Rabu, 15 Juni 2016

Strobe Edge - Part 3


Disekolah Ninako merasa aneh dengan sikap Ren. Cowok itu terlihat lesu bahkan saat mereka ada di ruang loker yang sama, ren tidak menyapanya, seperti tidak melihatnya dan pergi begitu saja.



Ninako mempercepat langkahnya untuk mengejar langkah Ren tapi dari arah belakangnya, seseorang memanggilnya. Ninako berbalik dan melihat Mao, Gadis yang dia temui bersama Ando di pesta kembang api.

“ Ano... Kamu yang waktu itu bersama Takami-kun kan?” Tanya Mao.
Ninako mengangguk dan menaiki tangga di ikuti gadis itu.

“kak… Apa kamu suka sama Ichinose-senpai?” Tanya mao pelan.
Ando  tersenyum heran “Memangnya kenapa?”

“Karena matamu selalu tertuju padanya.”
“Aku hanya berteman.” Bantah Ninako tertawa.



Tiba-tiba dari belakang mereka seseorang menyentuh bahu Ninako. Gadis itu terkejut dan menoleh. Ando tersenyum lebar pada Ninako.

“Selamat Pagi.” Sapa cowok itu
“Pagi.” Sahut NInako.
Ando melihat gadis yang sedang berbicara dengan Ninako dan terkejut melihat Mao ada disana.

“Apa maksudnya ini?” Tanya Ando kebingungan.
“Aku pindah sekolah.” Jawab Mao “senang bisa menjadi teman satu sekolah lagi.”

“Ini bukan kita tetapi kau dan aku.” Sahut Ando, ia membungkuk dan berbisik di telinga  Ninako “Aku dan dia ingin bicara sebentar. Ninako-chan pergi saja duluan.”

Ninako tau masalah Ando dan Mao dan Ia jadi khawatir “ Tapi...”
Ando menyentuh bahu Ninako lagi dan mendorong gadis itu untuk segera pergi “ Tidak apa-apa, kok. Hanya ngobrol biasa saja jadi tidak usah khawatir. Sampai nanti.” Kata ando lembut.
Ninako terpaksa pergi meninggalkan keduanya.



Saat Ando berbalik kearah Mao, wajah Ando sudah  tidak selembut saat ia berbicara dengan Ninako.

“Aku tidak tahu apa yang sedang kau pikirkan. Jika kau berbuat sesuatu sama dia, aku tidak akan memaafkan mu.” Kata Ando ketus dan pergi.

Mao mengejar cowok itu dan berdiri didepan Ando “ Takumi-kun. Apa kamu sekarang menyukainya?”
Ando terkejut dengan pertanyaan Mao, agak lama baru ia bisa menjawabnya.

“Tidak ada urusannya dengan mu.”
Ando langsung pergi.



Ninako sampai dikelasnya.
“Selamat pagi.” Sapa Ninako pada teman-temannya.
“Pagi.” Sahut kedua temannya dan menarik tangan Ninako keluar kelas lagi.
Ninako jadi heran “Apa yang terjadi?”

“Tetap tenang dan dengarkan aku.”
“Aku dengar Ren dan pacarnya sudah putus. Sekarang Ren sudah sendiri lagi. Ini kesempatan untuk mu, Ninako-chan.”

“Aku pikir sekarang bukan ide yang bagus. Aku juga harus memikirkan perasaan Ren-kun.”

“Jangan bilang kau hanya baik-baik saja dengan hanya menjadi temannya. Kalau kamu hanya menunggu waktunya mungkin orang lain yang akan mengambilnya.”

“Apa Ninako akan baik-baik saja dengan hal seperti ini? Tidak, jika kamu memikirkan Ren hanya untuk berteman dengannya... dan jika dia menemukan pacar barunya, kamu hanya akan berharap dengannya terus menerus, kan.”
Ninako hanya diam mendengarkan pendapat dari kedua sahabatnya itu.



Disekolah sedang diadakan acara Hiking. Ninako tidak mendapatkan kursi dalam bis jadi terpaksa ia berdiri saja. Ren dari tempat duduknya melirik ke Ninako tapi ia tidak mencoba mendekati gadis itu.

Sensei mengumpulkan murid-muridnya sebelum mereka berpencar bersama kelompoknya masing masing.

“Kita harus menaati perintah yang diberikan untuk keselamatan bersama. Segala sesuatu harus dilakukan secara berkelompok. Sudah dimengerti”
“oke” sahut murid-muridnya
“Kalau begitu, sekarang boleh bubar...”

Mereka lalu bergabung dengan kelompoknya masing-masing. Ninako dan temannya-temannya berjalan beriringan.

“Pertama kita mau pergi kemana, ya?
“kuil Tsuruoka Hachiman”
“Ninako jangan sampai hilang loh” goda teman Ninako.
“gak mungkin hilanglah” bantah ninako tertawa.

“yah bisanya dia ngomong begitu. Aku merasakan kalau dia akan tersesat.” Kata teman Ninako sama teman satunya sambil tertawa.



Kedua teman Ninako sudah mengenali karakter Ninako jadi mereka tau sesuatu akan terjadi dengan Ninako.
Dan benar saja Ninako terpisah dari kelompoknya.

Ninako berusaha melihat peta wilayah kuil untuk bisa mencari jalan keluar tapi mendengar suara teman-temannya yang memanggil namanya. Ninako tersenyum lega dan berlari kearah suara yang memanggilnya.


 “Kinoshita-san...”
“Ninako...”
“Kinoshita-san...”
“Ninako...”



Ninako berlari menuruni anak tangga dan seperti biasanya, ninako terjatuh.
“Aduh...”

Ren yang juga sedang mencari Ninako melihat gadis itu terjatuh. Ia berlari mendekati Ninako dan membantu gadis itu.
                                                            
“Apa kamu baik-baik saja?” Tanya Ren khawatir. Tapi ia melihat Ninako tertawa karena malu dilihat Ren dalam kondisi terjatuh seperti dulu “kok malah tertawa sih…”

 Ninako berusaha bangkit berdiri “Aduh... Aduh, Aduh...”
“Apa kamu masih bisa berdiri?” Tanya ren khawatir

Ninako memperhatikan bajunya yang penuh dengan lumpur.
“waduh parah! penuh lumpur.” Ucap ninako shock



Ren menunggu Ninako membersihkan lumpur di kamar mandi umum. Ninako keluar dengan memakai sweater Ren. Badan Ren yang sangat tinggi membuat ukuran sweater Ren jadi seperti Dress selutut Ninako.

“Terima kasih.” Ucap Ninako memperlihatkan sweater yang dipakainya itu. 



Ninako lalu ke wastafel untuk mencuci tangannya lagi tapi lengan sweater Ren terlalu panjang sehingga tangannya tenggelam di sweater.

Ren buru-buru mendeki Ninako. “Oh, tunggu sebentar. Jangan bergerak, tetap seperti itu.”
Ren merangkulan lengannya yang panjang dari belakang tubuh Ninako. Ren menarik lengan sweaternya ke tengah lengan Ninako. Selesai satu lengan tangannya pindah ke lengah ninako lainnya.
“Tangan satunya lagi...”

Ninako hanya diam membiarkan ren mambantunya. Saat ren sudah selesai Ninako tersenyum sambil membasuh tangannya.
“ Rasanya Ren seperti ibuku saja.” Canda Ninako.
Ren tertawa geli “Ini pertama kalinya aku dibilang seperti ibu.”


Mereka berdua lalu pergi menunggu teman-temannya disebuah taman. Ren sekarang hanya memakai kaos oblong biasa jadi udara yang dingin menembus kulitnya dan membuatnya bersin-bersin.

Ninako jadi khawatir “ Apa kamu merasa kedinginan?klo begitu pakai….”
“Tidak, aku tidak kedinginan.” Bantah Ren dengan cepat dan tak ingin Ninako khawatir.
“Tapi kau sedang bersin-“ Ninako Berniat melepaskan sweater Ren tapi cowok itu mencegahnya
“Aku baik-baik saja.”
Ninako tidak membantah lagi dan duduk dikursinya kembali.




Mereka lama terdiam saat Ren tiba-tiba mulai pembicaraan lagi.
“Aku putus dengan Mayuka…. perasaan ku... adalah ingin melindungi dia. ... Tanpa kusadari semuannya menjadi campur aduk dan berantakan. Aku mengabaikan perasaan Mayuka… dan memikirkan diriku sendiri….”
Ninako menoleh pada Ren. Cowok itu langsung tersadar dengan apa yang telah ia ucapkan.

“Maaf ya. Aku telah mengatakan sesuatu yang aneh.” Ucap Ren mengambil tasnya dari kursi disebelah Ninako.

“ngak kok” sahut Ninako
“ayo pergi sepertinya semua orang sudah menunggui.” Kata Ren berjalan pergi.

Ninako mengambil tas ransel dan menyusul Ren.

“Itu karena kamu terlalu baik, Ren-kun. Kamu selalu mempertimbangkan perasaan pasanganmu terlebih dahulu... berdiam diri dan bersabar menurutmu itulah yang terbaik... itulah sisi baikmu Ren-kun.. Aku pikir Mayuka juga menyadari hal itu.” Ucap Ninako tersenyum.

Ren pun tersenyum “Setelah berbicara dengan mu... membuatku agak baikkan.”
Mereka tersenyum dan melanjutkan langkah Mereka.



“Ninako-chan...” Panggil Ando dan akhirnya menemukan Ninako dan Ren.
“Ando-kun....”

“ahh aku sangat mengkhawatirkanmu” keluh Ando yang dari tadi mencari Ninako.
“ahh.. maaf…” ucap Ninako menyesal.

“Mana yang lainnya?” Tanya Ninako.
“Aku tidak tahu lagi. Kamu dan aku berada dikelompok yang berbeda.” Jawab Ando.

Ren merasa tidak nyaman bersama Ando “Aku akan pergi mencari mereka.” Pamitnya lalu pergi.

Ando memperhatikan sweater yang dipakai ninako dan bertanya “sweater Itu... punya dia?”
Ninako mengangguk “ya”
Ando terdiam.


Dalam perjalan pulang, Ren melihat Ninako tampak asyik berbicara dengan sahabat-sahabatnya. Ren tersenyum melihat mereka.


Ren pergi ke sebuah tempat dimana ia janjian bertemu seseorang. Sebuah mobil berhenti didekatnya dan Mayuka berjalan ke arahnya.
“Ren, lama tak jumpa” sapa Mayuka.

Ren mengulurkan tas yang sudah dipersiapkan dari rumahnya.
“Disini ada buku dan CD yang aku pinjam.”
“Terima kasih.”

“setelah putus denganmu aku tak paham dengan diriku sendiri. Aku merasa putus asa.. Melindungi Mayuka adalah alasan yang menipu diriku sendiri. Aku harus mengakui bahwa aku benar-benar berubah. Terima kasih untuk segalanya. Aku pikir aku harus memberi tahu mu ini... Selamat tinggal.”

Mayuka hanya mengangguk dan tersenyum tipis. Mayuka terus memperhatikan Ren dan berjalan pergi. “selamat tinggal” gumam mayuka pelan.



Ninako berlari keluar kelas mengejar Ren yang sudah mau pulang

“Ren.” Panggilnya.
Ren berhenti dan menoleh ke Ninako.
Ninako berdiri didepan Ren “Ren-kun. Sweater mu.”
“Terima kasih.”
“Sama-sama.”

“Masih belum mau pulang?” Tanya Ren.
Ninako menoleh ke kelasnya. Disana kedua sahabatnya member isyarat agar ninako pulang lebih dulu bersama Ren.

“Ini mau... Ini mau pulang.” Ucap Ninako gugup



Ren dan Ninako akhirnya pulang bersama. Saat dijalan mereka melihat sepasang kekasih yang sedang keluar dari sebuah took bunga.

Ren tiba-tiba menghentikan langkahnya dan merasakan angin yang berhembus. Ninako juga melakukan hal yang sama. Ia tersenyum merasakan angin yang berhembus.
“Musim panas dan musim gugur semua bercampur diudara.” Gumam Ninako pelan.

Ren mendengarnya, ia kaget Ninako juga bisa sepikiran dengannya.
Ninako lalu berjalan pelan sambil bersenandun lirih.

“Hei, lagu itu... pas banget dengan melodi yang ada” ucap Ren terheran.

“ sama… ah Kita berpikiran yang sama ya.” Sahut Ninako tersenyum
“ya.” Kata ren tersenyum.




 “Apa yang ingin kamu lakukan di musim gugur ini?” Tanya Ninako didalam kereta yang mereka naiki.

“Musim gugur? Membaca” .

“ah Membaca ya? Kamu suka membaca.” Ninako tersenyum.
Ren menoleh pada NInako yang duduk disebelahnya. Gadis itu ikut menoleh memperhatikan ren. Lalu keduanya sama-sama tersenyum.

Malamnya Ninako masih merasa bahagia atas perkembangan hubungan dengan ren yang mulai membaik. Ninako juga memasang lagi gantungan HP yang dulu pernah diberikan Ren.



Disekolah Ninako bertemu Ren di loker seperti biasanya.
“Selamat Pagi.” Sapa Ninako.
“Pagi.” Jawab Ren.

Ninako melihat Ren sedang memakai earphone di salah satu telingannya.

“Kamu sedang mendengarkan apa?” Tanya Ninako.
Ren berjalan mendekati Ninako dan memberikan ujung earphone satunya ke Ninako. Gadis itu mengambilnya dan ikut mendengarkan.

“Oh, lagu ini.” Seru Ninako.

“Ini lagu yang kamu senandungkan. aku mencarinya dan terus mendengarkannya.” Aku Ren.

“memang bagus ya lagunya…” sahut Ninako tersenyum. Mereka terus mendengarkan lagu itu sampai kedua sahabat Ninako datang.


“Selamat pagi.” Sapa mereka.
Ninako melepas earphone ditelinganya dan memberikannya pada Ren “Terima kasih.”
Ren menerima lalu pergi ke kelas lebih dulu. Diam-diam dari jauh Mao melihat semua itu.



Mao mengajak Ninako berbicara berdua.
“Bisakah kamu...  tidak terlalu dekat dengan Ichinose-senpai?” ucap mao. “Saat SMP...
...aku merusak hubungan antara Takami-kun dan Ichinose-senpai.”

“Apa maksudmu?” Tanya Ninako

“Karena aku memanfaatkan Takami-kun untuk berada di dekat Ichinose-senpai...” lanjut Mao

Ninako baru tersadar “Kalau begitu...sahabat Ando yang dia maksud itu... ...adalah Ren-kun.”

Mao teringat saat Ando mempergokinya sedang mencium Ren, wajah Ando terlihat kaget dan terluka.

“Karena senpai begitu baik... ia tidak mau berkencan dengan pacar temannya. lalu akhirnya merekapun menjaga jarak…  Aku benar-benar menyesal telah melakukan hal semacam itu. Itulah sebabnya... aku mendengar kamu jatuh cinta dengan Ichinose-senpai… klo memang begitu... perasaan mu hanya akan membawa masalah untuk Ichinose-senpai. Seperti yang terjadi padaku… pastinya jarak diantara mereka berdua akan lebih renggang. Itu sebabnya, mulai sekarang... ...tolong jangan mendekati lagi Ichinose-senpai.”
Ninako tertunduk diam mendengar ucapan Mao. Dari jauh Ando melihat Ninako yang barusan berjalan meninggalkan Mao.



Sekolah sudah mulai sibuk dengan kegiatan antar kelas. Ninako melihat ando dan ren sedang berbicara dan ia memperhatikan keduanya dengan tatapan sedih.

Ninako dan kedua temannya sedang membuat tulisan dengan cat dikelasnya. Kedua sahabat Ninako menyadari ada yang berbeda dengan Ninako.
“Ninako, akhir-akhir ini kamu sepertinya jarang berbicara dengan Ren”

“Benarkah?” jawab Ninako acuh. Ia merasa ia tidak bisa terlalu lama menyembunyikan sesuatu dari sahabatnya “Aku mau mencuci kuas cat ini dulu...” pamitnya.




Ninako lalu pergi ke tempat wastafel sekolah untuk mencuci peralatannya.

Ren yang mau mencuci juga melihat Ninako yang terlihat murung. Ia berdiri disamping ninako.
“sepertinya hari ini... kamu kurang semangat... Apa terjadi sesuatu?” Tanya Ren

“ masa sih… aku merasa baik-baik saja.” Bantah Ninako mencoba tersenyum.
“kinoshita-san terlihat nggak bersemangat.. itu membuatku khawatir.”

“Terima kasih atas perhatianmu. Tapi aku benar-benar baik-baik saja.” Bantah Ninako lagi.
“oh ya sudah”

Mereka terdiam dan sibuk mencuci perlatan mereka.

“Ano... Ren-kun Bagaimana hubunganmu dengan Ando-kun... ...waktu di SMP?” Tanya Ninako.

“Aku... dulu penyendiri... orang yang mengajak aku berbicara adalah Ando.  walaupun obrolan dia tidak penting sama sekali... tapi aku sangat senang.” Jawab Ren teringat masa SMPnya.

“Begitu ya.”

“meskipun dia tau aku adalah orang yang nggak punya teman tapi dia pura-pura nggak memperdulikannya… dan menyelamatkan ku dari situasi seperti itu… itulah Ando…”
Ren menoleh pada Ninako. “cerita ini… ini pertama kalinya aku cerita pada seseorang.”



Ninako akan berjalan pergi saat Ren melanjutkan kalimatnya “ Kalau bukan kamu... ...aku mungkin menceritakannya.”

“Terima kasih telah menceritakannya pada ku. Kalau begitu, aku pergi dulu.” Pamit Ninako.

Ninako lalu berjalan pergi ke kelasnya. Ando saat itu juga sedang akan mencuci peralatan jadi ia melihat Ninako dan Ren baru saja berbicara.

Ren menoleh pada Ando yang sedang berjalan ke tempatnya berdiri.
“Aku...  mulai menyukai Kinoshita-san.” Kata Ren pada Ando sebelum ia pergi.
Ando terkejut dengan pengakuan Ren itu.



Saat pulang sekolah, hujan turun sangat derasnya. Karena tidak membawa payung, Ninako tetap berjalan dibawah hujan. Seseorang dari belakang tiba-tiba memayunginya.

“Apa yang harus ku lakukan... untuk menggantikan tempat Ren untuk mu?” kata Ando pelan dan berdiri didepan Ninako. “Aku harus bagaimana... .agar kamu juga mencintaiku?”

“Ando-kun...” gumam Ninako menatap Ando. Ia lalu berbalik mau pergi sendiri. Ando mencegahnya, cowok itu lalu memberikan payungnya pada Ninako dan ia langsung berlari pergi menembus hujan deras itu.

Ninako hanya bisa memperhatikan punggung Ando yang menjauh itu dengan tatapan sedih.





BERSAMBUNG PART 4 ENDING



Tidak ada komentar:

Posting Komentar