Disekolah
Ninako merasa aneh dengan sikap Ren. Cowok itu terlihat lesu bahkan saat mereka
ada di ruang loker yang sama, ren tidak menyapanya, seperti tidak melihatnya
dan pergi begitu saja.
Ninako
mempercepat langkahnya untuk mengejar langkah Ren tapi dari arah belakangnya,
seseorang memanggilnya. Ninako berbalik dan melihat Mao, Gadis yang dia temui
bersama Ando di pesta kembang api.
“
Ano... Kamu yang waktu itu bersama Takami-kun kan?” Tanya Mao.
Ninako
mengangguk dan menaiki tangga di ikuti gadis itu.
“kak…
Apa kamu suka sama Ichinose-senpai?” Tanya mao pelan.
Ando tersenyum heran “Memangnya kenapa?”
“Karena
matamu selalu tertuju padanya.”
“Aku
hanya berteman.” Bantah Ninako tertawa.
Tiba-tiba
dari belakang mereka seseorang menyentuh bahu Ninako. Gadis itu terkejut dan
menoleh. Ando tersenyum lebar pada Ninako.
“Selamat
Pagi.” Sapa cowok itu
“Pagi.”
Sahut NInako.
Ando
melihat gadis yang sedang berbicara dengan Ninako dan terkejut melihat Mao ada
disana.
“Apa
maksudnya ini?” Tanya Ando kebingungan.
“Aku
pindah sekolah.” Jawab Mao “senang bisa menjadi teman satu sekolah lagi.”
“Ini
bukan kita tetapi kau dan aku.” Sahut Ando, ia membungkuk dan berbisik di
telinga Ninako “Aku dan dia ingin bicara
sebentar. Ninako-chan pergi saja duluan.”
Ninako
tau masalah Ando dan Mao dan Ia jadi khawatir “ Tapi...”
Ando
menyentuh bahu Ninako lagi dan mendorong gadis itu untuk segera pergi “ Tidak
apa-apa, kok. Hanya ngobrol biasa saja jadi tidak usah khawatir. Sampai nanti.”
Kata ando lembut.
Ninako
terpaksa pergi meninggalkan keduanya.
Saat
Ando berbalik kearah Mao, wajah Ando sudah
tidak selembut saat ia berbicara dengan Ninako.
“Aku
tidak tahu apa yang sedang kau pikirkan. Jika kau berbuat sesuatu sama dia, aku
tidak akan memaafkan mu.” Kata Ando ketus dan pergi.
Mao
mengejar cowok itu dan berdiri didepan Ando “ Takumi-kun. Apa kamu sekarang
menyukainya?”
Ando
terkejut dengan pertanyaan Mao, agak lama baru ia bisa menjawabnya.
“Tidak
ada urusannya dengan mu.”
Ando
langsung pergi.
Ninako
sampai dikelasnya.
“Selamat
pagi.” Sapa Ninako pada teman-temannya.
“Pagi.”
Sahut kedua temannya dan menarik tangan Ninako keluar kelas lagi.
Ninako
jadi heran “Apa yang terjadi?”
“Tetap
tenang dan dengarkan aku.”
“Aku
dengar Ren dan pacarnya sudah putus. Sekarang Ren sudah sendiri lagi. Ini
kesempatan untuk mu, Ninako-chan.”
“Aku
pikir sekarang bukan ide yang bagus. Aku juga harus memikirkan perasaan
Ren-kun.”
“Jangan
bilang kau hanya baik-baik saja dengan hanya menjadi temannya. Kalau kamu hanya
menunggu waktunya mungkin orang lain yang akan mengambilnya.”
“Apa
Ninako akan baik-baik saja dengan hal seperti ini? Tidak, jika kamu memikirkan
Ren hanya untuk berteman dengannya... dan jika dia menemukan pacar barunya,
kamu hanya akan berharap dengannya terus menerus, kan.”
Ninako
hanya diam mendengarkan pendapat dari kedua sahabatnya itu.
Disekolah
sedang diadakan acara Hiking. Ninako tidak mendapatkan kursi dalam bis jadi
terpaksa ia berdiri saja. Ren dari tempat duduknya melirik ke Ninako tapi ia
tidak mencoba mendekati gadis itu.
Sensei
mengumpulkan murid-muridnya sebelum mereka berpencar bersama kelompoknya masing
masing.
“Kita
harus menaati perintah yang diberikan untuk keselamatan bersama. Segala sesuatu
harus dilakukan secara berkelompok. Sudah dimengerti”
“oke”
sahut murid-muridnya
“Kalau
begitu, sekarang boleh bubar...”
Mereka
lalu bergabung dengan kelompoknya masing-masing. Ninako dan temannya-temannya
berjalan beriringan.
“Pertama
kita mau pergi kemana, ya?
“kuil
Tsuruoka Hachiman”
“Ninako
jangan sampai hilang loh” goda teman Ninako.
“gak
mungkin hilanglah” bantah ninako tertawa.
“yah
bisanya dia ngomong begitu. Aku merasakan kalau dia akan tersesat.” Kata teman
Ninako sama teman satunya sambil tertawa.
Kedua
teman Ninako sudah mengenali karakter Ninako jadi mereka tau sesuatu akan
terjadi dengan Ninako.
Dan
benar saja Ninako terpisah dari kelompoknya.
Ninako
berusaha melihat peta wilayah kuil untuk bisa mencari jalan keluar tapi
mendengar suara teman-temannya yang memanggil namanya. Ninako tersenyum lega
dan berlari kearah suara yang memanggilnya.
“Kinoshita-san...”
“Ninako...”
“Kinoshita-san...”
“Ninako...”
Ninako
berlari menuruni anak tangga dan seperti biasanya, ninako terjatuh.
“Aduh...”
Ren
yang juga sedang mencari Ninako melihat gadis itu terjatuh. Ia berlari
mendekati Ninako dan membantu gadis itu.
“Apa
kamu baik-baik saja?” Tanya Ren khawatir. Tapi ia melihat Ninako tertawa karena
malu dilihat Ren dalam kondisi terjatuh seperti dulu “kok malah tertawa sih…”
Ninako berusaha bangkit berdiri “Aduh... Aduh,
Aduh...”
“Apa
kamu masih bisa berdiri?” Tanya ren khawatir
Ninako
memperhatikan bajunya yang penuh dengan lumpur.
“waduh
parah! penuh lumpur.” Ucap ninako shock
Ren
menunggu Ninako membersihkan lumpur di kamar mandi umum. Ninako keluar dengan
memakai sweater Ren. Badan Ren yang sangat tinggi membuat ukuran sweater Ren
jadi seperti Dress selutut Ninako.
“Terima
kasih.” Ucap Ninako memperlihatkan sweater yang dipakainya itu.
Ninako lalu ke
wastafel untuk mencuci tangannya lagi tapi lengan sweater Ren terlalu panjang
sehingga tangannya tenggelam di sweater.
Ren
buru-buru mendeki Ninako. “Oh, tunggu sebentar. Jangan bergerak, tetap seperti
itu.”
Ren
merangkulan lengannya yang panjang dari belakang tubuh Ninako. Ren menarik
lengan sweaternya ke tengah lengan Ninako. Selesai satu lengan tangannya pindah
ke lengah ninako lainnya.
“Tangan
satunya lagi...”
Ninako
hanya diam membiarkan ren mambantunya. Saat ren sudah selesai Ninako tersenyum
sambil membasuh tangannya.
“
Rasanya Ren seperti ibuku saja.” Canda Ninako.
Ren
tertawa geli “Ini pertama kalinya aku dibilang seperti ibu.”
Mereka
berdua lalu pergi menunggu teman-temannya disebuah taman. Ren sekarang hanya
memakai kaos oblong biasa jadi udara yang dingin menembus kulitnya dan
membuatnya bersin-bersin.
Ninako
jadi khawatir “ Apa kamu merasa kedinginan?klo begitu pakai….”
“Tidak,
aku tidak kedinginan.” Bantah Ren dengan cepat dan tak ingin Ninako khawatir.
“Tapi
kau sedang bersin-“ Ninako Berniat melepaskan sweater Ren tapi cowok itu
mencegahnya
“Aku
baik-baik saja.”
Ninako
tidak membantah lagi dan duduk dikursinya kembali.
Mereka
lama terdiam saat Ren tiba-tiba mulai pembicaraan lagi.
“Aku
putus dengan Mayuka…. perasaan ku... adalah ingin melindungi dia. ... Tanpa
kusadari semuannya menjadi campur aduk dan berantakan. Aku mengabaikan perasaan
Mayuka… dan memikirkan diriku sendiri….”
Ninako
menoleh pada Ren. Cowok itu langsung tersadar dengan apa yang telah ia ucapkan.
“Maaf
ya. Aku telah mengatakan sesuatu yang aneh.” Ucap Ren mengambil tasnya dari
kursi disebelah Ninako.
“ngak
kok” sahut Ninako
“ayo
pergi sepertinya semua orang sudah menunggui.” Kata Ren berjalan pergi.
Ninako
mengambil tas ransel dan menyusul Ren.
“Itu
karena kamu terlalu baik, Ren-kun. Kamu selalu mempertimbangkan perasaan pasanganmu
terlebih dahulu... berdiam diri dan bersabar menurutmu itulah yang terbaik...
itulah sisi baikmu Ren-kun.. Aku pikir Mayuka juga menyadari hal itu.” Ucap
Ninako tersenyum.
Ren
pun tersenyum “Setelah berbicara dengan mu... membuatku agak baikkan.”
Mereka
tersenyum dan melanjutkan langkah Mereka.
“Ninako-chan...”
Panggil Ando dan akhirnya menemukan Ninako dan Ren.
“Ando-kun....”
“ahh
aku sangat mengkhawatirkanmu” keluh Ando yang dari tadi mencari Ninako.
“ahh..
maaf…” ucap Ninako menyesal.
“Mana
yang lainnya?” Tanya Ninako.
“Aku
tidak tahu lagi. Kamu dan aku berada dikelompok yang berbeda.” Jawab Ando.
Ren
merasa tidak nyaman bersama Ando “Aku akan pergi mencari mereka.” Pamitnya lalu
pergi.
Ando
memperhatikan sweater yang dipakai ninako dan bertanya “sweater Itu... punya
dia?”
Ninako
mengangguk “ya”
Ando
terdiam.
Dalam
perjalan pulang, Ren melihat Ninako tampak asyik berbicara dengan
sahabat-sahabatnya. Ren tersenyum melihat mereka.
“Ren,
lama tak jumpa” sapa Mayuka.
Ren
mengulurkan tas yang sudah dipersiapkan dari rumahnya.
“Disini
ada buku dan CD yang aku pinjam.”
“Terima
kasih.”
“setelah
putus denganmu aku tak paham dengan diriku sendiri. Aku merasa putus asa..
Melindungi Mayuka adalah alasan yang menipu diriku sendiri. Aku harus mengakui
bahwa aku benar-benar berubah. Terima kasih untuk segalanya. Aku pikir aku
harus memberi tahu mu ini... Selamat tinggal.”
Mayuka
hanya mengangguk dan tersenyum tipis. Mayuka terus memperhatikan Ren dan
berjalan pergi. “selamat tinggal” gumam mayuka pelan.
Ninako
berlari keluar kelas mengejar Ren yang sudah mau pulang
“Ren.”
Panggilnya.
Ren
berhenti dan menoleh ke Ninako.
Ninako
berdiri didepan Ren “Ren-kun. Sweater mu.”
“Terima
kasih.”
“Sama-sama.”
“Masih
belum mau pulang?” Tanya Ren.
Ninako
menoleh ke kelasnya. Disana kedua sahabatnya member isyarat agar ninako pulang
lebih dulu bersama Ren.
“Ini
mau... Ini mau pulang.” Ucap Ninako gugup
Ren
dan Ninako akhirnya pulang bersama. Saat dijalan mereka melihat sepasang
kekasih yang sedang keluar dari sebuah took bunga.
Ren
tiba-tiba menghentikan langkahnya dan merasakan angin yang berhembus. Ninako
juga melakukan hal yang sama. Ia tersenyum merasakan angin yang berhembus.
“Musim
panas dan musim gugur semua bercampur diudara.” Gumam Ninako pelan.
Ren
mendengarnya, ia kaget Ninako juga bisa sepikiran dengannya.
Ninako
lalu berjalan pelan sambil bersenandun lirih.
“Hei,
lagu itu... pas banget dengan melodi yang ada” ucap Ren terheran.
“
sama… ah Kita berpikiran yang sama ya.” Sahut Ninako tersenyum
“ya.”
Kata ren tersenyum.
“Apa yang ingin kamu lakukan di musim gugur
ini?” Tanya Ninako didalam kereta yang mereka naiki.
“Musim
gugur? Membaca” .
“ah
Membaca ya? Kamu suka membaca.” Ninako tersenyum.
Ren
menoleh pada NInako yang duduk disebelahnya. Gadis itu ikut menoleh
memperhatikan ren. Lalu keduanya sama-sama tersenyum.
Malamnya
Ninako masih merasa bahagia atas perkembangan hubungan dengan ren yang mulai
membaik. Ninako juga memasang lagi gantungan HP yang dulu pernah diberikan Ren.
Disekolah
Ninako bertemu Ren di loker seperti biasanya.
“Selamat
Pagi.” Sapa Ninako.
“Pagi.”
Jawab Ren.
Ninako
melihat Ren sedang memakai earphone di salah satu telingannya.
“Kamu
sedang mendengarkan apa?” Tanya Ninako.
Ren
berjalan mendekati Ninako dan memberikan ujung earphone satunya ke Ninako.
Gadis itu mengambilnya dan ikut mendengarkan.
“Oh,
lagu ini.” Seru Ninako.
“Ini
lagu yang kamu senandungkan. aku mencarinya dan terus mendengarkannya.” Aku
Ren.
“memang
bagus ya lagunya…” sahut Ninako tersenyum. Mereka terus mendengarkan lagu itu
sampai kedua sahabat Ninako datang.
“Selamat
pagi.” Sapa mereka.
Ninako
melepas earphone ditelinganya dan memberikannya pada Ren “Terima kasih.”
Ren
menerima lalu pergi ke kelas lebih dulu. Diam-diam dari jauh Mao melihat semua
itu.
Mao
mengajak Ninako berbicara berdua.
“Bisakah
kamu... tidak terlalu dekat dengan
Ichinose-senpai?” ucap mao. “Saat SMP...
...aku
merusak hubungan antara Takami-kun dan Ichinose-senpai.”
“Apa
maksudmu?” Tanya Ninako
“Karena
aku memanfaatkan Takami-kun untuk berada di dekat Ichinose-senpai...” lanjut
Mao
Ninako
baru tersadar “Kalau begitu...sahabat Ando yang dia maksud itu... ...adalah
Ren-kun.”
Mao
teringat saat Ando mempergokinya sedang mencium Ren, wajah Ando terlihat kaget
dan terluka.
“Karena
senpai begitu baik... ia tidak mau berkencan dengan pacar temannya. lalu
akhirnya merekapun menjaga jarak… Aku
benar-benar menyesal telah melakukan hal semacam itu. Itulah sebabnya... aku
mendengar kamu jatuh cinta dengan Ichinose-senpai… klo memang begitu... perasaan
mu hanya akan membawa masalah untuk Ichinose-senpai. Seperti yang terjadi
padaku… pastinya jarak diantara mereka berdua akan lebih renggang. Itu
sebabnya, mulai sekarang... ...tolong jangan mendekati lagi Ichinose-senpai.”
Ninako
tertunduk diam mendengar ucapan Mao. Dari jauh Ando melihat Ninako yang barusan
berjalan meninggalkan Mao.
Sekolah
sudah mulai sibuk dengan kegiatan antar kelas. Ninako melihat ando dan ren
sedang berbicara dan ia memperhatikan keduanya dengan tatapan sedih.
Ninako
dan kedua temannya sedang membuat tulisan dengan cat dikelasnya. Kedua sahabat
Ninako menyadari ada yang berbeda dengan Ninako.
“Ninako,
akhir-akhir ini kamu sepertinya jarang berbicara dengan Ren”
“Benarkah?”
jawab Ninako acuh. Ia merasa ia tidak bisa terlalu lama menyembunyikan sesuatu
dari sahabatnya “Aku mau mencuci kuas cat ini dulu...” pamitnya.
Ninako
lalu pergi ke tempat wastafel sekolah untuk mencuci peralatannya.
Ren
yang mau mencuci juga melihat Ninako yang terlihat murung. Ia berdiri disamping
ninako.
“sepertinya
hari ini... kamu kurang semangat... Apa terjadi sesuatu?” Tanya Ren
“
masa sih… aku merasa baik-baik saja.” Bantah Ninako mencoba tersenyum.
“kinoshita-san
terlihat nggak bersemangat.. itu membuatku khawatir.”
“Terima
kasih atas perhatianmu. Tapi aku benar-benar baik-baik saja.” Bantah Ninako
lagi.
“oh
ya sudah”
Mereka
terdiam dan sibuk mencuci perlatan mereka.
“Ano...
Ren-kun Bagaimana hubunganmu dengan Ando-kun... ...waktu di SMP?” Tanya Ninako.
“Aku...
dulu penyendiri... orang yang mengajak aku berbicara adalah Ando. walaupun obrolan dia tidak penting sama
sekali... tapi aku sangat senang.” Jawab Ren teringat masa SMPnya.
“Begitu
ya.”
“meskipun
dia tau aku adalah orang yang nggak punya teman tapi dia pura-pura nggak memperdulikannya…
dan menyelamatkan ku dari situasi seperti itu… itulah Ando…”
Ren
menoleh pada Ninako. “cerita ini… ini pertama kalinya aku cerita pada seseorang.”
Ninako
akan berjalan pergi saat Ren melanjutkan kalimatnya “ Kalau bukan kamu... ...aku
mungkin menceritakannya.”
“Terima
kasih telah menceritakannya pada ku. Kalau begitu, aku pergi dulu.” Pamit
Ninako.
Ninako
lalu berjalan pergi ke kelasnya. Ando saat itu juga sedang akan mencuci
peralatan jadi ia melihat Ninako dan Ren baru saja berbicara.
Ren
menoleh pada Ando yang sedang berjalan ke tempatnya berdiri.
“Aku... mulai menyukai Kinoshita-san.” Kata Ren pada
Ando sebelum ia pergi.
Ando
terkejut dengan pengakuan Ren itu.
Saat
pulang sekolah, hujan turun sangat derasnya. Karena tidak membawa payung,
Ninako tetap berjalan dibawah hujan. Seseorang dari belakang tiba-tiba
memayunginya.
“Apa
yang harus ku lakukan... untuk menggantikan tempat Ren untuk mu?” kata Ando
pelan dan berdiri didepan Ninako. “Aku harus bagaimana... .agar kamu juga mencintaiku?”
“Ando-kun...”
gumam Ninako menatap Ando. Ia lalu berbalik mau pergi sendiri. Ando
mencegahnya, cowok itu lalu memberikan payungnya pada Ninako dan ia langsung
berlari pergi menembus hujan deras itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar