Ninako,
daiki dan teman-teman sedang memperhatikan Tim basket mereka berlatih. Disana
ada Ren dan Ando yang jadi anggota tim basket.
Daiki
cerita tentang keluarganya.
“ayahmu
menikah lagi?”
“Kemarin
aku diberitahunya mendadak.”
“Kau
bisa menerimanya?”
“Jika
dia ingin menikah, maka aku hanya bisa mendo'akannya saja. Itu menurutku. Tapi
menurut kakak ku... dia masih percaya kalau suatu saat nanti, keluarga kami
bisa kembali seperti dulu lagi.” Ucap Daiki yang terlihat sedih itu.
Pulang
sekolah Ninako dan teman-teman melihat Ren seperti buru-buru keluar kelas saat
bel pulang berbunyi.
“Akhir-akhir
ini Ren sering pulang cepat ya?”
“Iya.”
“Kau
tahu kenapa?”
“sepertinya
dia mulai kerjaan sampingan. dia selalu datang tiap malam untuk menemui kakak
ku.” Kata Daiki.
Ia
pernah mendengar pembicaraan Ren dan kakaknya. Ren mencoba menenangkan Mayuka
yang sedang bersedih.
“Aku
akan selalu ada untuk mu. Jadi tenang saja, tentang ayahmu. perlahan terimalah
keputusan dia.” Kata Ren saat itu
“Terima
kasih.” Mayuka memeluk erat Ren.
“….kemudian
dia kembali bekerja lagi.” Lanjut daiki “… selalu berfikir kapan Ren tidur.
Rasanya
kalo cowok di andalkan ceweknya pasti dia akan berjuang mati-matian, kan?” Ninako hanya tersenyum samar.
Didalam
kereta yang membawanya kesekolah, Ninako sedang memandangi gantungan HP
pemberian Ren padanya itu. Banyak hal yang terlintas dipikirannya saat ia
melihat gantungan itu.
Ninako
sampai di loker sekolah untuk mengganti sepatunya. Ia melihat Ren sudah ada
disana. Wajah Ren terlihat pucat dan lemah.
“Ren-kun,
Selamat pagi.” Sapa Ninako
“Pagi.”
Sahut Ren tersenyum kecil
“Aku
dengar dari Daiki, tentang Mayuka-san. tapi karena ada kamu jadi tidak akan ada
masalah, kan?”
“Aku
pikir sekarang yang hanya bisa ku lakukan adalah berada disampingnya.” Jawab
Ren sambil berjalan.
Ninako
mengangguk “Itu benar.”
Ninako
dan Ando diperpustakaan sekolah untuk mencari buku yang dibutuhkan. Ando
melihat ninako sering bengong berdiri diantara rak buku.
“Ninako-chan?
Ninako-chan?”
Ninako
menileh “Apa?”
“Jangan
hanya diam saja.Setelah ini kita harus segera ke kelas.”
“Maaf,
maaf.” Ninako tersadar dan mencari buku yang dibutuhkannya.
“sebentar
lagi kau tidak akan menyukainya lagi kan? Maksudku, tentang Ren?” Tanya Ando
“Ngak
papa, kok. Aku sendiri yang seenaknya menyukai dia. Meskipun hanya sebagai
teman itu sudah cukup.” Jawab Ninako berlagak tidak peduli.
“kata-kata yang luar biasa. Kau tahu, kalau
manusia itu orang yang cukup serakah? Jika kau benar-benar menyukainya pastikan
lah berharap lebih dulu.” Ando berjalan mendekati Ninako dan menaruh kedua
tangannya diantara tubuh Ninako (kabedon).
“Tapi...
Ren sudah punya pacar. Tanpa memandang antara kamu dan dia, tidak peduli
seberapa dekat kalain bedua. Dia ngak akan bisa pacaran sama kamu. Cinta yang
tak terbalas darinya. Pikiran ini suatu saat nanti akan mencapai batasnya.”
“yang
memutuskan batasku... bukan kamu.” Sahut Ninako sambil menyingkirkan tangan
Ando. Ninaki segera berjalan meninggalkan Ando.
“Orangtua ku akhirnya memutuskan untuk
bercerai. Ayah lah... yang meninggalkan rumah. Dulu kami masih bisa tertawa
bersama. begitu sangat menyenangkan. Apa mereka hanya berpura-pura bahagia?”
isak Mayuka disamping Ren. “Maaf, kalau
begitu aku pergi kursus dulu” pamit Mayuka.
Ren
melihat Mayuka terlihat sangat rapuh dan ia jadi mengkhawatirkan gadis itu.
“Hari
ini tidak usah pergi dulu. Aku akan selalu berada disampingmu. Mulai dari hari
ini... dan seterusnya. Aku akan selalu berada disampingmu. Aku berjanji.” Janji
Ren saat itu.
Saat
pulang sekolah tubuh Ren sangat lemah dan ia pingsan di stasiun kereta.
Beberapa teman sekolah yang ada disana langsung menolongnya.
“Ren-kun,
bagaimana keadaanmu sekarang?” sebuah suara lembut menyambutnya saat ren mulai tersadar kembali.
Ren
melihat Ninako duduk disamping tempat tidurnya “ahhhh...” Ren memegangi
kepalanya yang ada compress handuknya.
“Di
stasiun, tadi kamu dikerumunin orang-orang... kemudian aku melihat Ren-kun
terjatuh dilantai.” Jawab Ninako
“apa
Kamu... terus disampingku?”
“Karena
aku mengkhawatirkan mu.” Jawab Ninako
“Terima
Kasih”
“Baik.”
Ren
mencoba bangun dan Ninako langsung buru-buru membantu Ren duduk ditempat tidur.
Ninako menggunakan punggung tangannya untuk mengusap lembut leher Ren untuk
memeriksa suhu tubuh cowok itu.
“Aku
nggak keren sekali ya?” ucap Ren lemah. Ia malu Ninako melihatnya dalam kondisi
seperti itu. “ berbicara sok hebat sambil memotivasi dia…” Ren tersadar ia
sedang mengeluh pada Ninako. Ia menghela nafasnya “ahh.. Apa yang sudah kukatakan ini.”
“Tidak
seperti itu kok.” Sahut Ninako tersenyum. “ Tidak papa, klo terkadang kita tak
usah terlalu bersemangat.” Kata Ninako sambil memberikan handuk basah pada Ren.
“Begitu
ya.”
“Apa
yang baru saja ku katakan juga sok hebat ya?” Kata Ninako malu-malu. Ia menepuk
lembut punggung Ren “Aku mau membeli minuman dulu. Kamu istirahat saja dulu.”
Setelah
Ren lebih kuat, mereka akhirnya pulang bersama. Karena kecapean menunggu Ren
yang pingsan, Ninako tertidur didalam kereta. Tanpa sadar Ia tertidur dibahu
Ren yang duduk disebelahnya.
Ren
tersenyum dan membiarkan gadis itu tetap tertidur.
Suara
pemberitahuan kereta sampai distasiun Shinsakuta mengagetkan Ren. Itu adalah
stasiunnya tapi ia tidak mau membangunkan Ninako yang tertidur dibahunya itu. Ren
membiarkan stasiunnya terlewati dan Renpun lama-lama ikut tertidur.
Ninako
tersadar dari tidurnya dan ia malu saat tahu klo ia tertidur dibahu Ren. Cowok
itu juga terbangun.
“Maaf.
Aku ketiduran.” Ucap Ninako malu
Suara
pemberitahuan kereta sampai di stasiun Nijunodai membuat Ninako merasa bersalah
pada Ren.
“Ini
kan stasiun tempat aku turun. karena aku ketiduran Ren-kun melewatkan
stasiunnya.”
“Aku
juga sudah baikkan. Dan lagipula aku juga ketiduran.” Jawab Ren berbohong klo
ia tidak turun distasiunnya karena ketiduran.
“Kamu
bohong kan? kamu diam agar aku tidak terbangun kan? Maaf ya.” Ninako meminta
maaf lagi.
“Aku
benar-benar ketiduran. Jadi kamu ngak perlu minta maaf.”
Ren
ikut turun bersama Ninako. Ia mengikuti Ninako yang berjalan didepannya.
“Sampai
disini saja.” Kata ninako berbalik melihat ke Ren.
“Aku
ingin mengantarmu sampai ruang tunggu, setidaknya biarkan aku mengantarmu.
Bahaya karena sudah larut malam.” Kata Ren.
“pulanglah”
tolak Ninako.
“Sudah
hampir sampi juga, jadi tanggung. Hari ini keretanya lebih telat dari
biasanya.”
“Kalau
begitu... hati-hati ya.” Kata Ninako
“Kamu
juga. Sampai jumpa.”
“Sampai
jumpa.”
Mereka
lalu berpisah. Ninako tiba-tiba teringat sesuatu dan buru-buru mengejar Ren.
“Ren-kun...
tunggu dulu sepertinya aku memang ingin mengantarmu.”
Ren
menoleh ke belakang dan melihat Ninako yang berlari menuruni anak tangga ke
arahnya. Kaki Ninako terpeleset dan ia hampir terjatuh ke lantai. Ren segera
menangkah tubuh Ninako kedalam pelukannya.
Ninako malu dan melepaskan tubuhnya yang berada dipelukan Ren.
Ninako malu dan melepaskan tubuhnya yang berada dipelukan Ren.
“ah.. Mengejutkan sekali. Maaf, aku selalu
saja seperti ini.” Kata Ninako
Ren
tiba-tiba menarik tubuh Ninako kedalam pelukannya. Ninako terkejut dan hanya
berdiam.
Ren
tersadar dengan apa yang sudah dilakukannya. Ia melepaskan pelukannya pada
Ninako. “Hari ini benar-benar sudah larut malam. Pulanglah.” Bisik ren
Ninako
hanya mengangguk.
Ninako
masih shock dengan apa yang barusan ia alami. Ia hanya melihat kereta yang dinaiki
Ren pergi. Ia jadi teringat apa yang pernah Ando ucapkan di perpustakaan waktu
itu. “Manusia itu memang serakah kan?”
Pikiran
dan hati Ninako seolah membantah kalimat Ando yang terbesit dipikirannya ini.
“Bukan begitu. Bukan seperti itu…” gumam Ninako pelan.
“tapi
Ren sudah punya pacar…” kalimat Ando waktu itu muncul lagi
“Aku
tahu itu!!” teriak Ninako pada apa yang ada dipikirannya. Ia tidak mau menjadi orang serakah seperti
yang diucapkan Ando waktu itu tapi hati kecilnya, ia ingin memiliki Ren!.
Didalam keretanya, Ren menerawang jauh. Ia teringat apa yang sudah ia lakukan barusan. Ia tidak tau apa yang membuatnya tiba-tiba memeluk Ninako seperti itu.
Didalam keretanya, Ren menerawang jauh. Ia teringat apa yang sudah ia lakukan barusan. Ia tidak tau apa yang membuatnya tiba-tiba memeluk Ninako seperti itu.
Sampai
dirumahnya Ninako juga memikirkan semuanya lagi. Ia melihat gantungan HPnya
lalu ia menariknya lepas dari Hpnya dan menyimpannya dalam kotak aksesoriesnya.
Ditempat
kerjanya mayuka diberitahu klo tanggal 30 Juli nanti ada acara dan ia harus
datang padahal ia sudah janji bersama dengan Ren.
Ren
dan Mayuka pergi ke pantai. Mereka
berjalan diatas pasir dan memandang langit senja.
Ren
menghirup udara pantai dan merasakan angin pantai “Anginnya mulai terasa
seperti musim panas.” Ucap Ren
“Benarkah?
Ren seperti anak anjing saja (bisa mengendus cuaca)” canda Mayuka.
Ia
teringat dengan informasi yang didapat dari pekerjaannya tadi.
“Ano
nee... Nanti aku ada pekerjan yang harus aku lakukan di hari pesta kembang api
itu. Apa kamu akan marah?”
“Begitu
ya? Kalau soal pekerjaan mau bagaimana lagi.” Sahut Ren
“Kamu
yang selalu menyesuaikan aku.” Sesal Mayuka
“Dari
pada disesuaikan lebih baik aku yang menyesuaikan.” Sahut Ren lagi.
Mayuka
lalu memeluk Ren dari belakang. Ren terkejut dan khawatir. “Ada apa?”
“Tidak
papa.” Sahut Mayuka sambil melepaskan pelukannya dan mengenggam tangan Ren
dengan erat.
Mereka
berdua lalu melihat ke langit kearah matahari yang mulai terbenam.
Tes
disekolah sudah selesai. Dikelas hanya tinggal Ando dan Ninako.
“Maaf
untuk kejadian yang kemaren. tanpa mengetahui bagaimana perasaan Ninako-chan
aku banyak bicara. Maaf.” Kata Ando
“Aku
memaafkanmu. Kau memikirkan tentang diriku kan? Terima kasih.” Sahut Ninako
tersenyum. Ia tau ucapan Ando dulu tidak bermaksud jahat untuknya. Cowok itu
hanya mengingatkannya saja.
“Aku
pun juga pernah mengalami sakitnya dalam percintaan, kok.” Aku Ando
“Apa,
Ando-kun pernah?”
“Ya.
Aku Berpacaran saat masih SMP.”
“ah
kamu juga pernah pacaran”
“tapi
dia benar-benar sangat menyukai sahabat ku. Hanya untuk mendekati dia, dia
memanfaatkan ku.” Lanjut ando.
Ninako
terkejut dengan pengakuan Ando itu “Sampai segitunya?”
“dari
awal sampai akhir. Dia tidak pernah memperhatikan ku. Kemudian suatu hari,
dia
dan sahabat ku menghianati aku.”
Ando
lalu duduk dikursi didepan Ninako dan menatap gadis itu
“Sejak saat itu, Aku hanya biasa saja terhadap
wanita. Tapi… maka dari itu, mulai sekarang aku akan berusaha untuk menemukan
pasangan ku.”
Pulang
sekolah Ando mengejar Ninako yang sedang menuruni tangga.
“Ninako-chan,
apa kau mau nonton pesta kembang api?” Tanya Ando
“Sayuri-chan
kayaknya udah ada janji sama temen SMP nya. Jadi aku pikir aku akan pergi sama
Tsukasa-chan.” Jawab Ninako.
“Begitu
ya? Kalau begitu bareng sama aku bagaimana?” ajak Ando
“Boleh
saja, tapi aku coba tanya Tsukasa dulu ya.”
“Kalau
begitu kita kumpul jam 7 malam di restoran sebelah danau SEASON sebelah timur
ya. Setuju?”
Ninako
mengangguk menyetujuinya.
“Aku
benar-benar suka sama Ninako-chan.” Kata Ando tiba-tiba. Ia lalu memperlihatkan
kontak di HPnya pada Ren “Jadi, selain nama Ninako-chan, semuanya akan ku
hapus.”
“Kau
kesini hanya ingin mengatakan itu?” Tanya ren heran dan tidak paham kenapa Ando
mengatakan itu padanya.
“Aku
tidak habis pikir aku bisa suka sama wanita lagi.”lanjut ando lagi
“Hanya
soal itu saja kau harus mengobrol sampai kesini? dari dulu kau itu tidak pernah
berubah ya.”
“Baiklah
lupakan saja.” Gerutu Ando.
Ren
membawa baki yang penuh gelas kotor untuk dibawa masuk ke dapur. Tapi ia
menghentikan langkahnya saat matanya menangkap bayangan Ninako yang masuk ke
dalam restaurant itu. Ren terus melihat ke Ninako yang berbeda dari biasanya karena Yukata yang sedang dipakai gadis itu.
Ninako juga terkejut melihat Ren sedang bekerja disana.
Ninako juga terkejut melihat Ren sedang bekerja disana.
Ando
ikut menoleh ke arah pintu dan melihat Ninako yang ada disana.
“Tsukusa-chan
mana?” Tanya Ando berjalan mendekati Ninako.
“Tadi
dia telpon katanya lagi tidak enak badan.” Jawab Ninako
“Begitu
ya. Baiklah, Ayo berangkat.” Ando menepuk bahu Ninako dan mendorong gadis itu
keluar dari restaurant. Ren hanya memperhatikan keduanya yang berlalu.
Ditempat
lain mayuka sedang ada disebuah pesta dan bertemu dengan koleganya. Ia bahkan
sudah mendapatkan pekerjaan langsung untuk tahun depan.
Ando
dan Ninako berjalan ke tempat berlangsungnya pesta kembang api. Ando melihat
dari tadi wajah Ninako murung.
“Kalo
memikirkan dia boleh-boleh aja sih, tapi mukanya jangan ngambek gitu dong.” Ando
mencoba bercanda.
“Aku
tahu. Kau ngak tahu, kan? Aku terlalu menganggap enteng perasaan suka ku. tapi
sebenarnya juga harus dipersiapkan dengan matang, kan?”
“kalau
seperti ini terus kamu cuma akan sakit hati, kan.” kata Ando
“Kalau
begitu aku harus bagaimana?”
“Kenapa
kamu tidak menyerah saja. Untuk mencari pengganti yang lain misalnya.”
“yang
lain, siapa?” Tanya Ninako.
Ando
berjalan cepat dan berdiri menghadap Ninako sambil menunjuk ke dirinya sendiri
sambil tertawa.
Ninako
menganggap Ando bercanda dan menjawabnya dengan geli “Aku tidak bisa melakukan
hal itu.”
Mereka
berdua berjalan sambil tertawa-tawa.
Ninako
dan Ando menoleh ke arah suara itu. Seorang gadis cantik dengan memakai Yukata
tersenyum berjalan cepat ke tempat Ando berdiri.
“kebetulan
sekali kita bisa ketemu di tempat seperti ini.” Kata gadis itu
“Mao...”
gumam Ando yang masih terkejut melihat gadis itu ada disana.
“temanmu?”
Tanya Ninako
“Saya
Adik kelasnya ketika masih SMP.” Sahut Gadis itu pada Ninako. Gadis itu lalu
memperhatikan Ninako “Apa kamu pacarnya Takumi-kun?”
“Bukan.”
Bantah Ninako cepat.
“Bagaimanapun
juga, bisa-bisanya kau menyapaku seperti itu.” Ando yang sedari tadi diam tiba-tiba suaranya terdengar
ketus dan marah menatap gadis itu “ Kenapa kau memasang wajah seperti itu? Kau
pikir dengan memasang wajah seperti itu kau bisa menipu semua orang? Jangan
main-main!” seru Ando ketus dan berjalan cepat meninggalkan tempat itu.
Gadis
bernama Mao itu dan Ninako terkejut dengan kata-kata Ando. Ninako buru-buru
mengejar Ando.
“Ando-kun!
Ando-kun!” ninako mempercepat langkahnya menyusul Ando.
“Memangnya
ada apa denganmu?” Tanya Ninako saat ia sudah bisa berjalan disamping Ando.
“Tadi
itu adalah mantan ku ketika aku masih SMP. Sangat licik... itulah kata yang
pantas untuk dia. Benar-benar membuatku sangat marah… memang sangat
menyebalkan.” Kata Ando tertawa getir
dan emosi.
“Itu
sangat kasar.” Kata Ninako. “Ini menunjukkan kalau... kamu dulu juga pernah
sayang sama dia, kan? Karena itu ketika kamu dikhianati kamu sangat sakit hati.
“Tapi,
yang salah itu memang aku.”
“Apa
maksudmu?” Tanya Ninako
“tanpa
memperjuangkan Mao, aku melepaskan dia begitu saja. Sangat begitu cepat
perasaanku ini memang sangat berguna. Aku tidak akan pernah bisa memaafkan
sahabatku itu. Itu terus membayangiku. Bahkan, mereka berdua hanya mementingkan
diri mereka sendiri. Benar-benar sangat bodoh.”
“Ando-kun
hanya sedikit terlalu kasar. Kamu tahu kalau kamulah yang paling tersakiti.
Tidak
akan bisa memaafkan orang yang paling kamu sayangi. Setidaknya itu juga buat
diriku. Tetapi kita bisa menyembunyikan masalah itu... dibalik sebuah senyuman.
Tetapi itu memang sangat menyakitkan. Jadi kamu hanya sedikit terlalu kasar.”
Ucap Ninako menatap Ando lembut.
Tiba-tiba
Ando memeluk tubuh Ninako.
“Aku
mencintaimu.”
Ninako
terdiam shock.
“Apapun
perasaan kamu sama Ren... aku akan membantumu menghapus semuanya.” Bisik Ando
tanpa melepaskan pelukannya.
“Kamu
masih saja melakukan lelucon seperti ini.” Ucap Ninako
Ando
melepaskan pelukannya dan menatap Ninako ““Aku serius. “
Ninako
kaget dan menatap Ando.
“Karena
itu gunakan aku sebagai penggantinya (Ren).” Kata ando
“Aku
tidak bisa melakukan itu.” Jawab Ninako pelan.
“Kamu
tidak usah terburu-buru untuk menjawabnya. Aku juga tahu pasti kamu tidak akan
langsung menjawabnya. Tapi suatu hari nanti... kamu pasti akan mencapai
batasnya.” Kata Ando lagi lalu ia berbalik meninggalkan Ninako.
Ninako
lalu pulang seorang diri meninggalkan pesta kembang api yang sudah mulai
dinyalakan.
Ninako
berjalan sampai didepan restaurant tempat Ren bekerja. Ia melihat Mayuka sedang
ada disana berbicara dengan Ren.
Tanpa
sadar mata Ninako berkaca-kaca. Ia tertunduk menahan airmatanya. Saat ia
melihat ke dalam restaurant ia melihat Ren sedang memperhatikannya.
Mayuka
heran melihat Ren yang menatap lurus keluar restaurant. Ia ikut menoleh. Ia
melihat Ninako yang memakai Yukata sedang berjalan di depan restaurant. Mayuka
jadi terdiam sedih mlelihat ekpresi wajah Ren saat menatap Ninako.
Mayuka
mengajak Ren bertemu di sebuah tempat. Saat Ren datang ia melihat Mayuka sudah
ada disana sedang melihat pemandangan kota yang terlihat dari tempat tinggi
itu.
“Mayuka”
sapanya
Mayuka
menoleh pada Ren “Aku benar-benar kangen, Kita sering bertemu disini, kan?”
“ya Itu benar. Mengapa mendadak memanggil ku?” Tanya Ren yang penasaran kenapa Mayuka mengajaknya bertemu disini.
“sekarang
banyak yang berubah, bangunan disebelah sana itu, juga rumah yang dibangun
megah itu” Mayuka menunjuk ke beberapa bangunan yang sudah berubah.
Mayuka
menoleh pada Ren “Ano nee.. Boleh aku berkata sesuatu?”
Mayuka
lalu pergi ke tempat yang lebih teduh dan duduk disana.
“Aku
sudah bisa menerima apa yang ayah lakukan. Aku sudah berbeda dari aku yang
dulu. Bertemu denganmu... dan jatuh cinta dengan mu. Tanpa kusadari aku menjadi
semakin kuat. Aku sudah baik-baik saja. Karena itu kita.....”
“Tunggu
dulu…. Apa yang kamu maksud? kamu ingin
mutusin aku?”
Ren
langsung bisa menebak apa yang akan di katakan Mayuka.
“Benar
sekali.” Jawab Mayuka tersenyum
Ren
tertawa dan menganggap ucapan Mayuka tadi hanya sebuah candaan “Apa yang sedang
kamu bicarakan?” tapi saat Ren melihat mayuka lagi, wajah gadis itu terlihat
serius.
“Mengapa?”
Tanya Ren pelan
“Pada
saat pertama kali kita pacaran, Aku tidak memiliki siapa-siapa. Aku takut suatu
hari nanti kamu akan meninggalkan ku pergi. Makanya aku ingin percaya pada
diriku sendiri. Pekerjaan sebagai model menjadi sangat berharga bagiku. aku
lebih memprioritaskan itu dari pada kamu.”
“Hanya
karena itu? Alasan ini.....”
“Aku
mengakui bahwa aku telah berubah…” Mayuka berjalan mendekati Ren. Menyentuh
lembut dada Ren “disini (hatinya Ren)…. Ada seseorang selain aku kan? Ren,
jangan memaksakan diri untuk mengabaikan perasaanmu”
“maksain
gimana maksudmu itu? Apapun yang telah ku lakukan untuk Mayuka, apakah semua
itu salah?” ucap ren sedih
“Semua
yang kamu lakukan itu... bukan untuk ku. Kau hanya tidak ingin melanggar janjimu.
Sebenarnya, aku benar-benar ingin tumbuh dewasa bersama mu. “
Ren
teringat janjinya waktu itu pada Mayuka.
“Mulai
saat ini... Aku akan selalu berada disamping mu. Aku berjanji.”
Ren kun udh mulai suka sama ninako tu,, thank sinopsisnys ya,,,
BalasHapus