Pak pin datang dan mengumumkan rotasi tempat duduk. Semua menyambutnya dengan senang hati. Pak Pin minta murid-murid berkumpul didepan kelas. Ia membawa kaleng berisi undian yang menentukan tempat duduk muridnya. Semua disuruh berbaris oleh pak pin, tapi karena saat itu Sawako ada didepan kelas sedang menulis denah nomer kursi, maka Pak pin memintanya untuk mengambil undian yang pertama.
“Kuronuma, kau yang pertama ambil” kata pak pin menyodorkan kaleng undian nomer itu. Semua protes kenapa Sadako yang pertama sementara mereka takut klo kebagian tempat duduk di dekat Sawako.
“aku ingin menghindar agar tak duduk disebelah Sadako” bisik-bisik mereka.
Sawako mengambil nomer undian, setelah itu dia ambil tasnya yang ada dikursi lamanya dan berjalan kearah belakang kelas. Ia mendapat kursi nomer 30 dipojok kiri kelas. Mendengar teman-temannya sepertinya keberatan duduk disebelah kursi Sawako, Kazehaya pun berjalan melewati teman-temanya.
“maaf... aku tak ikut undiannya” kata Kazehaya tersenyum menuju ke kursi persis disebelah kanan meja Sawako. Murid lain menatap heran pada Kazehaya karena memilih duduk disebelah Sawako.
“Kazehaya sudah duduk disana” bisik mereka lega.
Yano dan Yoshida pun bilang tak ikut undian itu dan merekapun berjalan bersama kearah meja Sawako. Yano duduk didepan kursi Sawako sementara Yoshida mau duduk dibelakang kursi Sawako tapi tiba-tiba Ryu datang dan berkata itu kursinya karena dari dulu itu sudah kursinya, jadi Yoshidapun akhirnya mengalah duduk didepan kursi Kazehaya.
Yoshida melirik ke arah kursi Sawako dan terkejut melihat wajah Sawako yang mengerikan seperti setan “Ihhh menakutkan! Kenapa wajahmu seperti itu?” serunya keheranan.
Yano pun ikut memandang wajah Sawako yang memang expresinya seperti ekspresinya Sadako .
“aku bahagia..” kata Sawako pelan “..jika aku tak melakukan ini, airmataku akan turun... karena klo menangis akan terlihat jelek” lanjutnya menahan airmatanya... hehhe.. Sawako terharu hampir menangis karena akhirnya ada teman yang mau menerima dirinya.
Kazehaya menatap Sawako dari samping ikut tersenyum mendengarnya.
“aku benar benar bahagia bisa duduk disini” isak Sawako pelan. Yano dan Yoshidapun tersenyum geli melihat ekpresinya kebahagiaan Sawako yang seperti itu.
Pulang sekolah mereka berempat makan disebuah kedai mie. Yoshida , Yano duduk bersebelahan didepan mereka Sawako dan Kazehaya duduk bersebelahan pula.
“Itadakimasu..” *selamat makan seru Yano. Merekapun makan bersama. Tapi cm Sawako saja yang terlihat menunduk menatap mangkok mienya. Kazehaya yang disebelahnya heran melihat Sawako yang hanya terdiam saja.
Ia mengintip ke wajah Sawako “Kuronuma, kau tak makan?”
“ini... ini pertama kalinya aku tak langsung pulang kerumah.. hatiku sangat penuh(happy)”
“makanlah, nanti bisa dinginn.” Kata Kazehaya. Sawako pun mengambil sumpit dan makan mienya. Kazehaya menatapnya dan tersenyum.
Ryu datang ke kedai Ramen itu dan Yano menyapanya “Ryu, kau tak ikut latihan baseball?”
“sudah selesai” jawan Ryu“kau pasti capek “ kata Kazehaya
“kenapa Sanada (Ryu) kesini?” tanya sawako menatap heran.
“ohh.. karena ini rumahnya” jawab Kazehaya menjelaskan
“ehhh?” seru Sawako terkejut baru tau klo Ryu punya kedai mie.
