Sekolah
Ninako mulai penuh dengan hiasan dan pernak-pernik festival sekolah. Tiap kelas
membuat stand yang berbeda-beda. Dikelas Ninako mereka membuka stand rumah
hantu dan Ninako memakai cosplay seperti kelelawar.
Ando
saat berjalan-jalan melihat Mao sedang diganggu kakak kelas cowok. Gadis itu
Nampak ketakutan karena cowok-cowok itu menarik-narik tangannya. Ando sedikit
khawatir lalu pura-pura pergi ke tempat mao untuk menawarkan brosur. Tapi
cowok-cowok itu menolak dan mendorongnya.
Nao
buru-buru menarik tangan mao dan mengajaknya lari. Cowok-cowok itu tidak
tinggal diam dan mengejar mereka.
Sementara
itu di stand rumah hantu di kelasnya, Ninako dan Ren giliran menjaga stand
mereka. Tapi tidak ada satupun pengunjung yang datang.
“gak
ada pengunjung sama sekali ya” kata Ninako gugup
Ren
mengangguk “ehmmm.. akhir-akhir ini kamu kehilangan semangat”
“nggak
kok… yosh kita kerja lagi… aku akan mencoba berteriak.” Ninako lalu naik ke
atas kursinya dan mulai berteriak ‘Rumah
hantu sudah dibuka! Silahkan berkunjung! rumah hantu disini sangat menyenangkan
loh!’
“apakah
karena kamu tidak mau bersama denganku” ucap Ren tiba-tiba. Ninako kaget dan berhenti
berteriak.
“meskipun
gak banyak membantu tapi aku ingin jadi penyemangatmu. seperti apa yang sudah
kamu lakukan untukku.
Ninako
tidak menanggapi kata-kata Ren. Ia mulai berteriak lagi “Kami memiliki rumah
hantu. Silahkan datang dan bermain bersama-“
Saat
Ninako mau naik ke atas meja, kakinya agak tersandung dan hampir jatuh. Ren
langsung memegang tubuh NInako agar tidak terjatuh.
“Apa
kamu baik-baik saja?” Tanya Ren khawatir. Karena malu dan bingung bersikap
didepan Ren, Ninako langsung berlari pergi meninggalkan Ren.
Ando
dan Mao terus berlari sampai di parkiran sepeda.
“Terima
kasih sudah membantu ku.” Ucap Mao
“tak
apa”
“Aku
sangat senang. Aku memikirkan banyak hal... ...tentang dirimu... Dan tentang
Ren... “ kata mao lirih
“Jika
aku tidak lari pada saat itu... Mungkin aku tidak akan kehilanganmu..
seandainya pada saat itu aku lebih berusaha. Jadi sekarang aku... ...serius
untuk mengejar Ninako-chan.” Kata Ando lalu pergi. “Aku pergi dulu.”
“Tunggu!”
cegah Mao “Aku sudah berbicara dengan Ninako-senpai. Aku bercerita klo aku yang
merusak persahabatan Takumi dan Ichinose-senpai.”
“Apa?”
Ando kaget mendengarnya.
“Aku
pikir dia akan berhenti mendekati Ichinose-senpai.”
“Jadi
karena kau begitu sangat menyukai Ren-“
“Tidak.
Yang aku cintai itu...adalah kamu, Takumi-kun.” Sahut mao
Ando
jadi tambah kaget mendengar pengakuan dari Mao “Apa yang sedang kau bicarakan? Apa
kau sudah lupa tentang apa yang telah kau lakukan? Saat kau bersama ku, kau dan
Ren melakukan-“
“Ciuman
itu... Akulah yang memaksa untuk berciuman dengannya.” Mao membongkar kejadian
beberapa tahun lalu itu.
“Aku
tahu kamu tidak bisa memaafkan ku. Tetapi...Ichinose-senpai tidak salah
apa-apa. Jika kau tahu aku tidak serius tentang hubungan ku dan kamu... .kamulah
yang pasti sangat tersakiti...Jadi aku tidak mengatakan apa-apa padamu.”
“Ada
apa dengan mu?”
“Aku
sangat menyesal. aku tau kamu saat itu begitu terluka. Makanya aku lakukan apa
saja untuk kamu. Aku juga merusak hubungan Ninako dan Ichinose senpai. Dengan
begitu.. mungkin nanti kamu bisa berpacaran dengan Ninako….Maafkan aku... Maafkan
aku...” kata mao terisak.
Ando
menghela nafas “selama ini kamu juga tersakiti kan?” mao mengangguk pelan.
“Kalau
begitu, ini sudah cukup... karena orang yang dulu aku suka juga merasakan sakit
yang sama… ini sudah cukup.”
Ando
menepuk bahu Mao pelan dan melangkah pergi. Mao hanya berdiri menangis.
Suara
panggilan agar semua murid berkumpul di halaman sekolah membuat semuanya
berlarian ke halaman sekolah. Ren
mencari Ninako tapi tidak bertemu juga. Ren lalu mencari Ninako di dalam kelas.
Ninako
ternyata benar ada didalam kelas. Ren bernafas lega. Ia berjalan mendekati
Ninako yang berdiri menatap keluar jendela kelas.
Ninako
melihat Ren masuk kedalam kelas dan ia buru-buru mengambil tas untuk keluar
kelas.
“Hei...apa aku telah berbuat salah? Kenapa
kau menghindariku?” Tanya Ren
“Aku
tidak menghindarimu kok” sahut Ninako berjalan pergi.
“hei...
tuh kan kamu menghindar…” kata Ren menghalangi Ninako pergi.
Ninako
hanya tertunduk
“
Kamu bahkan tidak mau menatapku… Aku mencintaimu, Kinoshita-san.” Ucap Ren.
Ninako
terkejut dengan pengakuan Ren, ia menatap Ren.
“Kehadiranmu
didalam hatiku terus tumbuh dan tumbuh. Itu terjadi saat aku masih berpacaran
dengan Mayuka jadi aku berusaha menghapus kehadiran dirimu dalam hatiku…. Tapi
aku tak bisa… Aku mau kamu berpacaran
denganku.”
Ren
menunggu jawaban dari Ninako tapi gadis itu tiba-tiba berbalik mau pergi.
“Aku
mau pulang.”
Ren
langsung menghalanginya dengan menarik tangan Ninako. “Kau masih belum menjawab
pertanyaanku.”
Ren
memojokkan (kabedon) Ninako ke dinding dan menghalangi Ninako pergi dengan
tangannya “Jawab aku. Sebelum kamu memberikan ku jawabanya, aku tidak akan
melepaskanmu.”
Ninako
berusaha menahan perasaannya dan tertunduk tak sanggup melihat ke wajah Ren
yang begitu dekat dengannya. “Sudah cukup bagiku... Aku juga sedang memiliki
banyak masalah!” seru Ninako terisak.
Matanya
saat menatap Ren sudah penuh airmata membuat Ren juga terkejut dan merasa
bersalah.
“Maafkan
aku... “ Ren menarik tangan yang memagari Ninako. Ren dengan tatapan sedih
berbalik mengambil tasnya.
Ia
lalu berhenti didepan Ninako.
“Aku
tak bermaksud memaksamu.. aku tidak akan memaksa mu untuk menjawabnya. Aku yang
gak bisa sabar seperti ini malah membuatmu merasa nggak nyaman.. Maafkan aku.”
Setelah
Ren keluar, airmata Ninako sudah tidak bisa dibendung lagi. Ninako menangis
terisak. Seharusnya ini jadi saat yang membahagiakan dirinya karena Ren yang ia
cintai menyatakan perasaan padanya. Tapi karena ia tak mau merusak persahabatan
Ren dan Ando maka ia harus mengubur perasaannya itu.
Ninako
dari ruang kelasnya menatap kearah Ren yang pulang dengan langkah gontai. Entah
karena merasa ia diperhatikan atau alasan lainnya, tiba-tiba Ren menoleh ke ruangan
kelasnya lagi. Ninako langsung bersembunyi dibalik tirai kelasnya.
Ren
berpapasan dengan Ando di halaman sekolah.
“Aku
telah ditolak” ucap Ren lesu sambil terus berjalan.
Ando
terkejut dan berbalik memperhatikan Ren “Kenapa?”
“Kenapa???...
Itu berarti aku bukanlah orang yang dia inginkan..” ucap Ren melanjutkan
langkahnya.
Ando
mengejar Ren dan berdiri didepan cowok itu. Ando menepuk bahu Ren “klo begitu,
sekarang giliranku untuk menyatakan perasaanku padanya?”
Ren
menepis tangan Ando yang ada dibahunya dan melangkah pergi.
“bolehkan?!” teriak Ando
Ren
tak menjawab, hanya tertunduk melanjutkan langkahnya.
Ando
pergi mencari Ninako didalam kelasnya. Ando melihat Ninako duduk diatas kursi
Ren.
“disitu
tempat duduknya Ren kan?” ucap Ando mengagetkan Ninako yang sedang melamun.
“ahh
aku salah kursi” Ninako bangkit berdiri dan pindah ke kursinya sendiri.
Ando
berdiri disamping Ninako. “Apa kamu menyerah begitu saja sama Ren?”
“Apa?” Ninako berpura-pura tidak paham maksud
omongan Ando.
“Apa
kau kasihan padaku?” Tanya Ando sambil duduk dimeja Ninako. “Kau sudah dengar
cerita dari Mao, kan. Apakah kau merasa kasihan pada ku makanya kau menolak
Ren?”
“Ini
bukan seperti yang kamu pikirkan.” Sahut Ninako.
“bahkan
kau tak membalas perasaanku... kau memasang wajah datar, terus aku harus
bagaimana? Kau dan Ren benar-benar bersikap sama... demi orang lain kau
bersikap sabar… apa yang telah kau
lakukan itu cuma untuk memuaskan diri sendiri…”
“klo
kamu memang kasihan padaku, tak akan lengkap klo….”tiba-tiba Ando menunduk dan
mencium bibir NInako.
Ninako
terkejut dan mendorong tubuh ando. Ninako berjalan menghindari Ando.
“klo begitu terimalah cintaku” ucap Ando
Ninako
emosi, ia berbalik dan mau menampar Ando. Tapi tangannya berhenti saat ia
melihat ando menutup matanya seolah siap menerima tamparan Ninako.
“Kau
sengaja melakukannya kan...” ninako menaruh tangannya dengan lembut diwajah
Ando. Cowok itu kaget karena tangan ninako menyentuh lembut pipinya dan bukan
sebuah tamparan.
“Kau
sengaja melakukan itu... ...agar aku membenci mu, kan? Agar aku bisa terima
cintanya Ren kan?”
“Apa
yang sedang kau bicarakan?” bantah Ando
“aku
menolak Ren-kun... agar kita semua tetap terus bisa berteman. Tapi justru
karena itu membuat ku merasa sangat tersakiti. Dan aku mulai tidak menyukai
diriku sendiri yang perlahan-lahan menjadi serakah.”
“tak
apa-apa klo jadi seperti itu.. mencintai seseorang itu bukan cuma perkara
menyenangkan saja. Ada juga rasa tersakiti...dan menderita.” Kata Ando berdiri
disebelah Ninako
“Aku...
tidak pernah mengerti arti sebenarnya dari sebuah cinta. Dan pada akhirnya... aku
hanya melindungi diriku sendiri. Maafkan aku...” Ninako menangis didepan Ando
“Aku
membiarkanmu menderita dari semua kesedihan in. Maafkan aku... Aku nggak mau
berbohong padamu lagi… karena orang yang aku sukai adalah Ren, sampai
kapanpun.... meskipun akan berakhir dengan menyakiti orang lain... Aku masih
menginginkan Ren.” Ucap Ninako terisak-isak.
Ando
mengangguk pelan dan mencium kepala Ninako lembut.
“Pergilah.
Jika kau mengejarnya, kau pasti akan mendapatkannya.” Ucap Ando.
Setelah
ninako pergi, airmata Ando tak bisa dicegahnya berlinang.
Mao
yang sebenarnya dari tadi ada disana segera masuk ke dalam kelas. Ando
buru-buru menghapus airmatanya.
“Kau
pria yang baik...” kata Mao
“Berisik...”
“Ini
sekarang giliran aku... Aku akan jujur dan selalu adil untuk mendapatkan hati
Takumi.” Kata Mao menyatakan perasaannya pada Ando.
Ando
terdiam cukup lama sebelum ia menjawab mao.
“aku
sekarang bukan orang yang mudah seperti dahulu”
“oke..
Dengan begitu, kau bisa tau seserius apa aku ini...” jawab mao tersenyum. Ia
berjanji dalam hatinya klo ia akan mendapatkan cinta Ando lagi seperti dahulu.
Ninako
terus berlari mengejar Ren yang sudah tidak Nampak di halaman sekolah.
Kedua
sahabatnya dan Daiki segera berlari mengejar Ninako dari pagar Sekolah.
“Hei!
Ada apa, Ninako?”
“Aku
pergi dulu” sahut Ninako
“Kemana?”
Tanya temannya.
Daiki
yang melihat Ninako langsung bisa menebak. Ia hanya tersenyum dan berteriak “Hati-hati
di jalan! Berjuanglah!”
“Kemana
dia pergi?” Tanya sahabat Ninako
Ninako
terus berlari keluar sekolahan melewati jalanan yang menuju stasiun sekolah. Sepanjang
jalan ia teringat awal perjumpaannya dengan Ren.
Ren
berdiri menunggu keretanya. Ia menoleh ke dalam stasiun berharap ada keajaiban
Ninako menyusulnya. Saat kereta yang ditunggu datang, Ren melangkah masuk
kereta dan kembali teringat kenangan kebersamaannya bersama Ninako.
Ninako
sudah sampai di stasiun, tapi kereta sudah terlanjur pergi. Ninako tertunduk
lesu. Saat ia menoleh ke ujung stasiun, ia kaget melihat Ren berdiri di ujung
sana. Ninako langsung berlari ke tempat Ren.
Ren
juga kaget melihat Ninako disana dan berlari ke arahnya. Renpun ikut berlari ke
tempat Ninako.
Ninako
berdiri terengah-engah mengatur nafasnya. Ia sudah berlari dari sekolah sampai
stasiun yang sudah menguras tenaganya.
“Ano...
aku ingin kau mendengar yang aku katakan... Aku mungkin tidak bisa mengatakan
ini dengan baik... jadi tolong dengarkan...”
Ren
mengangguk pelan.
“Maafkan
aku...” ucap Ninako yang tiba-tiba terisak didepan Ren
“Pelan-pelan
saja... Aku akan mendengarkannya...” ucap Ren lembut
Ninako
mengangguk, mencoba menahan isaknya. “Saat... mendengarmu mengatakan "aku
menyukaimu"... Jujur, aku sangat senang.” Ninako kembali terisak.
“Tapi...
Jika aku menerimamu... seseorang akan terluka... Tapi hanya karena alasan itu...
Aku ... telah membuat kesalahan..” tangis Ninako semakin mengeras. Ia jadi
semakin susah meneruskan kalimatnya.
“
Sebenarnya... Sebenarnya, aku ingin... ...bersama-sama denganmu... ...walaupun
itu hanya melakukan hal kecil... seperti meneleponmu... .mengirimkan pesan
untuk mu... berkencan dengan mu di sebuah cafe... berbagi kue bersama-sama
denganmu meski nanti aku akan makan
lebih banyak dari punyamu.”
Ren
tersenyum mendengar ucapan terakhir Ninako soal kebiasaan Ninako makan banyak.
“Maka
aku akan mengatakan "Hal ini tidak akan membantu... dan aku akan
memberikan sebagiannya lagi untuk mu...” Ren menggenggam tangan ninako yang
masih menangis didepannya itu “Kita akan menjalaninya bersama-sama... Tanpa
mengatakan apa-apa... Kita akan selalu saling berpegangan tangan... “
“Meskipun
aku bilang... "Aku juga memiliki banyak masalah..." sebenarnya aku tidak punya sama sekali. cuma satu hal yang ingin aku katakan…Aku... ...menyukaimu,
Ren-kun.” Ucap Ninako menatap Ren.
Ren
tersenyum dan memeluk Ninako “Aku juga menyukaimu, Kinoshita-san. Sangat menyukaimu...”
TAMAT
Terimakasih banyak kak sudah nulis sinopsis strobe edge, seneng banget ada yg mau meluangkan waktu untuk nulis sinopsis
BalasHapusmaaf kak mau kasih koreksi, acuh itu peduli kak, mohon dikoreksi untuk kedepannya.
terimkasih banyak
oh oke thank ya koreksinya.. aku selama ini taunya acuh = tak peduli/cuek... baru ngeh sekarang... hehehe.. harusnya aku tulis "acuh tak acuh" or langsung aku tulis "tak peduli" saja ya.. thanks.
HapusMakasih Eunike-chan, sukses slalu yaa. Jgn bosen nulis sinopsis dorama karena aku ga akan bosen bacanya,hehe. Btw, seisei suruhodo aishiteru-nya aku tunggu kelanjutannya loh. Ganbatte !
BalasHapus