Hari ke dua honeymoon.
Kotoko dan Naoki pergi ke sebuah lokasi wisata. Kotoko ingin sekali foto berdua dengan naoki didepan patung shisa. Naoki lalu melihat seorang pria bule gendut yang berjalan didepan mereka.
“permisi, bisakah anda mengambilkan foto kami berdua?” Tanya kotoko pada bule itu. pria itu setuju. Kotoko tersenyum bahagia dan mengajak naoki foto bersamanya. Posisi berdiri mereka terkesan agak berjauhan jadi pria bule gendut itu meminta kotoko daN naoki agak lebih dekat lagi.
Setelah foto diambil kotoko mendekati pria itu dan mengucapkan terima kasih. Seorang wanita dan anak gadis bule yang kemarin di jumpai kotoko dikolam renang bersama pria lainnya memanggil pria gendut yang mengambil fotonya. Pria itu lalu pamit pergi.
Kotoko terkejut mengenali wanita dan anak gadis itu. Naoki terus memperhatikan mereka. Ia malah heran kotoko tidak menaruh curiga atau mengenali mereka sama sekali.
Mosok kotoko nggak mengenali keluarganya ya.. ayah naoki kan keliatan banget meski pakai wig.. yg paling keren tuh yuki pakai baju cewek.. hihihi.. pantes banget.. cantik... hehehe
Saat makan siang mereka bertemu dengan Mari dan Takumi. Mereka makan di meja yang sama. Lalu mereka juga foto berempat dengan ular yang sangat besar. Tanpa sepengetahuan keempatnya dibelakang mereka 4 orang bule yang sering mereka lihat juga ikut berfoto bersama mereka.
Hari ke tiga
Kotoko dan naoki pergi ke pasar tradisional. Kotoko terpesona melihat ikan segar yang berwarna warni dan ia juga melihat ada kepiting kelapa ada disana.
“irie-kun kepiting kelapa! Apakah rasanya enak?” Tanya kotoko tertarik.
Menyadari kotoko ingin mencoba makan kepiting kelapa, naoki langsung memesannya pada penjualnya “permisi, bisakan kami memesan ini?”
“iya” sahut penjualnya.
Naoki dan kotoko lalu diajak ke lantai atas tempat khusus makan makanan seafood itu.
“naoki.. disini” suara teriakan mari membuat kotoko dan naoki yang baru menginjakkan kaki ke lantai 2 itu jadi terkejut.
“cepat kita punya kursi untuk kalian! Cepat kesini” lambai Mari pada keduanya. Kotoko melotot memperhatikan Mari.
Hari Ke 4
Naoki dan kotoko naik sebuah kapal wisata saat tiba-tiba “naoki!!!!!!!!” suara mari dari pinggir dermaga mengejutkan mereka berdua lagi. Kotoko keheranan melihat mari selalu ada dimanapun mereka pergi.
“cepat kesini naoki.. apakah kau melihatku? Cepat! Aku sedang menunggumu!” dipinggir dermaga mari melambai-lambaikan tangannya pada naoki dan kotoko.
Naoki yang tadi asyik melamun langsung ikut terganggu dengan keribuatan suara mari itu. naoki melihat mari dari tempatnya duduk dengan sedikit tidak tersuka.
“ahhhh.. mengapa sih dia selalu mengganggu!!!” teriak batin Kotoko
Hari ke-5
Kotoko berjalan dengan tertunduk lesu karena mereka harus pergi bersama Mari ke lokasi wisata istana Ryukyu. Ia jadi tambah kesal karena Mari langsung menguasai naoki dengan menggandeng lengan Naoki.
(herannya kenapa Naoki mau-maunya banget sih sama mari.. heran nih sama tuh owok.. kebangetan juga)
Mari dan Naoki justru terlihat seperti penganten baru yang sedang honeymoon.
Hari ke 6
Kotoko menatap pantai dari jendela kamarnya dengan sedih
“mengapa aku tak menyadarinya.. hari ini hari terakhir kami di Okinawa!”teriak kotoko. “ini adalah kesempatan terakhir malam ini kami akan kembali ke Tokyo besok. Tapi tak punya kemajuan dalam hubungan kami. Itu semua karena pasangan itu yang mengganggu setiap hari. Mereka mengundang kami untuk minum setiap malam. Aku tau aku minum melebihi batas. Karena hal itu hubungan kami jauh dari romantis.”
Kotoko bergidik saat ia ingat ucapan Mari soal perceraian. Ia memperhatikan naoki yang masih tertidur di tempat tidur mereka.
“bagaimana klo kami berakhir tanpa ada apapun?!” gumam kotoko lagi. Kotoko teringat ibu naoki yang terus memberinya semangat dalam berhubungan dengan naoki.
“demi ibu dan aku.. aku tak akan kembali ke Tokyo tanpa kemajuan apapun! Malam ini kami…” kotoko malu-malu melanjutkan janjinya sendiri “kami akan memiliki malam pengantin yang sesungguhnya!” janji kotoko pada dirinya sendiri.
Siangnya mereka pergi wisata ke sea world. Kotoko menoleh ke sekeliling mereka takut klo tiba-tiba Mari datang mengganggu mereka.
Mereka lalu pergi ke sebuah gereja kecil yang sangat indah dengan warna putihnya. Begitu turun dari taxi kotoko langsung berlari kegirangan menuju gereja itu.
“lihat irie-kun! Gereja yang indah!”
Mereka berdua lalu berfoto memakai pakaian pengantin didalam gereja. Naoki dan Kotoko terlihat sangat cantik dan ganteng. Fotografer mengarahkan kameranya dan mengatur gaya foto mereka berdua agar telihat sempurna. Setelah melakukan beberapa foto, fotografer menunjukkan hasil fotonya pada keduanya.
“kita beruntung kita bisa foto pernikaha tanpa reservasi. Hal ini mengingatkanku saat upacara pernikahan.” Ucap kotoko.
“aku tak akan pernah melakukannya lagi” sahut naoki dingin.
Kotoko lalu mengucapkan terima kasih pada fotografer itu. Lalu pria itu berkata klo sebentar lagi ia juga akan melakukan pemotretan juga. Tiba-tiba pintu gereja terbuka, Mari dan takumi masuk dengan memakai pakaian pengantinnya.
Kedua pasang pengantin itu sama-sama terkejut.
“ohh kalian berdua ada disini?” teriak mari berlari menuju naoki dan kotoko berdiri.
“kita bertemu lagi” ucap takumi berbasa-basi.
“oh kalian mengenal satu sama lain?” Tanya fotografer itu.
“ah iya..”
“naoki kau tampak begitu keren! itu karena kamu tinggi!” puji mari terus menatap naoki tanpa sungkan didepan suaminya sendiri.
Mari lalu merangkul lengan naoki dan bersandar dibahunya seperti dia adalah pengantinnya naoki. “tidakkah kami terlihat seperti pasangan yang sempurna?” kata mari didepan kotoko dan takumi yang speakless melihat kelakuan mari itu.
“bagaimana kalau mengambil foto naoki dan aku? Tanya mari pada takumi.
“sebaiknya jangan” sahut takumi.
“kotoko aku akan meminjamkan takumi padamu.. bagaimana menurutmu Naoki?” ucap Mari masih terus memeluk lengan naoki.
“maaf kami harus pergi sekarang “ tolak naoki dingin. Ia lalu menoleh pada kotoko “kita akan ke toko cinderamata kan?”
“iya” angguk kotoko.
Naoki lalu berjalan pergi meninggalkan mari “ayo kita pergi kotoko” ajaknya tanpa menoleh pada kotoko. Naoki tidak suka denga ucapan mari yang meminjamkan suaminya pada kotoko untuk berfoto… hehheh.. cemburu mungkin?
Kotoko lalu berjalan dengan langkah cepat mengejar naoki “tunggu irie-kun”
Mari langsung cemberut ditinggal begitu saja oleh naoki.
Malam harinya bel pintu kamar kotoko dan naoki berbunyi. Keduanya heran siapa yang malam-malam datang ke kamar mereka.
Naoki lalu berjalan membukakan pintu.naoki melihat yang datang adalah takumi dengan wajah panic.
“apa yang terjadi?” Tanya naoki.
“kumohon tolonglah mari..” mohon Takumi kuatir.
Mereka lalu pergi ke kamar takumi. Mereka melihat Mari yang merintih kesakitan sambil terus memegangi perutnya.
“ohhh.. sakit..” rintih Mari
“dia bilang perutnya tiba-tiba sakit” kata takumi
“mengapa kau tidak membawanya ke rumah sakit saja?” Tanya kotoko
“karena ini akhir pekan dan mungkin sudah terlalu malam.” Sahut takumi melihat jam tangannya.
“bagaimana klo memanggil ambulans?” Tanya kotoko lagi
“dia tak ingin membuat ini serius..” jawab takumi.
“akan lebih baik jika aku terus berbaring..oh sakit…!” jawab Mari disela rintihan kesakitannya.
Takumi jadi tambah panic melihat istrinya terus kesakitan seperti itu. ia berlari mendekati tempat tidur istrinya.
“mari apakah kau baik-baik saja? kamu tidak apa-apa?” Tanya takumi panic. Ia lalu menoleh pada naoki lagi “naoki kau bilang kau ingin jadi dokterkan? Bisakah kau memeriksanya?”
Kotoko tidak suka dengan ide itu “tidak mungkin! Meskipun dia bercita-cita menjadi dokter dia masih..”
“baiklah.. akan aku coba memeriksanya.” Sahut naoki yang langsung membuka jaketnya dan berjalan dipinggir tempat tidur Mari.
“apakah ia muntah?” Tanya naoki pada takumi
“tidak”
“demam?”
“tidak terlalu” jawab takumi.
“coba aku periksa denyut nadimu” Naoki lalu menyentuh pergelangan tangan mari untuk memeriksanya.
Kotoko memperhatikan Naoki cemas.
“naoki apakah mari baik-baik saja?” Tanya takumi kuatir sambil memperhatikan naoki yang sedang memeriksa denyut nadi Mari.
“dimana sakitnya?” Tanya naoki setelah selesai menghitung denyut nadi mari. “coba liat perutmu” lanjut naoki. Ia menggulung lengan kemejanya. Mari juga menaikkan bajunya agar Naoki bisa memeriksa perutnya.
Kotoko panic “tidak irie-kun! Jangan menyentuhnya!” kata hati kotoko. Tentu saja kotoko keberatan, naoki saja belum pernah menyentuh tubuhnya tapi ini malah Mari yang akan disentuh Naoki.
“hei aku pikir kita harus memanggil ambulans.” Kata kotoko
“tergantung kondisinya dulu..” sahut naoki
“tapi bagaimana dengan makan malam kita?” rengek kotoko
“ini bukan waktu untuk iitu!” sahut naoki keras.
Mari merintih kesakitan lagi. Naoki lalu mengulurkan tangannya untuk menyentuh perut mari. Kotoko shock melihat tangan naoki meraba perut mari.
“tidak! Jangan menyentuhnya irie-kun!” teriak histeris kotoko. Naoki menoleh melihat kotoko
“jangan menyentuh wanita lain!” lanjut kotoko lagi.
“cukup!” teriak naoki marah melihat sikap kekanakan kotoko itu. “kau menikahi seorang pria yang akan menjadi dokter! Kamu harusnya menyadari itu. apakah kau akan selalu seperti itu ketika aku memeriksa pasien? Aku tak ingin seperti itu. jika kau tidak bisa mengerti, aku tak bisa bersamamu lagi… “ucap naoki emosi menatap kotoko marah.
“naoki, kau berlebihan..” kata takumi mencoba melerai naoki dan kotoko.
Mari merintih kesakitan lagi dan naoki melanjutkan memeriksa mari lagi. Kotoko tak bisa membendung airmatanya saat mendengar ucapan naoki yang keras itu. kotoko lalu berlari meninggalkan kamar itu.
“naoki apa tidak sebaiknya kau mengejar istrimu?” Tanya takumi yang merasa bersalah pada naoki dan kotoko.
“istrimu baik-baik saja.. sepertinya dia keracunan makanan. Apottek masih ada yang buka, berikan obat perut padanya.”
“terima kasih banyak” ucap takumi lega.
“takumi-kun tolong belikan obat itu” pinta Mari
“ya baiklah.. aku akan segera kembali.” Sahut takumi berlari meninggalkan naoki dan Mari tapi ia berbalik menatap naoki “ kamu harus pergi mencari istrimu” lanjutnya
“takumi cepatlah” teriak mari tidak sabar.
“ya.. tapi..” takumi sebenarnya ingin menasehati naoki tapi ia juga ingin segera membelikan obat untuk mari. Takumi memutuskan untuk membeli obat mari. Ia pergi meninggalkan Mari dan Naoki di kamarnya.
“Ja.. aku akan pergi..” pamit naoki bersiap meninggalkan Mari.
Namun mari tiba-tiba bangun dan menarik tangan naoki.
“naoki kau sangat dingin..”ucap mari menggoda “mungkin karena kau punya pasangan seperti kotoko.. atau kau tidak mencintainya?” mari menertawakan kotoko.
“kau tidak sakit perut?” Tanya naoki yang heran melihat mari tiba-tiba sembuh begitu saja.
“aku hanya berpura-pura.” Jawab mari tersenyum.
“apa??” naoki terkejut dengan pengakuan mari.
“karena aku ingin berdua denganmu naoki” sahut Mari sambil bergelayut manja pada lengan naoki. “aku mendengar kalian belum berhubungan seksual.. yah aku bisa mengerti itu.. kau tidak merasakan hal itu dengan kotoko kan?”
Naoki hanya terdiam namun ia sepertinya menahan kekesalannya.
“aku jatuh cinta padamu pada pandangan pertama. Aku berharap aku bertemu denganmu lebih dulu sebelum dia. Jadi kita berdua tidak harus menikah dengan pasangan yang salah. Ini belum terlambat…” ucap mari semakin mendekat pada naoki.
Tiba-tiba naoki menampik lengan Mari yang bergelayut padanya dengan dingin dan membuat Mari terdorong di tempat tidurnya lagi.
“hentikan” kata naoki kesal.
“heih?”
“bahkan jika aku bertemu denganmu 100 x aku akan tetap mengabaikanmu!” ucap naoki ketus.
“ap..apa?” mari tak percaya naoki bisa se cuek dan bahkan berkata seperti itu padanya.
Naoki segera berjalan meninggalkan Mari tapi sebelum sampai pintu ia berbalik. “jangan membandingkan dirimu dengan Kotoko.” Kata naoki dan berbalik melanjutkan langkahnya.
Takumi datang dan melihat naoki yang akan pergi itu.
“oh maaf aku lupa tidak membawa dompet..” ucap takumi. Naoki hanya diam tak menjawabnya sama sekali. Takumi terkejut melihat wajah naoki yang agak emosi itu.
“apa yang terjadi mari? Naoki nampak marah” Tanya takumi heran.
“aku tidak akan memaafkannya… dia sudah menganggapku bodoh.” Ucap mari penuh kebencian.
“mari…”
“aku pasti akan memisahkan mereka!dia pasti tidak bermaksud seperti itu!” teriak Mari marah.
Takumi kali ini tidak bisa menahan emosinya melihat istrinya membicarakan pria lain didepannya. Bahkan berniat merebut suami orang lain didepannya. Takumi lalu menampar Mari.
“apa yang kau lakukan?!” teriak mari marah. Selama ini Takumi selalu menjadi orang yang menurut padanya bahkan cenderung lemah didepannya. Jadi saat takumi menamparnya mari benar-benar kaget.
“itu seharusnya kata-kata yang aku ucapkan!” teriak takumi marah.
“beraninya kau melakukan itu padaku! Kita selesai! Hubungan kita berakhir!” teriak mari
“kau benar! Kita memulai hubungan dari cinta yang bertepuk sebelah tangan! Tapi sekarang kita sudah menikah. Tapi sekarang Kita bersama-sama ditempat yang sama! Kau adalah istriku! Jangan memberikan hatimu untuk orang lain!” seru takumi penuh ketegasan.
Mari terkejut melihat takumi yang berteriak-teriak didepannya itu. ia belum pernah melihat takumi seperti ini jadi Mari hanya terbelalak menatap takumi.
“apa kau mengerti?” Tanya Takumi tegas pada mari.
Dengan takut mari mengangguk “iya..”
Sementara itu kotoko setelah keluar dari kamar Mari tidak pulang ke kamarnya. Tapi ia pergi keluar hotel dan pergi menyusuri jalanan Okinawa yang sudah sepi karena sudah larut malam. Sepanjang jalan Kotoko melamunkan apa yang terjadi padanya.
“betapa bodohnya aku.. aku merasa sangat malu.. aku ingin bunuh diri.. aku pikir aku bisa mengerti Irie-kun dan ambisinya menjadi seorang dokter.”
Kotoko tiba-tiba tersadar dari lamunannya. Saat ia melihat sekelilingnya, ia tak mengenali lokasi itu. kotoko jadi takut. “dimana aku… aku rasa aku benar-benar tersesat. Aku tidak ingat darimana aku datang” kotoko meraba bajunya dan ia juga baru sadar ia tak membawa apapun “aku meninggalkan dompet di hotel. Aku tersesat ditempat asing.”
Tiba-tiba seseorang menyentuh bahu kotoko. Ia sangat ketakutan saat berbalik dan melihat seorang negro berbicara padanya dalam Bahasa inggris. Kotoko meronta berusaha melepaskan diri dari pegangan orang itu. tapi orang negro itu sepertinya tak mau melepaskannya. Kotoko merasa ia akan diculik. Ia berpikir jika ia diculik maka ia tak akan pernah bertemu lagi dengan naoki. Kotoko jadi tambah ketakutan dan panic.
“IRIE.. KUNNNN!!!!!!!!” Teriak kotoko sekerasnya. “IRIE-KUN AKU MENCINTAIMU!! PERCERAIAN NARITA , AKU TIDAK MAUUUU!!” teriak kotoko lagi.
Naoki yang sedang mencari kotoko mendengar teriakan istrinya itu. ia langsung berbalik dan berlari kea rah sumber suara kotoko.
Saat sampai ditempat kotoko berada, naoki melihat seorang negro memegangi kotoko dengan kuat dan kotoko juga terlihat berusaha melepaskan diri dari negro itu.
naoki yang bisa berbicara Bahasa inggris mengerti ucapan pria negro itu yang sebenarnya ingin menolong kotoko. Tapi karena kotoko tidak bisa Bahasa inggris maka terjadi kesalah pahaman itu.
“tolong aku..!” teriak kotoko yang belum menyadari naoki ada disana.
“apa yang dilakukannya..” gumam naoki dan berjalan mendekat pada kotoko.
“hei apa masalahmu dengan istriku?” Tanya naoki memegangi pria itu
“istrimu?” Tanya negro itu melepas pegangannya pada kotoko.
Kotoko terkejut melihat naoki ada disana. Ia langsung berlari memeluk naoki erat. “irie-kun”
“kotoko..”
Kotoko langsung menangis sambil terus memeluk naoki erat. “aku pikir aku tidak akan pernah bisa melihatmu lagi! Aku pikir kau tak akan mencariku…”
“semua baik baik saja…” ucap naoki lembut untuk menenangkan kotoko yang masih menangis dalam pelukannya itu.
Setelah kotoko tenang naoki lalu berbicara dengan pria negro itu.
“dia istrimu? Aku pikir dia adalah seorang anak” ucap pria itu tertawa
“iya meski ia terlihat muda tapi dia adalah istriku.” Sahut naoki
“benarkah? Itu menakjubkan” kata pria negro itu.
Naoki lalu menerjemahkan kata-kata pria itu pada kotoko “dia pikir kau seorang anak SD yang hilang”
“aku anak SD??” Tanya kotoko heran dia dianggap masih sekecil itu.” jadi dia bukan orang jahat?”
“kau minta maaflah padanya..” kata naoki pada kotoko.
“I’m sorry” ucap kotoko
“oke.. oke.. jangan kuatir.. semoga kalian beruntung. Saya haarap kalian bisa menikamti hari yang fantastis dan bulan madu yang menakjubkan” kata pria itu menyentuh lengan kotoko dan naoki dengan ramah. Ia berkata sambil melangkah pergi.
“sankyuuu” ucap kotoko dari balik punggung naoki.
Naoki dan kotoko lalu pergi ke pantai.
“terima kasih sudah datang” ucap kotoko.
“jeritanmu sangat keras..”sindir naoki kalem.
“tunggu…”
“perceraian narita huh?” ejek naoki tertawa.”atau kita katakan perceraian haneda?”
“maaf. Aku cemburu.. aku sangat egois telah bersikap seperti itu..” ucap kotoko menunduk dengan penuh penyesalan.
Naoki menyentuh bahu kotoko lembut “bodoh.. aku benar-benar mengkhawatirkanmu..” naoki lalu mencium kotoko lembut.
Dari jau ibu irie, ayah irie, yuki dan ayah kotoko memperhatikan keduanya. Ibu irie mengambil foto keduanya yang sedang berciuman dari jarak jauh itu. ia tersenyum senang bisa mengambil foto yag romantic itu.
“ahh tidak salah aku membeli kamera ini..” ia lalu mengambil beberapa foto kotoko dan naoki lagi.
Kotoko dan naoki masih berciuman dengan hangatnya dibawah sinar bulan dan semilir angin pantai yang dingin.
“perasaan marah yang mengelilingiku ini berubah menjadi sesuatu yang hangat dan manis seperti permen.” kata hati kotoko
Suasana hangat itu terbawa sampai ke kamar tidur mereka. Naoki menatap kotoko lembut “butuh waktu lama untuk sampai ke sini..”
“iya. Tapi aku senang.. aku senang hanya dengan tetap berada disisimu.” Sahut kotoko.
Naoki duduk dipinggir tempat tidur dan menarik tangan kotoko padanya. Naoki memeluk kotoko dalam pelukannya.
“tapi aku tidak senang..” ucap naoki dalam. Mereka berpelukan semakin erat.
Naoki perlahan merebahkan tubuh kotoko di atas tempat tidur. Mereka menatap dengan penuh perasaanan. Dengan lembut naoki mencium dahi kotoko lembut. Ia lalu mencium mata kotoko… pipi kiri kotoko.. lalu ia mencium bibir kotoko mesra.
“saat ini aku pasti orang paling bahagia didunia.. aku tidak akan pernah lupa apa yang terjadi hari ini.. aku tak akan pernah…”
Naoki lalu mencium leher kotoko dan kotoko memeluk suaminya dengan mesra.
Bulan madu mereka berakhir dan mereka harus pulang ke Tokyo.
“ahhh waktu berlalu dalam sekejap.. aku sangat sedih.. aku pasti akan merindukan tempat itu… kami tak bisa menghabiskan banyak waktu berdua saja..”gumam kotoko disamping naoki yang hanya diam membaca majalah.
Kotoko mendengar suara orang yang sedang bermanja-manja. Saat ia menoleh ia melihat Mari dan Takumi terlihat bersama lagi dengan mesranya.
“apa yang terjadi dengan mereka.. mereka adalah orang-orang yang menyebabkan kami dalam kesulitan!” gumam kotoko heran melihat cepatnya sepasang suami istri itu bisa rukun cepat.
“bukankah ini bagus untuk mereka..” sahut naoki
“ya kau benar tapi..” kotoko tidak melanjutkan kata-katanya. Ia malah bersandar manja dibahu naoki.
“hummm?” naoki menoleh melihat kotoko yang berbaring dibahunya itu.
“tak apa” jawab kotoko lembut dan masih bersandar pada naoki dengan mesranya.
“waktu kami sangat singkat tapi memiliki kenangan manis.. maaf sudah membuatmu menunggu ibu.. irie-kun dan aku akhirnya bisa memenuhi harapanmu..’ bantin kotoko untuk ibu mertuanya.
Tanpa kotoko dan naoki sadari, ibu naoki yang memakai wig blonde duduk dikursi depan mereka sedang mengambil foto mereka berdua. Ia tiba-tiba bersin, membuat wig bule yang dipakai ayah kotoko terjatuh.
Naoki dan kotoko tertidur didalam pesawat dengan saling bersandar menuju kota masa depan mereka, Tokyo.
TAMAT
So sweeeeeeeeeeeee.........ttt
BalasHapus