“Kurosuma?” sapa Ryu pada Sawako. Kazehaya, Yano, Yoshida langsung ketawa ngakak
“ezzzz.. siapa Kurosuma? Namanya Kuronuma!” seru Kazehaya masih ketawa geli.
“Ryu.. kau tak pernah bisa mengingat nama!” gerutu Yoshida.
“mereka bertiga ini sudah berteman dari SD dan SMP” sahut Yano sambil menunjuk kearah Ryu, Kazehaya dan Yoshida.
“klo Yoshida dan Ryu telah mengenal jauh lebih lama dari itu” sahut Kazehaya.
“Kami sudah berteman dari kecil.. seperti itulah ..” ucap Yoshida menjelaskan.
“dia seperti kakak bagiku” kata Ryu.
“eh tunggu.. lalu siapa yang kakak dan siapa yang jadi adeknya?” sahut Yoshida
“itu tak penting!” seru Yano yang kesal karena keributan itu.
“ehhh?” gerutu Yoshida. Kazehaya pun ketawa melihat kekesalan Yoshida itu karena ditegur Yano. Dan tiba-tiba Sawakopun ketawa. Sontak semua terdiam menatap Sawako, itu pertama kalinya mereka melihat Sawako ketawa.
Yoshida “ohhh.. tak bisa dipercaya”
Yano “Sadako baru saja tertawa!”
Kazehaya melihat wajah Sawako.
Yoshida “ mengapa tak kau biasakan seperti itu?”
Sawako langsung terdiam dan langsung menunduk ke dirinya yang seperti biasa. “saat aku gelisah.. wajahku berubah seperti ini..” kata Sawako terbata-bata
“Saat kau gelisah wajahmu jadi mengerikan seperti itu eh?” tawa Yoshida dan Yano geli menatap wajah Sawako yang berekpresi seperti Sadako itu.
“Kazehaya, kenapa kau tak kearah sini?” tanya Yano
“oh tidak, aku akan mampir ketoko dulu” jawab Kazehaya. (hmmm.. alasan... :P). Kazehaya pun berjalan bersama Sawako.
Setelah agak lama berjalan dan Sawako berjalan dibelakangnya, Kazehaya berbalik “rumahmu kearah sini?”
“iya” angguk Sawako
“baiklah aku antar kau pulangg” katanya tersenyum.. (hehheeh.. sdh bisa ditebak Kazehaya!)
“ehh.. tidak usah.. rumahku sangat jauh” seru Sawako grogi akan diantar pulang Kazehaya tapi ia tak mendengar jawaban Kazehaya saat menengadah ia baru tau Kazehaya sudah berjalan jauh kedepan.. hihihi.. makanya klo bicara natap orang yang diajak bicara non! Sawako langsung berjalan cepat menyusul Kazehaya didepan.
Mereka berjalan berdua dalam kesunyian. Sawako sangat lambat langkah kakinya sehingga ia sering tertinggal jauh dibelakang Kazehaya. Saat Kazehaya menengok kebelakang, Sawako langsung buru-buru mempercepat langkahnya biar sejajar dengan Kazehaya.
Beberapa kali selalu terjadi seperti itu terus. Kazehaya sampai menunggu Sawako berjalan disebelahnya “maaf.. maaf” kata Sawako menyusul kesebelah Kazehaya.
“gapapa” jawab Kazehaya
Sawako pulang dan membantu ibu menyiapkan makan malam buat ayah. Pulang kerja ayah langsung menuju meja makan dan keheranan melihat dimeja makan hanya ada 2 piring.
“bagaimana dengan Sawako?” tanya Ayah
“aku sudah makan ramen sebelum pulang ke rumah” jawab Sawako.
Ayah terkejut mendengar Sawako makan diluar. Ibu Berbisik pelan pada ayah “dia bilang dia diajak teman kelasnya”
Ayah mendekati ibu dan tersenyum bahagia “Sawako mulai punya teman? Teman seperti apa mereka?” tanya ayah gembira dan kuatir.
Ibu menjawab tersenyum “ sepertinya melibatkan anak laki-laki juga” Ibu langsung meninggalkan ayah yang tertegun mendengar anak kesayangan sedang berteman dengan laki-laki. Ia melirik ke sawako dan melihat Sawako yang nampak bahagia menyiapkan makan malam untuk ayah dan ibunya.
Disekolah akan ada pertandingan antar kelas. Sawako yang tidak bisa main sepakbola sedang latihan bersama Yoshida dan Yano. Sawako tidak pernah bisa menendang bola sama sekali membuat kedua temannya membantu melemparkan bola untuk ditendang Sawako.
Saat bola sudah didepannya, kakinya tak pernah bisa mengenai bola selalu meleset.
“ini akan sulit ya?” ucap yoshida frustasi dan Yano menatap Sawako heran.
“tolong sekali lagi ya” pinta Sawako
Kedua temannya langsung terkejut “eh... iya Sadako..” merekapun membantu mengoperkan bola.
Sawako membelikan minuman utk dua temannya. “ini ucapan terima kasih ku untuk latihan ini’ ucap Sawako
“sungguh?.. thank ya” kata mereka mengambil minuman itu.
“sepertinya musuh kita akan berat ya?” kata Yano
“maaf ya.. tp aku akan berusaha sebisanya agar tak membuat kalian kalah” ucap Sawako
Sebuah bola bergulir ke dekat kaki sawako, itu bola dari kelas lain yang sedang berlatih. Sawako mengambilnya dan mengulurkannya pada Cewek itu. Gadis itu kelihatan ketakutan melihat Sawako dan langsung mengambilnya “maaf” kata gadis itu takut kena kutuk Sadako.
Ia berbalik dan bergabung dengan teman lainnya. “mengerikan.. sadako yang memberikan bolanya padaku” bisiknya pada teman-temannya.
“bagaimana ya cara menghentikan gosip tentang sadako?” gumam Yoshida
“bagaimana klo menulis kertas berita klo tidak akan ada kutukan berteman denganku?” kata Sawako
“terus menyebarkannya kerumah-rumah? Itu akan seperti teror” jawab Yoshida.
“bagaimana klo kau menceritakan tentang hantu? Mereka pasti akan suka” ide Yano.
“cerita hantu?” seru Sawako
“Iya.. km ingat-ingat saja cerita hantu kemudian ceritakan pada mereka”
Pak Pin memandang sawako dan kedua sahabat barunya itu dengan tersenyum senang ada perkembangan dengan Sawako.
“wahhh.. kalian baru latihan olahraga? Aku kagum pada kalian” seru pak pin pada ketiganya.
“kau lihat pin?”tanya Yoshida sambil melemparkan bola pada Guru pin
“hey Yoshida.. aku berharap padamu difestival olahraga nanti” seru pak pin. “tapi aku tak yakin dengan test mid semester minggu depan. Jangan sampai dapat nilai buruk!” kata pak pin meninggalkan mereka.
“ohh.. aku lupa test itu!” seru Yoshida tersadar.
Mereka bertiga pulang bersama, mereka nampak akrab bercanda.
Keesokan harinya Sawako mendekati Yoshida dan menyerahkan buku rekap pelajaran “ini untukku?” “iya”
“yano-chin, lihat ini!” seru Yoshida
“wah keren. Apa kau akan belajar untuk test ini?”
“iya pasti” seru Yoshida. Ryu yang ada dibelakang ikutan melihat ke buku rekapan dari Sawako tadi.
“iya mudah dimengerti juga ya rekapnya.
Kazehaya datang dan langsung ingin tau “ada apa” “coba liat ini” Kazehaya melihat buku itu “ wah semua pakai tulisan tangan.. pasti sangat melelahkan membuatnya” “aku membuatnya agar berguna untuk Yoshida-san” jawab Sawako
“Aku bahagia sekali.. Sadako thank you..” seru Yoshida memeluk Sawako. Melihat Ryu berada di kursi Sawako, Yoshida langsung mengusirnya.
“Kuronuma kenapa kau tak mengajarkannya pada semua orang?” tanya Kazehaya melihat penjelasan yang diberikan Sawako di buku rekap pelajaran itu.
Seorang gadis, Kurumizawa datang ke kelas untuk bertemu Kazehaya tapi ia melihat ke akraban Kazehaya dan Sawako dari jauh.
“Kazehaya “ panggil Kurumizawa
“ohhh.. kurumizawa” sahut Kazehaya dan mendekati cewek itu.
Kurumizawa “ohayo”
Kazehaya “ada apa?”
Kurumizawa “ aku telah membuat pertanyaan-pertanyaan untuk ditanda tangani komite festival olahraga. Jika kau memerlukannya kau bisa memakainya”
Kazehaya “ wow,.. itu akan sangat membantu.. thanks”
Sawako keluar dari kelasnya dan dilihat Kazehaya “ heii.. kau mau kemana?” tanya Kazehaya.
Sawako “aku agak mengantuk.. aku akan cuci mukaku dulu”
Kurumizawa mendekati Sawako dan tersenyum “ kau Kuronuma-san kan? “
Sawako “iya”
Kazehaya memperhatikan Kurumizawa yang mendekati Sawako ingin tau.
Kurumizawa “baguslah! Aku ingin bicara denganmu.”
Sawako “ kepadaku?”
Kurumizawa “ iya.. namaku Kurumi...* Yoroshiku ne” * senang berkenalan denganmu
Sawako “ iya senang berkenalan denganmu”
Kazehaya tersenyum lega melihatnya sementara Yano tampak curiga dengan keakraban Kurumi itu.
Di meeting panitia/komite festival olahraga.
Kazehaya duduk dipaling belakang, pojok dekat jendela yang menghadap halaman sekolahan. Dibelakangnya ada Kurumi disana.
Kurumi “Kazehaya.. apa kau sudah membeli album terbaru Martines?”
Kazehaya berbalik melihat Kurumi “ iya aku membelinya beberapa waktu yang lalu.”
Kurumi “ sungguh? Bisakah meminjamkannya untukku? Uang sakuku agak ketat bulan ini”
Kazehaya akan menjawab Kurumi tapi saat ia aka berbalik tanpa sengaja dari jendelanya ia melihat Sawako yang sedang berlatih dengan Yano dan Yoshida. Ia sampai tak mendengarkan apa yang dikatakan Kurumi di belakangnya. Melihat Kazehaya diam tak menggubrisnya, Kurumi melihat kearah pandangan mata Kazehaya.
Kurumi “ Kazehaya.. apa kau mendengarkanku?”
Kazehaya terkejut dan berbalik melihat Kurumi dengan tersenyum “ ohh.. maaf.. bisa kau ulangi lagi?”
Kurumi “ boleh pinjam album barunya Martinez?”
Kazehaya “ oke aku akan membawanya besok ya”
Kazehaya membalikkan tubuhnya kedepan lagi dan kemudian melirik ke bawah jendela dan tersenyum-senyum melihat Sawako tak bisa menendang bola. Kurumi yang melihatnya jadi kecewa.
Dimeja belajar rumahnya Sawako sedang memikirkan test dan Yoshida apa bisa mengerjakannya nanti. Ia melihat pigura kecil dimejanya. Disana ia menempatkan kelopak bunga sakura berbentuk hati yang dulu jatuh dirambutnya dan Kazehaya mengambilnya.
Disekolah saat ia akan membuang sampah, ia mendengar gadis-gadis membicarakannya.
Mereka bilang klo gara-gara Sadako, Yoshida, Yano dan Kazehaya imagenya jadi buruk. Klo masih bergaul dengan Sadako mereka semua akan bertambah jadi lebih parah lagi. Jadi harusnya ketiganya menjauhi Sawako
Mendengar itu semua Sawako jadi tertegun dan merenungkannya.
Ujian tengah semester telah usai. Yoshida dan Yano mendekati Sawako
Yoshida “ Sadako.. ayo pergi.. kita makan ramen ya?”
Yano “ lagi?”
“Yoshida “ kenapa ga? Ayolah kita makan rame”
Sawako gugup melihat keduanya, ia memberesi barang-barangnya kedalam tas “maaf...” katanya sambil segera pergi meninggalkan kedua temannya yang terkejut melihat Sawako mengindari mereka. “ada apa dengan Sawako?” gumam Yoshida heran.
Yoshida dan Yano berjalan ke mesin minuman mereka mendengar 3 orangn gadis bergosip tentang mereka berdua. Mereka bilang klo Yoshida adalah anggota gang dan Yano pernah berpacaran dengan 100 orang. Mereka pun memaksa ketiganya memberitahukan pada mereka siapa yang menyebarkan fitnah seperti itu. Mereka mengaku klo itu dari Sadako.
Pin melihat Sawako yang berjalan sendirian “oyy kuronuma.. apa kau melihat Yano dan Yoshida?”
Sawako tertunduk “ tidak.. aku tidak melihat mereka”
“kenapa? Bukankah kau berteman dengan Yano dan Yoshida?”
Yano dan Yoshida melihat pin dan Sawako yang berbincang. Mereka juga bisa dengan jelas mendengarkan perkataan keduanya.
“kami bukan teman” Yoshida dan Yano yang mendengarnya terkejut dan kecewa.
“hah kalian tidak berteman??” seru Pin terkejut juga karena ia melihat Sadako hanya dekat dengan 2 gadis ini saja.
“sadako?” seru Yoshida yang kaget itu. Sawako berpaling terkejut melihat keduanya disana. Apalagi dari jauh terdengar suara murid lain yang berbincang dan berjalan ke arah mereka.
“permisi” kata Sadako dan berlari pergi
Yoshida yang masih heran berusaha mengejar Sawako tapi kemudian dihalangin Pin.
Diatap sekolahan Yoshida dan Yano memikirkan hubungan mereka dengan Sawako “ Sadako , sebenarnya maksud dia berkata kita bukan teman itu apa?”
“tak ada gunanya bertanya seperti itu” sahut Yano
“lalu harus bagaimana? Teman.. emm kapan kita memanggil seseorang itu teman?” keduanya berpikir bagaimana cara mengetahui maksud Sawako.
“ayo kita dengarkan apa yang dipikirkannnya” ajak Yoshida.
“emmm” angguk Yano.
Sawako kembali ke dia yang dulu, ia tak berani mendekati Yoshida dan Yano bahkan pulangnyapun dia pulang sendirian padahal dulu ia bisa pulang bersama kedua temannya itu.
Esok harinya Yano dan Yoshida menemui Sawako
Yoshida “Sadako.. aku ingin bertanya sesuatu yang penting, maukah kau menjawab jujur?”
Sawako mengangguk “emmm”
Yano “Sadako, apa yang kau pikirkan mengenai kami berdua?”
Sawako gugup “emm...”
Yoshida “ kami berdua menyukaimu. Apa kau menyukai kami?”
Sawako bergumam pelan “ Su..ki.. (*suki = suka)” belom selesai ia berbicara ia mendengar langkah gadis-gadis yang berjalan ke arah mereka. Jadi ia tidak melanjutkannya dan meninggalkan Yoshida dan Yano disana.
Sawako “tidak baik klo kita ketahuan bersama”
Yoshida duduk direrumputan taman sambil makan bakpao jumbo. Ryu menyusulnya dan duduk disampingnya.
Ryu yang terkenal paling pendiem susah ngomongnya pun memulai percakapan dengan Yoshida “ apa aku perlu menghiburmu?”
“diamlah!”
“kau makan bakpao daging lagi?” tanya Ryu
“bukan ini bakpao kacang merah!”
“kau tak pernah berubah. Selalu datang ketempat ini saat kau sedih” kata Ryu paham perasaan Yoshida.
“aku tidak sedang sedih” bantah Yoshida
“ini bukan tentang isu kamu masuk gang Yankee kan?”
“aku tak peduli dengan itu! Ini tentang Sadako” Ryu melihat Yoshida disebelahnya “.. saat kami bertanya padanya, apa dia menyukai kami atau tidak. Dia tak menjawab. Padahal selama ini aku berpikir dia menyukai kami. Apa aku terlalu percaya diri ya. Sadako, kenapa dia tidak bisa berkata klo dia menyukai kami?”
Ryu “ mungkin dia tidak menyukaimu”
Yoshida langsung melotot pada Ryu “ maksudmu dia membenci kami?!”
“mungkin” sahut Ryu santai. Yoshida langsung memukul pungngung Ryu “ itu yang kau sebut menghibur hah..?!!”
“.. tapi itu bisa juga karena alasan lain.” Tambah Ryu.
“alasan lain?”
“jika Kurosawa bilang padamu “terserah”, maka aku akan menghiburmu lagi” kata Ryu enteng dan berdiri meninggalkan Yoshida.
“namanya Kuronuma” seru Yoshida mendengar Ryu lagi-lagi salah panggil nama.
Sawako latihan menendang sendirian tidak ditemani Yoshida dan Yano. Ia mengumpulkan batu-batu kecil untuk ditendangnya. Ia menunduk dan menendang batu-batu itu pelan. Airmata membasahi wajahnya yang tertunduk menatap batu-batu itu.
“Yoshida san.. Yano san..” Isak Sawako menyebut nama sahabat. Karena tak bisa menahan kesedihannya, Sawako berjongkok dan menangis.
Sebuah bola bergulir ke kakinya. Sawako menengadah dan melihat Kazehaya menatapnya tersenyum. “ kau berlatih menggunakan batu kan?”
Sawako bangkit berdiri.
“kemana Yoshida dan Yano? Kau tak bersama mereka?” tanya Kazehaya mendekati Sawako yang langsung pelan-pelan mundur menjaga jarak dengan Kazehaya. Sawako kemudian berbalik dan melangkah dengan cepat meninggalkan Kazehaya tanpa sepatah katapun. Kazehaya mengejar Sawako dan memegang lengan gadis itu.
“tunggu..!”
“kenapa kau menghindariku?” tanya Kazehaya
“kita tak bisa....” jawab gugup Sawako”.. jika kau terlihat bersamaku”
“apa? Aku tak akan bisa paham klo kau tidak mengatakan dengan benar.” Pinta Kazehaya
“jika kau terlihat bersamaku... karena aku... semua orang... image semua orang akan hancur” isak Sawako mencoba menjelaskan dengan terbata-bata.
“mengapa? Mengapa dengan itu?” tanya kazehaya yang melihat airmata yang berlinang diwajah Sawako. “ apakah ini karena isu itu?”
Sawako mengangguk, ia mengungkapkan perasaannya yang sebenarnya diantara isak tangisnya itu “aku sebenarnya ingin bersama dengan Yoshida san dan Yano san. Tapi aku tak ingin menjadi beban mereka. “
“menjadi beban atau tidak.. itu bukan Kuronuma yang memutuskan. Itu akan jadi keputusan kami. “ Kazehaya masih memegang lengan sawako dan menatap Sawako yang tertunduk “ kami tak peduli dengan isu-isu itu.”
Sawako terkejut dan berpaling menatap Kazehaya. Ia baru sadar keberadaan mereka begitu dekat. Sawako mencoba melepaskan pegangan tangan Kazehaya.
Kazehaya juga baru tersadar sedari tadi ia masih memegang tangan sawako. Ia pun melepaskan pegangan tangannya.
“kuronuma.. jika keadaannya terbalik bagaimana? Apa yang akan kau lakukan?” tanya Kazehaya “ bagaimana jika tanpa alasan jelas aku, Yoshida dan yang lain menghindarimu?”
Sawako gelisah dan menggeleng “aku tak mau seperti itu” jawabnya pelan
Kazehaya mengangguk tersenyum “ Yoshida dan yang lain juga berpikir seperti itu” kata Kazehaya menjelaskan.
Kazehaya berlari mengambil bola dan menaruhnya di kaki Sawako. Kemudian ia berlari agak jauh dan berhenti.
“operkan bola itu padaku” serunya
Sawakopun menendang bola pelan dengan menunduk. Bolanya bergulir jauh ke sebelah kiri Kazehaya.
Kazehaya berjalan menjemput bola itu. “oper bola tidak bisa diterima dengan baik oleh orang lain.. jika kau tidak sungguh-sungguh berpikir agar bola itu mencapai mereka”
Yoshida dan yano berbincang-bincang mereka teringat buku yang dibuat Sawako untuk Yoshida, Senyum Sawako saat makan ramen. Yano juga bilang saat dia pinjam buku tentang hantu ternyata disana tertulis nama Sawako semua (berarti Sawako sudah membaca semua buku hantu di perpustakaan).
Yoshida “ dia sudah terbiasa dihindari.. jadi ia menganggap hal ini biasa.. padahal sebenarnya dia gadis yang baik. Itulah mengapa aku tak bisa meninggalkannya sendirian”
Yano “aku juga orang yang terbiasa sendiri. Jadi aku paham dengan dirinya. Saat Sadako tertawa itu membuatku sungguh sungguh bahagia”
Yoshida “ Yano kau memikirkan hal-hal seperti itu?”
Yano “ kau kan juga berpikir tentang dia begitu”
Yoshida “apa siy yang kau katakan.. meski diantara kita saja, masih banyak hal yang tidak kita ketahui”
Yano “ jika kau tak bertanya, kau tak akan bisa paham dengan perasaan orang lain”. Perasaan sadako juga”
Yoshida ketawa “kita memikirkan Sadako terus ya?”
Yano “ ini lah artinya teman”
Yoshida “ perasaan kita yang seperti ini.. ayo kita beritahukan kepadanya”
Dikamar mandi sekolahan Sawako berlatih agar bisa menjelaskan pada Yoshida dan Yano perasaannya yang sebenarnya. Namun beberapa cewek masuk sambil bergosip dikamar mandi. Sawako buru-buru masuk ke sebuah kamar mandi.
Mereka ternyata bergosip klo Yoshida dan Yano terlibat prostitusi. Sawako segera keluar dari kamar mandinya
“itu.. itu salah paham saja” seru Sawako
“bukankah dia Sadako” bisik cewek itu
“seperti yang aku bilang tadi.. itu semua salah paham”. Yano san dan Yoshida san adalah orang yang baik.
Ketiga cewek itu ketawa mengejek “ mana mungkin.. mereka itu murahan!”
“kau salah!” seru Sawako tak terima kedua temannya dijelek-jelekan didepan matanya sendiri. “apa yang barusan kau katakan.. tarik kembali ucapanmu! Yoshida dan Yano benar-benar orang yang baik.” Bela Sawako pada 2 sahabatnya.
“kau terlalu ribut” seru salah satu cewek itu dan mendorong bahu Sawako dengan keras membuat Sawako terdorong kebelakang ke pintu salah satu kamar mandi.
Keributan ini sampai didengar cewek-cewek lain membuat mereka berkumpul sampai luar kamar mandi.
Kazehaya dan Ryu pun melihatnya. Ia bertanya pada salah satu gadis apa yang terjadi. Gadis itu menjelaskan keributan Kuronuma dan cewek lain didalam kamar mandi. Meski Kazehaya terkejut “ kuronuma?” tanyanya. Gadis itu mengangguk “ kemana yano dan Yoshida?” tanya Kazehaya lagi.
Ryu “aku lihat Chizuru(panggilan yoshida dari Ryu, Yano) di kelas tadi” Kazehaya segera berlari pergi meninggalkan Ryu
“ada apa” tanya Ryu
“masalah ini harus diselesaikan oleh mereka sendiri, klo tidak ini tidak jadi berarti.” jawab Kazehaya tersenyum dan berlari menuju kelasnya untuk bertemu Yoshida dan Yano.
Saat ia melihat keduanya sedang bicara, ia segera menyela “ Yoshida, Yano.. Kuronuma sudah melakukan porsinya dia yang terbaik...”
“ehh?” seru keduanya terkejut.
Sawako memegang tangan gadis yang dikamar mandi itu “ tolong tarik ucapanmu lagi! Tolong jangan katakan hal buruk tentang mereka.”
“tapi itukan kau yang mengatakannya!” seru gadis itu dan mendorong Sawako lebih keras lagi membuat Sawako jatuh kelantai kamar mandi.
“kau satu-satunya yang menyebarkan gosip itu !” seru gadis yang satunya lagi.
“ watashi?? *aku?”
“ kau gunakan mereka untuk mendekati Kazehaya kan?” tanya gadis yang satunya lagi. “ sangat aneh mereka berdua bergaul denganmu tapi ..”
“kalian salah... itu salah” potong Sawako “kalian.. kalian tak mengerti apapun!
Sawako bangkit berdiri dan terisak “ Yano san dan Yoshida san mereka itu sangat baik padaku! Mereka menjagaku.. lebih dari menyukai.. aku mencintai mereka!”
Tepat saat itu, yoshida dan yano masuk ke kamar mandi dan mendengar apa yang barusan dikatakan Sawako. Mereka berdua berjalan mendekati Sawako dan berdiri didepannya.
“dia yang menyebarkan isu itu dan kalian masih mencoba menyelamatkannya?” tanya gadis yang sudah mendorong Sawako tadi.
“bukan Sadako pelakunya!” seru Yoshida
“itu bukan dia!” seru Yano
Yoshida: “ itu pasti kau yang telah membuat isu itu dan menyebarkannya. "
“itu bukan kami” seru gadis itu sebelumnya.
“kata-kata tadi tolong tarik kembali! “ pinta Sawako.
“aku tarik kembali kata-kataku tadi” sahut gadis itu dan pergi meninggalkan ketiganya.
Sawako terharu “mereka mengerti.. benar-benar mengerti. .. yano san dan yoshida san..”
“Sadako tidak apa-apa” kata keduanya menenangkan.
Di atap gedung sekolahan Yano merawat lutut Sawako yang terluka
“ini harus diobati dulu” kata Yano penuh perhatian
“aku tak menyadari luka ini sama sekali “ gumam Sawako.
“kau bodoh.. kenapa kau melakukan itu?”
“aku selalu menyerah..” bisik Sawako
Ini dalam hal mendapatkan teman karena Sawako tak percaya diri berteman dengan orang lain.
“.. aku selalu ingin berteman dengan semuanya. Aku berpikir tidak apa-apa jika aku menyerah saja. Tapi Yano san dan Yoshida san.. aku tak ingin menyerah atas kalian berdua apapun yang terjadi. Jika kita bersama.. isu buruk akan mulai muncul dan akan melukai kalian. tapi.. ”
“Sadako.. kau pikir kami akan terluka oleh isu itu?” tanya Yoshida.
“dan kau pikir kami akan terluka jika kita terlihat bersamamu?” tanya Yano juga.
Sawako mengangguk dan berdiri dari kursinya. Sawako menangis dan berkata “aku benar-benar tak tau apa yang harus aku lakukan jika kalian terluka.. tapi apapun yang aku lakukan selalu saja muncul kesalah pahaman. Itulah mengapa aku ingin bersama kalian. Yano san dan Yoshida san.. aku ingin berteman dengan kalian berdua. ”
Yano terharu dan memeluk Sawako dan ikut menangis. Sawako mencoba melepaskan pelukan Yano “ aku kotor” bisik Sawako pelan. Tapi Yano tak melepaskan pelukannya pada Sawako.
Yano “ sadako, kau tak boleh terbiasa sendiri.”
Yoshida yag sedari tadi diam ikut menangis ternyata “ Sadako apa kau tau? Berteman itu akan mengalir sendiri tanpa kau menyadarinya, kita telah lama menjadi teman kok. “ ucap Yoshida kemudian ikut memeluk kedua sahabatnya itu.
“sawako” panggil Yoshida
“Sawako “ panggil Yano yang keduanya terbiasa memanggilnya dengan Sadako
Berpelukannnnn.... :D persahabatn yang indah ya
Dari jauh Kazehaya melihat ketiganya dengan tersenyum bahagia.
BERSAMBUNG...
Next Episode : Kazehaya cemburu buangettt waktu ngeliat Sawako berbicara berdua dengan cowok lain. Sampai-sampai ia menarik Sawako pergi dari depan tuh cowok..!.
Tunggu di part 3 yahhh... Jaa Nee...
Aaahhh manisnya... kayak nano nano!! HHmmm gemes kalo punya kawan seperti ini.
BalasHapusiya asyik klo pny sahabat yg ngertiin kita... :)
HapusSeneng bgt bs punya sahabat dlm suka dan duka..keren mb sinopsis Kimi Ni TodakeNy :)
BalasHapusAh nomu yeppeu...
BalasHapusBerharap punya sahabat sperti mreka