Takuto
duduk di kursi roda otomatisnya yang melaju ditengah guyuran hujan di antara
orang yang berlalu lalang membawa payung.
Takuto teringat perkataan dokter yang menanganinya yang mengatakan klo
penyakitnya blom ada penyembuhan. Otot dalam tubuhnya lama-lama akan melemah.
Ia juga nanti akan mengalami kesusahan bernafas sehingga butuh alat bantu
nafas. Dan setelah beberapa lama ia akan meninggal. Itu karena ia menderita ALS
(amyotrophic lateral sclerosis)
Takuto
melihat didepannya seorang polisi yang sedang mengatur sebuah truk untuk terus
maju berjalan. Takuto terus mengarahkan kursi rodanya kea rah kerumunan orang
yang menunggu truk itu lewat. Semua terkejut melihat kursi roda Takuto terus
berjalan kea rah jalan yang akan dilewati truk. Polisi segera memberi aba-aba
agar truk berhenti tapi semua tak bisa berbuat banyak saat kursi roda Takuto
menabrak truk yang sedang jalan itu.
Takuto
terjatuh ke aspal jalan. sebuah botol
yang berisi surat yang dipangkunya dari tadi ikut terjatuh disampingnya. Tubuh
takuto terjatuh ditengah guyuran hujan.
Sawada
Takuto - winter awal kuliah.
Takuto
pergi bersama sahabatnya di sebuah job fair. Begitu banyak perusahaan yang
membuka lowongan namun saingannya untuk mendapatkan pekerjaan juga banyak.
Saking banyaknya yang datang dengan memakai pakaian yang sama, jas warna hitam,
membuat semua terlihat seperti sekerumunan semut.
Sawada
Takuto – spring di semester Senior
universitas
Takuto
mengayuh sepedanya dari apartemennya menuju lokasi perusahaan tempat interview.
Ditengah jalan sambil menunggu lampu menyala hijau. Takuto menghapalkan kalimat
yang akan diucapkannya di interview nanti. Takuto jadi malu saat melihat
anak-anak kecil sedang memperhatikan dengan keheranan melihatnya berbicara
seorang diri. Takuto tersenyum malu pada mereka.
Takuto
mengikuti sesi wawancara disebuah ruangan dengan beberapa orang rivalnya. Satu
persatu mereka memperkenalkan dirinya dan mempromosikan ke ahliannya
masing-masing. Tiba-tiba semua dikejutkan oleh suara dering telpon. Semua
terdiam ketakutan didepan para pewawancara. Ini akan menjadi nilai negative
jika ketauan siapa yang tak mematikan HPnya. Takuto merasa arah suara dering
dari tas seorang gadis yang ada disampingnya. Gadis itu terlihat gelisah. Ia
sepertinya tau takuto memperhatikannya. Ia menoleh pada takuto dan pandangan
mata mereka bertemu.
Telpon
masih bordering dan sesi wawancara berhenti menunggu dering telpon itu
menghilang. Gadis yang Hpnya berbunyi juga sepertinya tak ada keberanian untuk
mematikan ataupun bergerak dari kursinya.
Dering
Hp itu akhirnya berhenti. Pewawancara juga sudah bersiap meneruskan sesi
interview. Takuto tiba-tiba berdiri dan mengaku klo HPnyalah yang tadi
berbunyi. Ia minta maaf dan meminta ijin untuk mematikannya. Gadis pemilik HP
yang bordering itu terkejut melihat ulah takuto yang menutupinya.
Setelah
pewawancara mengijinkannya mematikan Hpnya. Takuto berjongkok dan berpura-pura
mematikan Hpnya.
Sesi
wawancara dilanjutkan, gadis yang dduduk disebelahnya giliran yang
memperkenalkan dirinya. Gadis itu berkata klo ia dari Universitas Seifu. Takuto
terkejut dan memperhatikan gadis itu. gadis itu memperkenalkan dirinya sebagai
Hongo Megumi.
Megumi
terlihat sangat gugup dan kikuk saat memperkenalkan dirinya diwawancara itu. jadi
wawancaranya terlihat kacau.
Selesai
interview Megumi mengejar Takuto.
“ano…”
serunya memanggil takuto. Cowok itu menghentikan langkahnya dan menoleh kea rah
suara yang berseru dibelakangnya.
“mengapa
kau melakukan itu? kau tau kan dering
itu dari telponku?” Tanya megumi.
“kau
jurusan ekonomi di universitas Seifu dan… namamu tadi siapa?” Tanya takuto
balik.
“aku
Hongo..” jawab Megumi menyebutkan nama keluarganya
“Hongo-san..
siapa nama pertamamu?”
“megumi”
“aku
melakukannya bukan untuk menutupi dirimu. Aku melakukannya untuk diriku sendiri
untu menarik para interviewers.” Ucap takuto
“untuk
menarik perhatian?” Tanya megumi tak mengerti maksud takuto
“untuk
menunjukkan pada mereka klo aku bisa mengatasi masalah dengan tenang.” Sahut
takuto.
Megumi
mengangguk mengerti maksud takuto.
“ja
mata..” (sampai jumpa lagi) pamit takuto tersenyum pada megumi dan melangkah
pergi.
“ja
mata?” gumam pelan Megumi heran kenapa sepertinya takuto yakin mereka akan
bertemu lagi.
Dirumahnya
Megumi selesai bersembayang didepan meja dupa ayahnya segera menyusul ibunya
menyiapkan makan malam mereka. Ibunya bercerita alasannya tadi menghubungi
Megumi saat ia wawancara adalah karena ia meminta persetujuan Megumi untuk
membeli mesin pembuat roti. Ia kuatir megumi akan protes padanya jika ia membeli barang tanpa
persetujuan dari megumi. Ibu megumi juga meminta maaf karena telponnya tadi
sudah mengganggu jalannya interview.
Megumi menjawab klo itu kesalahannya sendiri
yang tidak mematikan telponnya. Ibunya berharap intervie selanjutnya megumi akan
berhasil.
Sawada
Takuto – Summer di Semester Senior universitas
Takuto
dan sahabatnya mamoru sedang duduk diruang administrasi kampus. Mamoru
memperhatikan mahasiswa yang lalu lalang didepan mereka. Ada yang terlihat
sudah mendapatkan pekerjaan setelah dapat rujukan dari kampusnya. Ada juga
mahasiswa yang terlihat sangat kacau berusaha mencari informasi dari sekolah
perihal perusahaan-perusahaan yang membuka lowongan pekerjaan.
Mamoru
memperhatikan seorang mahasiswa yang sedang mencari pekerjaan itu. ia bilang
pada takuto klo ia pernah wawancara seruangan dengan mahasiswa itu dan suara
cowok itu terdengar bergetar hebat saat
berbicara didepan interviewer. Takuto menasehati mamoru untuk tidak bergosip
tentang seseorang seperti itu. ia kasian dengan mahasiswa yang terlihat gugup itu.
Megumi
menerima pesan penolakan dari sebuah perusahaan. Ia kecewa dan ibunya
menenangkannya dan berkata klo megumi nanti dapat pekerjaan lagi. Megumi
berkata jika sampai lulus kuliah ia tak bisa mendapatkan pekerjaan ia harus
membayar beasiswanya sebesar 6.450.000 yen. Ibunya yakin megumi akan mendapatkan
pekerjaan jika megumi tidak pemilih seperti dirinya yang punya beberapa
pekerjaan sambilan. Megumi berkata klo ia tak mau bekerja paruh waktu. Ia ingin
bekerja full time.
Takuto
menyerahkan aplikasi pekerjaan kepada seseorang (seperti dosen yang mengurusi mahasiswa yang mencari pekerjaan). Orang itu membaca dan langsung
berkomentar klo ia tak menemukan sesuatu yang menarik dari takuto. Ia hanya
melihat takuto berpura-pura menjadi seseorang yang punya kemampuan tapi sebenarnya tak bisa. Ia
mengucapkannya begitu blak-blakan membuat takuto terkejut dan mengatakan itu
perkataan yang sangat kejam.
Takuto
sedang berbicara dengan Mamoru saat sebuah telpon masuk ke Handphone mamoru.
Sahabatnya itu langsung mengangkatnya. Mamoru terlihat sangat bahagia dan
berbicara terima kasih dengan lawan bicaranya ditelpon itu. ternyata mamoru
sudah diterima bekerja disebuah perusahaan. Takuto terlihat terkejut dan sedih
karena ia masih blom mendapat pekerjaan.
Selesai
menerima telpon mamoru menoleh pada takuto dan ia melihat wajah sahabatnya itu
yang terlihat sedih. Mamoru jadi merasa tidak enak dengan sahabatnya. Takuto
mencoba menutupinya dengan sebuah senyuman. Ia lalu mengucapkan selamat pada
Mamoru.
Megumi
sedang berjalan bersama sahabatnya, Hina dikampus mereka. Hina berkata klo ia
akan mengadakan Goukon (kontak jodoh) dengan para banker. Megumi heran Hina
bisa begitu santainya meski blom mendapatkan pekerjaan. Hina menjawab, ia sudah
hampir menyerah mendapatkan pekerjaan jadi jika ia tak mendapatkan pekerjaan
maka ia akan menikah saja. Megumi tertawa mendengar ucapan Hina itu.
Megumi
bertanya bukankah Hina sudah punya idola pria ? Hina dengan senang berkata ia
sangat menyukai Ed (tokoh anime atau manga, aku ga ngerti kartun figur siapa digambar bawah ini).
Hina memperlihatkan
gantungan kunci tokoh ed itu. Megumi berkata pria seperti itu apakah ada
didunia ini? Hina berkata “Oujisama (pangeran), dia akan datang di kehidupanku”
Hina
juga yakin saat ini megumi juga sedang menunggu oujisamanya. Megumi mau
membantahnya tapi kemudian ia teringat bayangan takuto saat mereka bertemu
waktu itu. megumi terdiam. “didunia ini tak aka nada Oujisama seperti itu” ucap
megumi melanjutkan langkah mereka yang sempat terhenti itu.
Saat
Megumi menatap sekelilingnya langkahnya tiba-tiba terhenti, ia menjadi terkejut
dengan apa yang dilihatnya. Hina heran dengan pandangan mata megumi yang
menatap lurus didepan dengan keterkejutan seperti itu. ia melihat kearah
pandangan mata megumi.
Didepan
mereka ada takuto sedang berjalan kea rah mereka sambil bercanda dengan mamoru.
Saat jarak mereka semakin dekat, takuto segera mengenali megumi. Takuto
tersenyum pada Megumi. Gadis itu berjalan mendekati takuto.
“kenapa kau disini?” Tanya megumi.
Takuto
tertawa “akhirnya kita bertemu juga”
“apa
kita di universitas yang sama?” Tanya megumi.
“dijurusan
yang sama juga” sahut takuto. Megumi dan yang lain juga terkejut.
“apa
kau sudah mengenalku sebelumnya?” Tanya megumi lagi
“tidak..
saat itu adalah pertama kalinya (saat wawancara)” jawab takuto.
Mamoru
yang tak tau awal mula pertemuan takuto dan megumi jadi penasara “apa maksudmu
“waktu itu” ?” mamoru lalu melihat pada
kedua gadis yang ada didepan mereka itu “hai aku sekelas dengannya. Senang
berkenalan dengan kalian”
Megumi
mengangguk sapaan mamoru. Ia lalu berkata pada hina “hina, tunggu sebentar”
Megumi
lalu melangkah menjauhi teman-temannya sambil melambaikan tangannya pada takuto
agar mendekat padanya.
Semua
jadi heran dengan Megumi. Takuto berjalan mendekati megumi dengan penasaran.
“bagaimana
dengan wawancaranya waktu itu? aku tidak diterima disana.” Kata megumi
“aku
juga” sahut takuto
“lalu
bagaimana dengan perusahaan lain? Aku masih belom juga mendapatkan pekerjaan.”
Lanjut megumi malu.
“aku
juga” sahut takuto tersenyum.
“maaf..
“ ucap megumi bersalah.
“aku
rasa bukan karena alasan waktu itu (telpon)” kata takuto.
“tapi
bisa jadi itu alasannya.. maaf ya” sesal megumi.
Takuto
lalu bertanya apa mereka perlu bertanya pada perusahaan alasan kenapa mereka
tidak diterima disana? Mereka berdua lalu memutuskan pergi ke perusahaan itu.
Dari resepsionis perusahaan itu memberi tahu mereka keterangan hrd klo alasan
mereka ditolak adalah krn perusahaan sudah menemukan kandidat yang lebih cocok
dengan persyaratan mereka. Meski mereka tidak suka dengan jawaban yang seperti
itu tapi apa boleh buat mereka berdua tak bisa memaksa lagi.
Takuto
bertanya apa megumi menyesal pergi bertanya ke perusahaan itu? megumi menjawab
tidak. Ia sering kali ditolak bekerja diperusahaan dan ia sebenarnya penasaran
dengan alasan mereka, tapi ia tak punya keberanian untuk bertanya. Jadi ini
pengalaman baru yang menarik baginya.
Takuto
bertanya apa yang akan dilakukan megumi sekarang? Megumi berkata kllo ia ingin
melarikan diri dari kenyataan. Takuto mengajaknya untuk melakukan itu, melarikan diri dari kenyataan hidup.
Mereka
berdua pergi ke sebuah pantai. Mereka datang dengan membawa champagne. Begitu
melihat laut megumi langsung berlari lebih dekat ke pinggir pantai. Mereka
duduk bersebelahan diatas pasir. Takuta membuka botol champangenya dan menaruh
digelas plastic untuk mereka berdua.
“laut
sangat indah ya.. aku merasa keberadaanku dan kekuatiranku jadi mengecil.” Ucap
Megumi. Takuto memberikan gelas champagne pada megumi.
“aku
tak tau untuk apa tapi.. kanpaiii (bersulang)” kata takuto tertawa mendekatkan
gelasnya pada gelas megumi.
Gadis
itu juga tertawa “kanpaiiiii..”
Mereka
lalu meneguk minumannya.
“megu,
apa kau bisa minum banyak?” Tanya takuto
“megu?”
ucap megumi heran dengan panggilan takuto pada megumi. “tidak.. aku tak bisa
minum banyak” lanjut megumi.
“ohhh..”
gumam takuto.
“lalu
bagaimana denganmu?” Tanya megumi balik.
“panggil
aku takuto saja… “ sahut takuto.
Mereka
terus minum dan berbicara tentang
keheranan mereka yang tak pernah kenal sama sekali bahkan belum pernah bertemu di kampus
mereka.
“mengapa
kita tak pernah bertemu sampai hari ini ya?” Tanya megumi heran.
“karena
kita dikelas yang berbeda” sahut takuto.
“pasti
ribuan orang dikampus yang tidak bisa kita jumpai bahkan sampai kelulusan ya.
Sungguh memalukan..”ucap megumi.
“begitukah?”
gumam takuto
“hmmm?”gumam
megumi
“aku
rasa kau akan bertemu dengan seseorang yang memang ditakdirkan untuk kau temui.
“ sahut takuto
“kau
benar..” angguk megumi memperhatikan takuto dan ternyata takuto juga sedang menatapnya. keduanya jadi salah tingkah.
Keduanya
melangkah ke pinggir pantai. Takuto melihat kulit kerang di pasir dan berniat
mengambilnya. Megumi mendekati takuto untuk ikut melihat namun tiba-tiba ada
ombak pantai yang membuat air mendekati mereka. Megumi berteriak untuk
menghindar begitu juga takuto sgera berlari menghindar dari air laut itu.
Mereka
lalu bermain pasir pantai dan membentuk sebuah bangunan. Namun karena kurang
hati-hati, megumi meruntuhkan bangunan itu. mereka tertawa.
Mereka duduk berhadapan lalu bermain pingsut/hompimpa (hayo siapa yang tau kata terjemahan bahasa Indonesia untuk pingsut?? Hihihi)
Dengan
cepat mereka beradu kertas, gunting, batu. Takuto kalah dan melampiaskannya
dengan berguling dipasir. Tanpa sengaja tangannya menyengol botol champangenya
dan membuat isinya tumpah sampai tak bersisa.
Takuto
memperhatikan botol yang sudah kosong itu dan menemukan sebuah ide “ayo kita
menaruh sesuatu didalamnya dan
menguburnya”
“sesuatu?”
“iya”
“apakah
suatu saat nanti kita akan menggalinya lagi?”Tanya megumi sambil berpikir “hmm
bagaimana dengan surat?bagaimana klo Surat untuk diri kita sendiri?”
“iya
ide bagus” sahut takuto.
Takuto
memberi sobekan kecil kertas pada megumi. Keduanya berpikir keras apa yang akan
mereka tulis disana. Megumi melirik takuto dan ternyata takuto juga sedang
melirik padanya. Megumi jadi grogi dan mengalihkan pandangan matanya. Mereka
lalu mulai menulis.
hmmm... sudah berapa kali tuh mereka saling curi pandang gitu ya...
Takuto
mencoba melihat apa yang ditulis megumi dikertasnya.
“hei
jangan melihat” kata megumi menyembunyikan kertasnya.
“berapa
tahun lagi dari sekarang(untuk menggalinya)?” Tanya takuto
“bagaimana
klo setahun” sahut megumi.
“apakah
itu tak terlalu cepat?”
“5
tahun?” Tanya megumi lagi.
“kita
pasti akan melupakannya (terlalu lama)”
“baiklah
3 tahun saja” kata megumi memutuskan
“baiklah
3 tahun lagi” kata takuto menyetujui.
Mereka melipatnya dan memasukkan kertas itu kedalam
botol champagne itu.
Takuto
segera menggali tanah. Ia membuang tanah yang digainya kebelakang kakinya
padahal disana ada megumi. Gadis itu segera berlari menghindari lemparan pasir
itu. ia tertawa dengan kelakuan takuto yang diisengaja itu. takuto juga tertawa
sambil terus menggali lubang.
Setelah
agak dalam mereka segera menguburkan botol itu.
Mereka lalu menghitung langkah mereka menuju tempat botol itu dipendam
agar mereka tak melupakan tempat itu jika mereka menggalinya nanti.
Matahari sudah hampir terbenang dan menampilkan warna keemasan. Takuto
melihat Megumi yang sedang membereskan barang-barangnya dan ia melihat
handphone megumi. Ia berjongkok disebelah megumi dan bertanya apa ia bisa
mendapatkan nomer telphon megumi?
Megumi
menoleh dan menyadari mereka duduk terlalu dekat sampai bahu mereka
bersenggolan. Megumi mengambil handphonenya dan memberikan nomernya pada
takuto. Saat mereka bertukar nomer itu jarak mereka yang sangat dekat membuat
megumi salah tingkah.
Angin
senja pantai yang dingin menerpa tubuh mereka berdua.
“dingin
ya” gumam takuto
“iya
sedikit” jawab megumi.
“ayo
kita pulang saja”ajak takuto
“iya”
Takuto
dan megumi pun berjalan meninggalkan pantai.
Selesai
mandi dirumahnya, ibu megumi memberitahu gadis itu klo telphonnya berbunyi.
Megumi langsung berlari cepat untuk mengambil hpnya. Sepertinya ia berharap
“seseorang itu” menghubunginya.
Ibu
megumi memperhatikan anak gadisnya “apakah dari seorang kareshi-mu (cowokmu)?”
goda ibunya.
“hah?
Tidak aku blom punya” sanggah megumi. Ia melihat pesan yang masuk. Ternyata
dari hina yang memberitahunya klo hina besok akan bolos seminar.
“jika
kau punya pacar, kau harus membawanya ke rumah ya” suruh ibu Hongo.
“aku
blom punya” sahut megumi lagi.
“aku
tak akan peduli dengan siapapun yang akan kau bawa”
“apa
kau yakin itu?” Tanya megumi
“aku
tak peduli selama dia sehat dan aktif” lanjut ibu hongo
“tapi
aku memperdulikan siapa orangnya nanti” sahut megumi tersenyum “tapi sekarang
aku sedang sibuk mencari pekerjaan.”
Dirumah
takuto, mamoru tiduran dikursi tamu. ia meminjamkan buku tips untuk mendapatkan
pekerjaan pada takuto. Ia berkata klo buku itu sangat membantunya dalam
memperoleh pekerjaan. Takuto menerimanya.
Takuto
mendengar ada pesan masuk di HPnya. ia buru-buru membuka dan membaca smsnya.
Selesai membaca pesan itu, Takuto memberitahu Mamoru untuk
membereskan barang-barangnya. Mamoru bertanya alasannya. Takuto memperlihatkan
kamarnya yang penuh dengan barang-barang mamoru yang berserakan disegala
penjuru. Mamoru tertawa malu melihat kekacauan dikamar takuto karena
barang-barangnya itu.
Mamoru
jadi berpikir sesuatu. “ahhh.. pesan
tadi dari megu-chan kan.. kau berpikir untuk mengundangnya kesini. Lalu kau
akan melakukan hal “ini” dan itu” kan?” Tanya mamoru sambil memperagakan
tiduran disofa ruang tamu takuto. Ia lalu menirukan suara megumi “tidak
takuto-kun,… kau harus mematikan lampu jadi kita bisa lebih romantis..”
“aku
tak akan iri.. aku akan tentang perjaka sampai aku berumur 30 tahun” lanjut
mamoru manyun cemburu membayangkan temannya akan bersama megumi.
“untuk
apa seperti itu…” tawa takuto.
“aku
punya harga diri juga…”ucap mamoru masih kesal disuruh membereskan
barang-barangnya dari rumah takuto.
“sungguh
tak masuk akal“ tawa takuto yang masih geli dengan mamoru yang cemburu padanya.
“maksudku
adalah.. baiklah kau bisa melakukan hubungan seks sebanyak yang kau inginkan.”
Kata mamoru sambil melempar bantal kursi kearah takuto.
Takuto
menangkapnya dan melemparkannya pada mamoru lagi “adik laki-laki dan ibuku akan
datang” katanya menjelaskan.
“oh
begitu” mamoru tersenyum malu kecurigaannya ternyata salah.
“mereka
akan datang untuk melihat sekolah dimana adikku akan mendaftar.”
“dimana?”
“kau
tau.. sekolah kedokteran. Jika dia bisa masuk, dia kan tinggal disini bersamaku
mulai april nanti. “
“kau
sangat beruntung. Orangtuamu membelikan apartmen ini untuk tujuan itu. aku
dengar keluargamu memiliki rumah sakit terkenal di Yamanashi. Kau bisa
mendapatkan pekerjaan dari koneksi orangtuamu kan?”
“aku
rasa tidak..” sahut takuto
“kau
sebenarnya sudah punya pilihan (koneksi pekerjaan) kan tapi kau menyembunyikannya”
tebak mamoru.
“jika
aku punya koneksi maka aku akan mengunakannya secepatnya kan...ucap takuto.
Maksudnya takuto pasti sudah tak perlu mencari pekerjaan lagi jika ia punya
koneksi seperti yang dimaksud mamoru.
“kau
benar juga” sahut mamoru.
Takuto
pergi wawancara lagi. Seorang pewawancara bertanya padanya kenapa sampai
sekarang ia blom mendapatkan pekerjaan? Apa takuto sudah menganalisa dirinya
sendiri? Takuto terkejut dan hanya terdiam. Pewawancara itu lalu menyobek
lamaran takuto dan berkata klo takuto tak layak untuk diterima bekerja disana.
Takuto terkejut dan kecewa….
Takuto
pulang dengan sedih.
Kasian
takuto.. Kok orang bisa tanpa perasaan begitu ya… membuat down orang saja..
Sampai
dirumah ia mendengar suara ibunya, adiknya dan ayahnya dari dalam apartemennya.
Mereka sedang membicarakan sekolahan kedokteran adiknya itu. takuto menghela
nafasnya untuk menenangkan dirinya. Ia lalu membuka pintunya.
“tadaima..”
seru takuto tersenyum pada keluarganya yang sedang berkumpul dimeja makan.
“okaeri..”
sahut ibunya. “kau harusnya memberitahu kami dulu klo kau akan pergi.” Gerutu
ibunya sambil berjalan ke dapur.
“gomen..
gomen..” sahut takuto sambil melepas jasnya.
“kami
tak tau kapan kau akan pulang rumah jadi kami makan lebih dulu.” Lanjut ibunya
mengambilkan nasi untuk takuto.
“apa
kau sehat saja?” Tanya ayahnya.
“iya..
kau juga datang ayah..”takuto tersenyum melihat ayahnya yang biasanya lebih
memilih pekerjaan dibanding mengurusi anak-anaknya.
“iya”
angguk ayahnya.
“apa
kabar, sudah lama ya” kata rikuto adik takuto berbasa-basi.
“ya..
bagaimana tadi dengan sekolah itu?” Tanya takuto
“aku
jadi lebih tertarik” sahut rikuto.
“oh
begitu.. “ gumam takuto berjalan ke wastafel untuk mencuci tangan sebelum makan.
“sebenarnya
dengan kau melihat sekolah itu maka kau sudah bisa membayangkan dirimu pergi
kesana dan jadi semakin ingin lulus ujian masuk kesana.”lanjut rikuto lagi. “oh
ini bisa juga diterapkan dalam mencari pekerjaan. Mengapa kau tak pergi mengunjungi perusahaan itu juga?
Dan bayangkan kau bekerja di perusahaan itu”
Takuto
sebenarnya agak tersingung dengan ucapan adiknya itu yang sepertinya bernada
menguruinya itu. ia melihat kedua orangtuanya hanya terdiam mendengarkan dan sepertinya justru menyetujui ucapan adiknya itu. Takuto menyingkirkan perasaan tersinggungnyanya itu dan tersenyum “aku akan
cobanya”
Takuto
lalu duduk dimeja makan bersama keluarganya yang lain. “itadakimasu” ucapnya
mengambil makanannya.
“oh
ya.. kamar yang kau tiduri itu, bisakah kau berikan pada Riku-chan saat dia
pindah kesini?” pinta ibunya.
“ehhh?”
takuto terkejut ibunya meminta kamarnya untuk diberikan pada riku-chan.
“itu
adalah kamar yang paling nyaman. Saat ke sekolah kedokteran pasti akan banyak
tugas. Aku ingin dia belajar dengan lingkungan yang terbaik” lanjut ibunya
memberi alasan.
Meski
agak kecewa dengan perlakuan ibunya padanya, takuto menyimpannya saja “baiklah”
“arigatou”
ucap ibunya tersenyum senang tanpa menyadari klo perkataannya yang
mengistimewakan anaknya yang lain sangat menyakiti takuto.
“itu
terlalu dini ibu, meski aku tau aku akan lulus ujian masuk.” Kata riku-chan
percaya diri.
“besok
kita akan pergi ke kuil Yushima tenjin. Kita akan berdoa pada Dewa pengetahuan.”
Ajak ibunya
“itu
tak perlu” tolak riku
“itu
harus kita lakukan” paksa ibunya.
Takuto
terdiam dan memperhatikan ayahnya yang hanya diam dan mengangguk-angguk setuju
dengan perkataan ibunya itu.
Didalam
kamarnya takuto menyilang jadwal interview yang tadi sudah didatanginya. Seseorang
mengetuk pintu kamarnya dan takuto mempersilahkannya masuk. Ternyata ayahnya
yang masuk ke dalam kamarnya.
“sepertinya
sangat sulit mendapatkan pekerjaan ya.” Kata pak Sawada, ayah takuto.
“tapi
masih lowongan pekerjaan yang terbuka” jawab takuto optimis. Keduanya terdiam
sebelum pak sawada bertanya lagi.
“apa
kau mau bekerja kantoran di rumah
sakitku? Kau bis amenjadi manager kantor” Tanya ayahnya.
“tapi…”
“aku
tau tak ada gunanya membicarakan masa lalu. Tapi jik saja kau mempertahankan
nilaimu di SMA maka kau bisa dengan mudah masuk ke sekolah kedokteran.” Ungkit pak
sawada tentang masa lalu takuto yang tak bisa diterima di sekolah kedokteran
untuk jadi pewaris rumah sakitnya.
Takuto
memaksakan tertawa “gomen tapi aku bukan orang yang bisa memperbaiki masa lalu.
Aku akan mencoba mencari pekerjaan dengan usahaku sendiri.”
“maksud
perkataanku adalah lebih baik jika kau bekerja di kantor rumah sakit daripada
bekerja di perusahaan yang orang tak kenal.” Kata pak sawada kecewa dengan
penolakan takuto.
Ia
keluar dan agak membanting pintu kamar takuto.
Takuto
juga marah dengann pembicaraan mereka tadi ia melampiaskannya dengan memukul
tempat tidurnya dengan jengkel.
Hari ini sepertinya hari yang menguji kesabaran takuto.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar