Jotaro menatap segenggam padi yang akan dipanennya. Itu adalah padi terakhir yang dipanen. Setelah menghela nafasnya, Jotaropun memangkas padi itu dan berteriak senang “ selesaiii..!” kakek kinji yang menemaninya disawah tertawa
“kau tak perlu berteriak seperti itu. Kau sekarang
sudah terbiasa mahir melakukan pekerjaan ini” “terima kasih “
kahori diruang kerjanya
sangat sibuk mencari kartu pasien yang akan diperiksanya. Ia meminta
suster Morishita mempersiapkan kartu periksa itu. Morishita senang melihat
perubahan cara kerja kahori itu. Ia mengomentarinya dengan berkata “akhirnya
aku bisa melihat kau sebagai dokter dikota ini”
Jotaro dan kakek kinji sedang bercakap=cakap tentang
generasi anak muda yang tidak mau jadi petani dan memilih pindah ke kota
besar.nseorang ibu dan anaknya lewat ikut berbicara juga soal generasi anak
muda dan juga tentang festival kota yang pernah ada dulu membuat semua
berkumpul. Anak-anak ibu itu langsung
meminta ibunya mengadakan festival seperti itu lagi. Jotaro senang melihat
semangat anak-anak itu yang ingin meihat festival. “hmmmmm…festival ya”Jotaro baru saja pulang ke rumahnya dan merebahkan badannya ke kursi saat suara ketukan dipintunya “ya?” “ini aku, Haruna.”
Jotaro
membukakan pintunya “ada apa?” “aku mau cek apa ruanganmu ada masalah. “ “ahh
tidak ada semua baik-baik saja”
“sebentar lagi akan ada topan, aku masuk ya..” Haruna
langsung memasuki rumah Jotaro melihat-lihat semua ruangan. Haruna masuk ke
dapur Jotaro dan ia mengeluarkan wine dari tasnya. “aku membawa ini.” “apa?”
“apa kau mau minum denganku?”
Mereka berdua akhirnya minum bersama dan berbicara. Haruna sepertinya minum terlalu banyak sampai
ia mabuk dan tertidur disofa Jotaro. Jotaro mencoba membangunkannya tapi ia tak
bangun-bangun. Jotaro pun menelpon Junichi “Helo Junichi, bisakah kau datang ke rumahku?” Tanya Jotaro. Haruna mendengar Jotaro menelpon Junichi, ia membuka matanya sedikit agar bias melihat Jotaro. Ternyata Haruna berpura-pura mabuk agar bias bersama dengan Jotaro.
Junichi ternyata tak bisa datang karena sedang ada perlu.
“klo kau sudah selesai tolong kau datang ke rumahku. Haruna- chan mabuk dirumahku dan tertidur. “
“hah?? Sejak kapan kalian berdua berhubungan?”seru Junichi terkejut.
“ahhh tidak ada apa-apa antara kami. Gak ada. Kau tau kan mobilnya Haruna terlihat dan terparkir disini sampai pagi maka akan ada rumor yang menyebar cepat. Jadi aku pikir kau datang kesini dan memarkir mobilmu disini”
“Jotarooo… akhirnya kau mengerti kehidupan di sini. Aku sebenarnya ingin membantu tapi aku tak bisa sekarang ini” sebuah suara memanggil Junichi membuat Junichi segera minta maaf pada Jotaro dan berpesan pada Jotaro dengan berbisik pelan ditelepon sebelum menutup teleponnya
“hanya perlu kau ingat apa yang akan terjadi jika menyentuh gadis local sini. Khususnya ayah haruna-Chan itu sangat menakutkan dan dia adalah anggota perwakilan kota.” Haruna senang Junichi tidak bisa datang.
Kahori di rumah
sedang diberi tau ibunya klo ia sedang mencari jodoh untuk kahori. Dan akan di
adakan pertemuan hari minggu ini. Kahori menolaknya tapi ibunya memaksanya
untuk datang. Kahori agak terselamatkan dari ibunya saat ia HPnya berbunyi. Ia
buru-buru pergi menerima telepon itu
“hai..” sapa Kahori
“ahh.. ore..ore.. “ *ore = aku (untuk cowok)
“ore..ore dare?”
*aku siapa?" Ucap Kahori yang tau klo itu jotaro.
“bisakah kau datang ke
rumahku?” Tanya jotaro. Haruna mendengar Jotaro menelpon orang lain membuka
matanya cemberut.
“kemana?”
“kerumahku”
“hahhhhhh?”
“Haruna-chan mabuk disini dan tertidur.”kata Jotaro menjelaskan.
“
kalian minum berdua? “
“iya. Dia bilang mau cek ruanganku tapi..”
“lalu kenapa
kau telepon aku?”
“kau tau kan, jika mobil haruna terparkir disini sampai pagi
maka akan ada rumor dan masalah. Jadi
aku perlu seseorang untuk parker mobil 1 lagi disini“
“hahhhh?” jawab Kahori malas.
“aku mohon,
tolonglah” Iba Jotaro
“kenapa kau tak minta bantuan Morishita-san saja?”
“dalam
kondisi seperti ini bagaimana mungkin aku minta tolong Ayaka-san?”
“aku tak
mau..”
“apa? Meskii aku sudah memohonmu?”
“kenapa aku harus menyerah dengan
permohonanmu?” tapi begitu ia melihat ke ruang tamu dan ibunya memegang foto
laki-laki yang akan dijodohkan padanya kahori langsung setuju pergi kerumah
Jotaro.. hehehhe.. shock dia melihat foto
calonnya.
Jotaro membukakan pintu untuk kahori dengan senangnya.
Kahori duduk dan langsung minta minun beer juga. Jotaropun mengambilkan gelas
untuknya. Kahori segera minum beer itu .
Haruna tiba-tiba bangun dari tidurnya “ahhh aku tertidur disini..” ia menatap
kahori dan pura-pura terkejut “Kahori chan mengapa kau disini?” Tanya Haruna
“ahh itu karena ia tak punya sesuatu yang bisa dikerjakan” ucap jotaro yang
membuat kahori langsung melotot melihat Jotaro. Jotaro langsung memalingkan
mukanya tak mau melihat kahori.. hihihi lucu deh..
Kahori dan haruna
menginap dirumah Jotaro karena sudah malam. Mereka mencuci gelas dan berbicara
“winenya sangat enak..” kata Kahori
“sebenarnya aku membawanya hanya untuk
jotaro san.”
"Dia tak layak untuk itu” kata Kahori.
“lain kali jangan ganggu kami ya, oke?”
perintah Haruna.
“apa kau menyukainya?”
“lebih dari menyukai dia….. aku membutuhkan dia.”
“butuh dia?”
“iya, aku membutuhkan Jotaro san.”
“apa maksudmu?” haruna tak mau menjawab dan
langsung pergi.
Jotaro menyampaikan idenya untuk membuat festival bagi kota
itu, leader dan Junichi ragu dengan rencana itu. Mereka takut jika nanti
diadakan festival pasti lain kali penduduk local akan minta diadakan lagi.
Jotaro berkata jika semuanya hanya
memikirkan kemungkinan yang akan datang maka tidak akan ada kemajuan bagi kota
itu. Junichi akhirnya mendukung Jotaro setelah merenungkan perkataan Jotaro.
Leaderpun setuju asal penduduk kota juga menyetujuinya.
Jotaro, Junichi dan Harunapun mempersiapkan keperluan untuk
festival itu. Jotaro berkunjung ke kelompok para orang tua untuk menyampaikan
niatnya. Kakek dan nenek-nenek itu agak ragu karena sudah lama tidak pernah ada
festival dikota itu.
Jotaro mengantar kakek kinji untuk rehab di rumah sakit. Ia
menyampaikan perasaannya yang mulai tak yakin sendiri dengan festival itu.
Kakek kinji bilang ia sudah menduga penduduk akan kurang minat untuk acara itu.
Hiroki yang datang untuk memulai rehab kakek langsung ditawari Jotaro untuk
membantu festival yang akan diselenggarakannya. Melihat Hiroki yang seperti mau
menolaknya, Jotaro bilang ia tidak memaksanya klo memang ia tidak bisa
membantu.
Junichi pergi ke toko tempat Sayori bekerja. Junichi bilang pada Sayori klo aka nada
festival yang akan diselenggarakan seperti beberapa tahun lalu saat mereka
masih SMA. Ia minta bantuan Sayori jika ia mau membantu. Junichi mengulurkan kartu namanya agar sayori dapat menghubunginya.
Sayori agak enggan menerimanya tapi kemudian ia ambil kartu namanya sendiri dan
segera menyerahkannya pada Junichi. Junichi pergi dengan bahagia menerima nomer
telp Sayori.
Jotaro menemui suster
Morishita saat ia mau pulang kerja dari rumah sakit. Jotaro menyampaikan
keinginannya menyelenggarakan festival untuk kota itu. Morishita berjanji ia
akan membantu jotaro nanti tinggal menghubunginya jika Jotaro butuh bantuan. Morishita
mau pergi naik motornya saat ia melihat Jotaro yang akan menyampaikan hal
lainnya.
“ada apa? Katakan saja”
“ hmm.. aku hanya bertanya-tanya, apa kau mau
menghadiahi aku sesuatu jika aku bisa membangkitkan festival lagi..”
“hadiah?” jotaro langsung malu dengan
apa yang dikatakannya “ahh tidak.. tidak.. lupakan saja apa yang aku ucapkan
tadi.”
“mengapa tidak.. aku akan memberimu hadiah. Tentukan saja apa yang kau
sukai oke?” jotaro terkejut dan gembira. Morishitapun pergi dengan motornya.
“iya sempurna.. dia bilang ia akan memberiku
hadiah jika aku bisa mengatur festival.”
“festival?” “iya kami akan menyelenggarakan festival di Sogano. Apa kau mau
datang dan membantu kami juga?” “aku tak punya waktu luang..” “kau benar-benar
perhitungan..”
Keesoknya Jotaro, Junichi, leader dan Haruna rapat biaya
festival. Ternyata biayanya sangat mahal dan mereka tak yakin bisa dapat uang
memenuhinya.
Kakek dan nenek tetangga Jotaro datang saat mereka sedang
rapat. Mereka menyerahkan uang untuk donasi bagi festival itu dari 23 orang.
Jotaro membuka amplop pemberian itu dan melihat uang yang banyak. Kakek dan nenek menjelaskan klo tadi kakek
kinji yang mengungkapkan kebutuhan dana untuk festival itu, jadi mereka setuju
untuk menyumbang.
Jotaro ,Junichi dan Haruna mulai membuat perlengkapan untuk festival. Anak-anak yang melihat jadi penasaran dan mereka pun ikut membantu. Jotaro naik mobilnya dan membayangkan hadiah apa yang akan dimintanya pada Morishita sambil tersenyum-senyum sendiri. Saat tiba di depan jembatan sungai shimanto ia melihat ada tulisan nama jembatan itu disana. Namanya adalah “jembatan tenggelam”. Jotaro heran dengan nama itu. Iapun pergi menyeberangi jembatan shimanto itu.
Kahori sedang termenung diruangannya saat ia mendengar
teleponnya berbunyi “haii” “ahh.. ore.. ore…”
“ ore dare?”jawab kahori malas-malasan.
hihihi.. klo telepon
mereka selalu ngomongnya begitu.. "ore.. ore" :P
“bicara tentang hadiah, menurutmu apa yang harus aku minta?”
“hahh?” seru Kahori kesal JOtaro telp untuk menanyakan hal seperti itu.
“bagaimana jika aku memintanya untu memasak untukku? Apa itu berlebihan? Dan
itu berarti klo kami akan ada dirumahnya, hanya kami berdua. Aku harusnya minta dia untuk kencan denganku.
Ahh tidak.. itu tak mungkin kulakukan..” Jotaro bicara tanpa henti membuat
Kahori makin kesal
“ apa kau bodoh?! Aku sedang bekerja.”
“hahh? Kenapa kau
menjawab telponmu jika kau sedang bekerja??”
“aku hanya butuh waktu istirahat
sebentar”
“oh begitu. Ya sudah bye..” ucap jotaro.
“apa kau akan menutup
telponnya? “
“apa? Apa kau tau mau aku tutup?”
“bukan begitu, mendengar cerita
bodohmu itu membuatku melupakan hal- hal lain.”
“oh begitu ada masalah apa?”
“aku punya beberapa hal yang aku kuatirkan tidak seperti dirimu.”
“lalu mengapa
kau tidak membantuku saja untuk festival sebagai balasan ini?sangat menyenangkan
bisa mempersiapkannya dengan anak-anak yang membantu. Omong-omong kenapa kau
tak memyumbang dengan uangmu?”
“sumbangan?”
“ iya untuk anggaran festival itu. aku sangat ingin mengadakan mancing tapi sepertinya tidak bisa”
“iya aku akan
menyumbang”
“benarkah? Aku kira kau akan mengeluh kenapa harus menyumbang”
“aku
iri” ucap kahori
“apa?”tanya Jotaro tak mengerti.
“tak apa-apa. bye” “bye.. eh tentang hadiah itu..”
blom selesai Jotaro bicara, Hp sudah dimatikan Kahori.
Malamnya mereka beristirahat di sanri bar. Junichi menceritakan pada Jotaro tentang fans club sayori yg berjumlah 58 orang dengan penuh semangat. Sayori mendengarkannya dan sesekali menjelaskan. Kahori datang menjemput sayori dan bertanya apa yang telah terjadi. Sayori menjelaskan klo sesekali ia ingin pergi keluar rumah. Sayori pamit pada semuanya. Kahoripun menyodorkan amplop donasi yang dijanjikannya pada Jotaro. Semua senang menerimanya. Sayori nampak tidak suka dengan semua itu.
Saat sudah diluar ia bertanya jumlah donasi Kahori. Kahori menjawab ia memberikan 5000 yen (rp.500rb). “hah 5.000 yen? Itu lebih dari 1 hari kerjaku. Bagimu itu tidak banyak dan kau bisa memberikannya begitu saja pada mereka” “aku juga bekerja keras untuk mendapatkannya. Aku berusaha keras untuk menjadi diriku yang sekarang ini”
“iya itu lebih susah dari kerja part time seperti aku yang semua orang bisa lakukan.”
“sejak kapan kau jadi sinis tentang hal ini?”
“aku tidak sinis sama sekkali.” “terserahlah…” Kahoripun membawa pergi Mobilnya pergi dari sanri bar.
Jotaro masih tertidur pulas saat Junichi mengedor-gedor
pintu rumahnya. Jotaro membuka pintunya dan angin langsung menerpa wajahnya.
Junichi member tahu Jotaro klo angin topan sedang mlanda desa jadi semua harus
bersiap siap.
Semua penduduk sibuk untuk bersiap-siap untuk angin topan
yang melanda. Jotaro sibuk membantu
penduduk menutup pintu yang dpt dirusakkan angin topan. Junichi sibuk belanja
lilin dan makanan untuk dibagikan ke rumah-rumah. Semua sangat sibuk.
Dirumah sakit tampak
Pasien berdatangan menjadikan rumah sakit ramai dan penuh. Kahori mengunjungi sebuah kamar dengan pasien bapak-bapak. Hiroki juga
ada disana untuk membawa pasien ke ruang rehab. Ia melirik sekilas pada Kahori
yang Nampak memeriksa pasiennya. “dia
butuh 250gr Aminophyline di infusnya.” “baik” jawab suster muda yang
bersamanya. Kahoripun meninggalkan kamar pasien. Setelah beberapa saat kahori diberi tahu klo
pasiennya bertambah parah. Setelah
keadaan bisa teratasi Kahori berjalan menyusuri
lorong rumah sakit. Saat melewati ruangan kesusteran ia mendengar mereka membicarakan dirinya yang tidak
ceroboh menangani pasien dan melakukan tugasnya dengan tidak sepenuh hati
karena dipaksa bekerja di shimanto oleh profesornya.
Kahori terpukul mendengar itu semua, ia
berlari melewati lorong rumah sakit dan
ia bertabrakan dengan hiroki. “maaf” ucap Kahori menunduk dan berjalan
pergi.
Melihat kondisi kahori yang sepertinya sedih, Hiroki memegang lengan
kahori “ada apa?” dengan suara yang bergetar kahori menjawab “tak ada apa-apa”
“tapi tak terlihat seperti itu.” Kata Hiroki menyelidik. Dengan sedikit terisak
dan masih tertunduk Kahori bergumam
“lepaskan aku” perlahan Hiroki melepaskan pegangan tangannya. Kahori buru-buru pergi meninggalkan tempat
itu.
Morishita Ayaka menatap lurus keluar jendela apartemennya.
Ia melihat kondisi cuaca yang makan memburuk. Hiroki yang tinggal serumah
dengannya memperhatikan Ayaka yang gelisah “ meski diluar sedang ada angin
topan apa kau besok akan tetap pergi?” Tanya Hiroki. “kau selalu pergi ke
sebuah tempat setiap bulan di tanggal 16 kan?” Ayaka hanya terdiam terus
menatap keluar;. Tak apa-apa kalau kau
tak mau bicara”
Keesokan harinya Hiroki pergi ke rumahnya karena aka nada
badai jadi dia agak meghawatirkan keadaan ayahnya. Tapi saat ia akan membuka
pintu rumah. Ia mendengar suara ayahnya yang sedang mabuk-mabukan didalam.
Iapun segera mengurungkan niatnya untuk masuk k edalam rumah dan segera pergi
dari tempat itu.
Meski angin sudah semakin kencang, Morishita Ayaka tetap pergi
ke pekuburan seperti biasa setiap bulan
tanggal 16.
Jotaro melihat berita ditelevisi klo angin topan sudah mulai memasuki wilayah shimanto. Ia teringat dengan perlengkapan festival kota yang ia simpan digudang. Ia tak ingat apa ia sudah menutup gudang itu apa blom. Jotaro buru-buru keluar rumah untuk ke gudang perbekalan meski diluar sudah mulai angin deras beserta hujan. Jotaro berangkat dengan mobilnya melewati jembatan sungai Shimanto. Sampai di gudang ternyata seperti perkiraannya, gudang kacanya pecah sehingga hujan membasahi hiasan festival. Jotaro buru-buru menutup jendela yang rusak itu dengan kayu yang didapatinya.
Kahori saat akan pulang ada suster yang memberitahukan klo
Shikawa san seorang nenek didesa sedang sakit, suhu tubuhnya naik dan dia terus
menerus muntah. Kahoripun buru-buru pergi ke rumah nenek Shikawa meski angin
kencang dan hujan deras. Kahori melewati
jembatan shimanto sampai ditengah jalan ada patrol polisi yang tidak
memberitahukan klo ada longsor didepan jalan sehingga mobil tidak bisa lewat. Kahoripun
berjuang untuk berjalan ditengah angin dan hujan yang turun. Kahori mencari
jalan melewati pepohonan dengan susah payah terhalang lumpur sehingga ia
terpleset berkali-kali. Sampai depan
dirumah nenek Shikawa ia melihat nenek
dalam kondisi kesakitan. Ia pun segera membantu nenek.
Setelah selesai menutup lubang jendela gudang, Jotaro
langsung tancap gas untuk pulang ke rumahnya. Tapi saat akan melewati jembatan
shimanto , Jotaro terkejut bukan main karena jembatan Shimanto tenggelam ,
tertutup air sungai yang meluap.
HPnya bordering dan ia segera mengangkatnya
“yaa?”
“jembatannya tenggelam ya?” kata kahori
ditelp
“hah??” seru Jotaro heran Kahori mengetahui dia terjebak didepan
jembatan shimanto.
"dibelakangmu” ucap
Kahori “hahh? Belakangku?” jotaro
melongok kebelakang mobilnya dan ternyata mobil kahori tepat dibelakangnya.
“lalu apa yang akan kita lakukan? Bagaimana mungkin
sebuah jembatan bisa kebanjiran?” gerutu jotaro ditelp. “itulah mengapa jembatan itu disebut “jembatan
tenggelam”.” “ahhh aku pikir itu tak punya arti apa-apa”
“jika tidak ada kerjaan di rumah sakit maka
aku akan datang”
“kau harus datang”
“sepertinya menyenangkan”
“tentu saja akan
menyenangkan, itu semua kan ideku dan anak-anak sudah tak sabar melakukannya. Oh
ya ini mengingatkanku pada festival sekolah saat sma. Sebagai anak-anak aku tak
punya ketrampilan apapun yang baik. Tapi saat festival sekolah aku merasa aku
dpat melakukan sesuatu. Bagaimana denganmu? Biar kutebak, kau salah satu murid
terpandai sehingg kau bisa jadi dokter”
kahori tidak menjawab pertanyaan jotaro, ia
justru bertanya balik pada “setelah sampai disini sebenarnya apa yang ingin kau
lakukan?” tanyanya
“saat interview pekerjaan aku bilang klo aku ingin
kontribusi dengan komunitas ini dan mengalami pengalaman hidup didesa. Aku tidak
datang karena aku ingin melakukan sesuatu”
“kau datang tanpa memikirkan semua
itu?”
“iya”
“tapi kau bisa mengatur semuanya dan beradaptasi dengan baik, aku
iri”
“hahh? Aku sebenarnya yang sangat iru padamu. Sebagai dokter kau mudah mendapatkan
pekerjaan dan pekerjaan itu tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang. Kau hebat..”
“hanya orang yang tak punya
pekerjaan yang mengatakan itu padaku. Tak mudah bagiku untuk menjadi seorang
dokter. “
"aku tak berpikir seperti itu. Apa yang aku irikan adalah kau tau apa
yang ingin kau lakukan. Aku tak pernah punya hal seperti itu. Pasti sangat menyenangkan bisa mencapai
apa yang kau inginkan. “
“aku tidak.. menjadi seseorang yang aku inginkan”
“jadi
itu alasannya dulu kau mengatakan kau tdak ingin datang. Tapi aku percaya
setiap orang pasti punya rasa tidak puas dengan sesuatu dalam hidupnya. Tapi bagiku
ini adalah masalah yang biasa”
“aku tak punya tempat yang membuatku merasa
nyaman, dirumah atau dirumah sakit aku merasa tidak nyaman. Tapi aku tak bisa pulang ke Tokyo. “
“mengapa
begitu?”
“selama profesorku tidak menelpon dan memintaku kembali ke Tokyo maka
aku tak bisa.” “jadi dia harus menelponmu. “
“itu tak akan terjadi. Aku tau itu
hal yang tak mungkin, tapi aku masih saja mengecek emailku dari emailnya setiap
harinya”
Jotaro menatap Kahori tajam yang tertunduk seperti ada beban yang
sangat banyak pada kahori dan ia merasa kasiian. Tiba-tiba lampu padam, ruangan
jadi gelap gulita. Jotaro coba menyalakan korek api yang dibawanya. Kahori terus menceritakan kehidupannya pada
Jotaro dengan sangat terbuka. “aku selalu melakukan penelitian untuk obat
kanker. Jadi untuk berhubungan dengan pasien aku hamper tidak punya pengalaman.
“
“tapi dokter tetaplah dokter kan?”
“jika suster tidak menolongku maka aku tak
bisa melakukan apapun.. aku tak bisa mengatakan klo aku adalah seorang dokter”
Ditempat yang berbeda Hiroki menunggu Morishita yang belum
pulang disaat badai dan lampu mati. Ia menyalakan lilin saat ia mendengar
seseorang membuka pintu. Hiroki langsung datang melihat Morishita yang basah
kuyup kena hujan. Hiroki lalu memberikan handuk pada Morishita yang basah.
Jotaro terbangun dipagi hari dan melihat kahori masih
teridur di sebrangnya. “oiyy…” panggilnya untuk membangunkan kahori. Jotaro melihat kahori tidak bangun-bangun.
Jotora mengacak-acak rambut Kahori “ini sudah pagi..”
Jotaro membuka lagi kayu yang ia pakai untuk menutup pintu
dan jendela gudang itu. Sementara kahori kembali ke rumah nenek Shikawa. Jotaro yang membawa
kayu dari gudang melihat dari depan pintu. Nenek berterima kasih sekali pada kahori
karena mau datang untuk memeriksanya. Kemarin bagii nenek adalah saat yang
menakutkan dan mengkawatirkannya tapi begitu melihat wajah kahori ia menjadi
tenang. Nenek terus mengucapkan terima kasih sampai menggenggam erat tangan
kahori dengan menangis. Kahori terharu, ini pengalaman pertamanya menjadi
dokter yang dibutuhkan pasien. Ia terharu tanpa terasa ia menangis didepan
nenek. Jotaro yang sudah mendengar curahan hati kahori semalam ikut terharu
melihat kedua wanita didepannya yang menangis itu. “kita tak dapat selalu berada ditempat yang kita inginkan. Tapi… setiap orang harus mencoba sekuatnya dimanapun ia ditempatkan." (*suara jotaro)
Mobil jotaro beriringan dengan mobil kahori menyusuri sungai shimanto. Jotaro berhenti ditempat bunga matahari yang pernah dilihatnya itu. Ia turun dari mobilnya dan berjongkok didepan bunga matahari itu “ kau bisa melewati badai itu” katanya lega.
Dari belakangnya Kahori menyusulnya melihat bunga
matahari yang belom mekar itu. “bunga
matahari ya?”Tanya Kahori. “iya”jawab jotaro tersenyum sambil terus melepas
ikatan kayu pada batang bunga matahari yang pernah dibuatnya.
Junichi mengomentari yukata yang menurutnya tidak tepa
dipakai haruna untuk festival. Haruna jadi kesal dan mereka bertengkar membuat
mie yang dibuat haruna jadi gosong. Sayori yang ada di sebelah sedang memasak
langsung membantu haruna. “wow..” puji
Junichi melihat Sayori yang trampil masak. “ini kan sudah hal yg biasa ibu
rumah tangga lakukan.” Kawab Sayori.
“kita ingin diterima oleh seseorang”
Kodaira san sekarang sudah seperti anggota desa kita ya”
ucap leader “iya benar” jawab Junichi. Mereka melihat pada Jotaro yang sudah
membaur dengan penduduk desa.
“kita ingin dibutuhkan oleh seseorang”
“kita ingin dicintai oleh seseorang”
"apa kau tak apa-apa?" tanya Hiroki yang kemarin melihat kesedihan diwajah kahori "ahh tidak apa-apa. aku baik-baik saja"
“kau
benar-benar tak berubah… kau tak pernah membicarakan masalahmu padaku. (pada
Jotaro ngomongnya kok) kau selalu membuat keputusanmu sendiri.” Kahori
tersenyum “benarkah?” jawab Kahori sambil berjalan. “ohh apa kau tau ada
Festival di Sogano?” Tanya Kahori “ya” jawab Hiroki “apa kau mau kesana?semuanya
sepertinya bersemangat menyambutnya karena itu tak pernah dilakukan selama 15
tahun”
Sebuah pesan text masuk ke handphone haruna “aku ingin
bertemu.. seseorang yang takut hidup berarti sudah sepertiga mati. “ Haruna
menatap text itu dengan berbagai pertimbangan.
“aku harap kita dapat kembali ke masa masa itu.” Ucap Hiroki. Kahori menoleh pada Hiroki untuk mencari maksud perkataan Hiroki tapi cowok itu langsung melangkah ke festival meninggalkan Kahori dibelakangnya.
Ditempat lain Jotaro sedang mengisi balon dengan air sampai ia akhirnya menyadari ada seseorang mendekatinya. Saat ia menoleh ternyata ada Morishita dibelakangnya “ohh maukah kau membantuku dengan ini?” Tanya Jotaro. Morishita mendekati Jotaro dan tiba-tiba ia membungkuk dan mencium jotaro. Kyaaaaaaaaaa…….
“itu hadiahmu” kata Morishita dan pergi meninggalkan Jotaro yang masih bengong habis dicium Morishita.
*** BERSAMBUNG ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar