancara.
“apa
yang aku pelajari dikampus adalah… bermain karakter orang.. “ semua heran dan
memperhatikan.
“di
sd dan smp aku akting dilingkunganku agar tidak popular dan akhirnya jadi orang
yang tertinggal didalam kelas. Dirumah aku acting sebagai seorang anak yang
bisa mewujudkan harapan orangtuaku. Di Sma aku tak bisa memenuhi harapan orangtuaku, disekolah
maupun dirumah aku berperan sebagai pria sembrono.” Takuto tertunduk.
“…Herannya
orang-orang menerimaku dan berkata ‘takuto adalah orang yang memang seperti
itu’. Setelah masuk universitas aku tak perlu memerankan sebuah karakterpun.
Tapi saat pencarian lowongan pekerjaan
dimulai. Aku harus memerankan sebuah karakter lagi… aku melatih bicaraku
berkali-kali didepan cermin hanya untuk seseorang yang baru aku temui di
interview.. orang yang akan menilaiku dalam beberapa menit… dan menolakku….. Aku merasa benar-benar tertolak…. Jika ini terjadi
50x, 80x dan 100x maka aku akan mempertanyakan kenapa aku masih hidup…. Aku akan
merasa tak ada gunanya hidup.”
Semua masih termenung dengan ucapan Takuto. Mungkin mereka
kasihan atau tersentuh dan mungkin bagi para pelamar, mereka juga merasakan apa
yang dirasakan takuto.
Takuto
menyadari ia berbicara terlalu jauh dan membuat suasana diruang wawancara jadi
sunyi.
“ahh
maaf aku tak menjawab pertanyaanmu.” Ucap takuto memaksakan dirinya untuk
tersenyum.
Beberapa
hari kemudian, Megumi menerima pesan dari Miyamae furniture yang memberitahunya
klo Megumi tidak diterima di perusahaan itu.Megumi sedh dan kecewa.
Takuto
sedang istirahat disebuah bangku taman saat menerima pesan dari Miyamae
Furniture. Takuto terkejut saat isi pesan itu adalah ia masuk seleksi kesehatan
dan wawancara. Ia setengah tak percaya dengan tulisan itu dan ia mengulang
membacanya.
Diwaktu
yang sudah ditentukan, takuto pergi ke Miyamae untuk test kesehatan dan
wawancara sekali lagi. Seorang Interviewer memberitahu Takuto klo ia diterima
bekerja disana.
Takuto masih terkejut tak percaya. Ia lalu bertanya alasan
kenapa ia diterima di Miyamae? Interviewer itu menjawab, takuto sudah
menunjukkan diri takuto yang sebenarnya saat wawancara waktu itu. jadi ia ingin
takuto bekerja untuknya.
Takuto terihat masih tak percaya. Interviewer bertanya
apa jawabannya tadi tak menjawab pertanyaan takuto? Takuto akhirnya tersadar
dan tersenyum. Ia mengucapkan terima kasih atas kesempatan bekerja ditempat
itu.
Takuto
keluar dari miyamae, ia sebenarnya mau menghubungi keluarganya tapi
dibatalkannya. Tiba-tiba ibunya menghubunginya. Takuto senang karena memang
tadi ia sebenarnya mau menghubungi ibunya.. jadi mungkin ia merasa ibunya itu
punya ikatan batin dengannya.
Takuto
mengangkat telponnya. “ya..?”
“moshi.. moshi.. takuto, riku-chan lolos ujian
masuk universitas pilihan pertamanya”
“syukurlah”
ucap takuto.tersenyum.
“iya
aku sungguh bersyukur” kata ibu sawada
Takutopun
ingin memberitahu kabar bahagianya pada ibunya “emm.. aku juga…”
Tapi
ibunya sepertinya sangat bersemangat dengan sekolah riku sampai ia tak
mendengar ucapan takuto itu.
“aku
ingin mulai mempersiapkan sekolahnya jadi kami akan segera datang” lanjut ibu
sawada.
Takuto
sedih dan kecewa ibunya begitu tak memberinya kesempatan berbicara karena
bahagia atas apa yang terjadi dengan riku-chan.
Megumi
memperhatikan HPnya terus. Ia ragu untuk menghubungi takuto. Namun ia
memberanikan dirinya. Ternyata telpon takuto tidak diangkat jadi
megumi menutup telponnya.
Ditempatnya
bekerja megumi melihat kebahagaian sekelompok orang karena salah satu teman
mereka diterima bekerja.
Saat
akan pulang megumi memberitahu manager restaurant klo ia masih ingin bekerja
disana sampai april. Manager menyetujuinya.
Megumi
pulang membawa sepedanya. Ia terkejut saat melihat didepannya sudah berdiri
takuto yang sepertinya sudah menunggunya dan tak menyadari klo ia sudah ada
disana.
Takuto
akhirnya menyadari megumi sudah melihatnya. Takuto berjalan mendekati megumi.
“ada
apa kau disini?” Tanya megumi.
“karena
kau menghubungiku jadi..”
“ohh..
aku ingin berbagi informasi pekerjaan karena kita ada di interview perusahaan
yang sama. Aku tak dapat pekerjaan itu” ucap megumi.
“ohh,,
aku dapat pekerjaan itu.” sahut takuto
“sudah
kuduga sebelumnya.. omedeto (selamat ya)”
“arigatou”
sahut takuto terus menatap megumi.
Mereka
berdua perg ke taman kota yang pernah mereka singgahi. Posisi duduk mereka juga
sama, duduk dikursi taman yang berbeda.
Takuto
berdiri dan menatap megumi dengan tulus “maaf atas apa yang aku lakukan saat
melayat itu.” Ucap takuto.
Megumi
bangkit berdiri “tak apa.. aku juga meminta maaf. Aku tau kematian
Sakashita-kun sangat mengejutkanmu. Kau terus memikirkannya kan?”
Megumi
duduk lagi.
“bukan
persis seperti itu..”
“aku
tau… kau datang kerumah duka untuknya meski kau baru bertemu dengannya di saat
wawancara.”
“kau
juga datang”sahut takuto tersenyum malu dan salah tingkah.
Megumi melihat klo
takuto malu mendengar ucapannya. Megumi bangkit dan mendekati takuto yang
menunduk.
“apa
kau malu?” goda megumi.
“aku?”
bantah takuto menghindari menatap megumi.
“benarkan..
kau terlihat malu”
“aku
tidak malu..” kata takuto memunggungi megumi “aku berpikir apa dia takut
saat dia menghadapi kematiannya.”
Megumi
hanya memperhatikan kesedihan takuto dari samping dan tak berani menjawabnya.
Karena
kedinginan megumi terus mengerakkan badannya.
Takuto
menoleh dan memperhatikan megumi “apa kau kedinginan?”
Reflek
megumi mau menjawab iya. Tapi setelah ia menoleh pada takuto ia tak jadi
berkata ‘iya’. Megumi belajar dari pengalamannya saat ia bersama takuto.
Pertama,
dulu waktu di pantai takuto bertanya hal yang sama ‘apa kau kedinginan?’ saat
ia menjawab ‘iya’ takuto langsung mengajaknya pulang.
Kedua, saat takuto pergi
ke restaurannya dan mereka pulang bersama. saat ditaman takuto juga bertanya
padanya ‘apa kau kedinginan? Saat ia menjawab ‘iya’ takuto juga langsung
mengajaknya pulang.
Jadi
kali ini megumi mengingkarinya. Ia tak ingin pulang cepat. Ia masih ingin
bersama takuto jadi ia berbohong.
“tidak..
tidak dingin sama sekali”
Takuto
tau megumi berbohong padanya karena megumi masih terus mengerakkan badannya
untuk tidak kedinginan dan mengindari pandangan matanya.
Tiba-tiba
megumi bersin dan membuat takuto yang masih memperhatikan megumi jadi tersenyum
dengan bukti kebohongan megumi itu.
Megumi
menoleh dan melihat tatapan tak percaya takuto padanya. Megumi tersenyum malu
“sungguh,
aku tidak kedinginan.”ucapnya tersenyum malu dan berbalik menghindari tatapan
mata takuto yang begitu menyelidik.
Tiba-tiba
syal hangat takuto melingkari lehernya. Megumi terkejut, diam. Takuto dengan
lembut terus melingkarkan syalnya ke leher megumi sampai beberapa putaran.
Kyaaaaaaa.... so sweeettt...
Megumi
berbalik dan tersenyum malu.
“kau
harusnya hanya melakukan ini pada cewekmu saja”
Takuto
tersenyum malu-malu “aku juga tak tau alasannya.. tapi aku ingin melindungimu..”
ucapnya serius.
Megumi
teringat takuto juga melindunginya saat wawancara waktu itu. “waktu itu juga…”
Takuto
malu klo terbaca perasaannya lebih lagi. “sudah malam.. ayo kita pulang” kata
takuto tertawa dan berjalan melewati megumi untuk mengambil sepeda megumi.
Saat
takuto mengambil sepeda megumi, ia merasakan tangannya tak kuat memegang sepeda
itu. sepeda megumipun terjatuh.
“apa
kau baik-baik saja?” Tanya megumi kuatir.
“maaf..”
ucap takuto sambil mengangkat sepeda megumi itu. takuto memperhatikan tangannya
dengan heran.
“aku
akan pulang menaikinya” kata megumi.
“iya..”
sahut takuto.
Megumi
teringat syal dilehernya dan membukanya “ohh ini..”
“kembalikan
padaku lain waktu tak apa-apa” ucap takuto.
“oke”
“baiklah
bye-bye..” kata takuto
"bye bye.
ta-ku-to” sahut megumi menatap takuto.
Takuto
terdiam mendengar megumi untuk pertama kalinya menyebut namanya.
Megumi
meninggalkan takuto dengan menaiki sepedanya. Takuto tersenyum dan terus memperhatikan
megumi yang semakin menjauh.
Setelah
megumi pergi, takuto teringat keanehan ditangan kirinya. Ia memperhatikan
tangannya itu lalu ia mengabaikannya dan berjalan pulang.
aahh...senyum takuto sm megumi :)
BalasHapusKok g da lanjutannya lagi yah....
BalasHapus